Assalamu’alaikum
wr. wb.
Dalam
sidang di pengadilan, seorang pejabat ibukota (non-muslim) yang berstatus terdakwa dalam
kasus penistaan Al
Qur’an,
bilang punya program mau umrahin umat Islam DKI, bangun-bangun masjid yang besar di DKI, juga mau bikin pesantren segala.
Subhanallah,
Ternyata
Allah sudah siapkan jawaban-Nya dan perintah-Nya untuk umat Islam harus
bagaimana terhadap program beliau
ini.
Berikut firman
Allah dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 107 – 110:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُواْ مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا
وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللهَ
وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ وَلَيَحْلِفَنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ وَاللهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَـــٰــذِبُونَ ﴿١٠٧﴾
“Dan (di antara orang-orang
munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan
(pada orang-orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara
orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi
Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami
tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)”. (QS. At Taubah. 107).
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى
التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن
يَتَطَهَّرُواْ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ ﴿١٠٨﴾
“Janganlah kamu bersembahyang
dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar
takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang
di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS.
At Taubah. 108).
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَـــٰــنَهُ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَــٰـــنَهُ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّــــٰـلِمِينَ ﴿١٠٩﴾
“Maka apakah orang-orang yang
mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu
yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang
runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. At Taubah. 109).
لَا يَزَالُ بُنْيَـــٰـــنُهُمُ الَّذِي بَنَوْاْ رِيبَةً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَّا أَن تَقَطَّعَ
قُلُوبُهُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿١١٠﴾
“Bangunan-bangunan yang
mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka,
kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS.
At Taubah. 110).
Sungguh
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Saudaraku,
Untuk menjelaskan ayat-ayat
di atas, berikut ini kusampaikan Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi,
Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
“(Dan) di antara mereka yang
munafik itu (ada orang-orang yang mendirikan mesjid) jumlah mereka ada dua
belas orang, semuanya orang-orang munafik (untuk menimbulkan kemudaratan)
kepada orang-orang mukmin di mesjid Quba (dan karena kekafiran) karena mereka
membangun mesjid itu berdasarkan perintah dari Abu Amir seorang rahib, dimaksud
supaya menjadi basis pangkalan baginya dan bagi orang-orang yang berpihak
kepadanya. Sedang
ia (Amir) pergi untuk mendatangkan bala tentara Kaisar Romawi guna memerangi
Nabi SAW. (dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin) yang biasa salat
di mesjid Quba, diharapkan sebagian dari orang-orang mukmin melakukan salat di
mesjid mereka (serta menjadi tempat pemantauan) yakni tempat untuk memantau
(bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu) sebelum
mesjid dhirar ini dibangun; yang dimaksud adalah Abu Amir tadi dan para
pembantunya. (Mereka sesungguhnya bersumpah, "Tiada lain) (kami
menghendaki) dari pembangunan mesjid ini (hanyalah) untuk pekerjaan (yang baik
semata.") yaitu berlaku belas-kasihan terhadap orang-orang miskin dalam
musim hujan dan musim panas, serta memberikan tempat persinggahan bagi kaum
Muslimin. (Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta) dalam sumpahnya. Mereka pernah meminta kepada Nabi SAW. supaya
melakukan salat di dalam mesjidnya itu, akan tetapi kemudian turunlah firman
Allah berikut ini, yaitu: (QS. At Taubah. 107).
“Janganlah kamu berdiri)
melakukan salat (dalam mesjid itu selama-lamanya) kemudian Nabi SAW.
mengirimkan segolongan para sahabatnya guna merobohkan dan membakarnya.
Kemudian mereka menjadikan bekas mesjid itu sebagai tempat pembuangan bangkai.
(Sesungguhnya mesjid yang didirikan) dibangun dengan berlandaskan kepada
pondasi (