Assalamu’alaikum
wr. wb.
Seorang akhwat (teman alumni
SMAN 1 Blitar ’89) telah bertanya: “Pak Imron, bagaimana kabarnya? Maaf mau nanya
Pak, bolehkah seseorang berpendapat aku nggak perlu bisa baca Al Qur’an asalkan
aku tahu artinya setiap ayat yang tertera dalam Al Qur’an. Intinya nggak mau belajar baca tetapi hanya
membaca terjemaahan saja.
Maturnuwun,
nggih pak. Oh ya, terus bagaimana kalau ada yang berpendapat, rukun Islam itu
hanya perintah shalat,
bukan perintah membaca Al
Qur’an. Terimakasih. Mohon jawabannya, nggih”.
Alhamdulillah, kabarku baik-baik saja di Surabaya.
Tentunya hal ini juga karena do'a saudaraku yang (in sya Allah) telah
dikabulkan Allah. Semoga saudaraku juga demikian keadaannya. Amin, ya rabbal
‘alamin!
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya
cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang berisi tentang perintah untuk membaca Al
Qur’an.
اُتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَـــٰبِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ ﴿٤٥﴾
“Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al ‘Ankabuut. 45).
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ لَا
مُبَدِّلَ لِكَلِمَــٰـــتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن
دُونِهِ مُلْتَحَدًا ﴿٢٧﴾
“Dan
bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an).
Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak
akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya”.
(QS. Al Kahfi. 27).
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَـٰــذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ
أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٩١﴾ وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْءَانَ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَاْ مِنَ
الْمُنذِرِينَ ﴿٩٢﴾
(91) “Aku
hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah
menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan
supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (92) “Dan
supaya aku membacakan Al Qur'an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang
mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan)
dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku
(ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (QS. An
Naml. 91 – 92).
Saudaraku,
Perintah untuk membaca Al
Qur’an juga terdapat dalam hadits berikut ini:
إِقْرَاُوْ
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه
مسلم عن ابى امامه)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Iqraul Qur’aana
fainnahu ya’tii yaumal qiyaamati syafii’an liashhaabihi
(Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan
syafaat kepada orang-orang yang gemar membacanya ketika di dunia)”. (HR. Muslim,
dari Abu Umamah).
Saudaraku,
Begitu banyak ayat-ayat Al
Qur’an (juga Al Hadits) yang memerintahkan kita untuk membaca Al Qur’an,
sebagaimana uraian di atas. Oleh karena itu sebagai seorang muslim/muslimah
yang baik, ikutilah perintah itu.
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al
Qur’an dalam surat Al An’aam ayat 162 – 163 berikut ini:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
(162) “Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam”, (163) “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 162 – 163).
Ya, apapun yang kita lakukan
(shalat kita, ibadah kita, hidup kita dan mati kita), semuanya hanyalah untuk
Allah semata. Dan sebagai konsekuensi logis dari hal ini, terhadap apapun yang
datang dari-Nya, maka sikap kita adalah:
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (kami mendengar dan kami patuh). Artinya
apapun yang datang dari-Nya, kita terima dan kita laksanakan apa adanya
(seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar sedikitpun.
Allah SWT. berfirman dalam Al
Qur’an surat An Nuur ayat 51:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى
اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
وَأُوْلَـــٰــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban
orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan
kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur.
51)
Sedangkan dalam Al Qur’an
surat Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ
اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab.
36)
Sehingga ketika ada perintah dari
Allah (surat Al ‘Ankabuut ayat 45, surat Al
Kahfi ayat 27 serta surat An Naml ayat 91
– 92) serta Rasul-Nya (dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
di atas) kepada kita orang-orang yang beriman untuk membaca Al Qur’an, maka
tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali melaksanakan perintah yang datangnya
dari Allah dan Rasul-Nya tersebut dengan penuh keikhlasan.
Terlebih lagi jika hal ini
kita kaitkan dengan adanya kewajiban membaca surah Al Faatihah (yang merupakan
bagian dari Al Qur’an/ merupakan salah satu surat dari 114 surat yang ada dalam
Al Qur’an) setiap kali kita melaksanakan ibadah shalat. Tidak sah shalat
seseorang jika dia tidak membaca surah Al Faatihah sebagaimana penjelasan
Hadits berikut ini:
Dari
Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu,
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca
Ummul Qur’an (Al-Faatihah).”
(Muttafaqun alaih(.
Berdasarkan hadits tersebut,
maka jika seseorang tidak membaca (surat pertama dari) Al Qur’an karena memang
tidak bisa membacanya (dan tidak mau belajar untuk membacanya), maka dipastikan
shalatnya tidak akan diterima alias tidak sah.
Saudaraku,
Jika kita gemar membaca
Al-Qur’an, maka kita akan mendapatkan keutamaan membaca Al Qur’an:
مَنْ
قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ،
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا، لَااَقُوْلُ الم حَرْفٌ،
بَلْ اَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ،
وَمِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترمذى، وقال حديث حسن صحيح)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka
baginya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipat.
Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam
satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR.
At-Turmudzi,
dan ia mengatakan hadits hasan shahih).
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا
اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ
فِيْمَنْ عِنْدَهُ. (رواه مسلم)
“Dan tidaklah berkumpul satu
kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah
(Al-Qur`an) dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun atas mereka
sakinah, tercurah atas mereka rahmah, para malaikat pun mengelilingi mereka dan
Allah menyebut-nyebut mereka pada siapa yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
Saudaraku,
Jika kita gemar membaca
Al-Qur’an, maka dia (Al-Qur’an) akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at
kepada kita.
إِقْرَاُوْ
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه
مسلم عن ابى امامه)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada
hari kiamat untuk memberikan syafa’at* kepada orang-orang yang gemar membacanya ketika di
dunia”. (HR. Muslim, dari Abu Umamah).
Saudaraku,
Setelah memperhatikan uraian
di atas, tentunya dengan mudah dapat kita simpulkan bahwa tidak benar jika
seseorang berpendapat bahwa dia nggak perlu bisa baca Al Qur’an asalkan tahu
artinya (artinya nggak mau belajar baca tetapi hanya membaca terjemaahan saja).
Karena sebagaimana yang sudah
dijelaskan di atas, bahwa ketika ada perintah dari Allah serta Rasul-Nya kepada
kita orang-orang yang beriman untuk membaca Al Qur’an, maka tidak ada pilihan
lain bagi kita kecuali melaksanakan perintah yang datangnya dari Allah dan
Rasul-Nya tersebut dengan penuh keikhlasan.
فَإِذَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى)
“Apabila
aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu
perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari).
Saudaraku,
Bagi yang belum bisa membaca
Al Qur’an dengan baik dan benar, maka belajarlah. Karena
dalam agama kita, belajar/menuntut ilmu itu (dan
menyebarkannya) benar-benar mendapat tempat yang tinggi.
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ
سَلَكَ طَرِيْقًا يلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا
إِلَى الْجَنَّةِ. (رواه مسلم)
“Barangsiapa yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut
ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju syurga”. (HR. Muslim).
Terlebih lagi jika yang
dipelajari (serta yang diajarkan) adalah Al Qur'an.
Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut
ini:
عَنْ
عُثْمَانَ بنِ عَفَّان رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kamu ialah orang yang mau
mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya". (HR. Muslim).
Ummul
Mukminin ‘Aisyah r.a.
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan:
الَّذِيْنَ
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ فِيْهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ
الْبَرَرَةِ، وَالَّذِيْنَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ
شَاقٌّ عَلَيْهِ لَهُ أَجْرَانِ. (رواه البخارى ومسلم)
“Seseorang
yang membaca Al-Qur’an dengan mahir, ia bersama malaikat yang diutus, yang
mulia lagi senantiasa berbuat taat. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan
terbata-bata dan kesulitan akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Para ulama mengatakan: satu pahala untuk bacaannya, dan
satu pahala lagi untuk kesusahannya dalam membaca.
Terus
bagaimana kalau ada yang berpendapat
bahwa rukun Islam itu
hanya perintah shalat,
bukan perintah membaca Al
Qur’an?
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya
Rukun Islam itu terdiri dari lima perkara (yang salah satu diantaranya adalah mendirikan shalat),
sebagaimana penjelasan hadits berikut ini:
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوسَى قَالَ
أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَــٰــهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخارى)
Telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Islam dibangun
diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadlan”. (HR.
Bukhari).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ
الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَـــٰــهَ إِلَّا اللهُ، وَأنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ،
وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ
“Agama Islam dibangun di atas
lima hal: Persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah.” (Muttafaqun ‘alaih).
Saudaraku,
Tidak sah shalat seseorang
jika dia tidak membaca surah Al Faatihah sebagaimana penjelasan hadits berikut
ini:
Dari
Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu,
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca
Ummul Qur’an (Al-Faatihah).”
(Muttafaqun alaih(.
Sehingga berdasarkan hadits
tersebut, maka jika seseorang tidak membaca (surat pertama dari) Al Qur’an
karena memang tidak bisa membacanya (dan tidak mau belajar untuk membacanya),
maka dipastikan shalatnya tidak akan diterima alias tidak sah. Lain halnya jika seseorang sudah berupaya
untuk belajar namun hingga akhir hayatnya dia tetap tidak mampu untuk
membacanya dengan baik, maka tiada dosa baginya (baca kembali penjelasan
sebelumnya).
Adapun perintah untuk membaca Al Qur’an,
sudah diuraikan panjang lebar pada bagian awal tulisan ini.
Demikian
penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini
semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga
bermanfaat.
NB.
*) Yang
dimaksud dengan syafa`at adalah: usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfa’at bagi
orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain
(dengan ijin Allah).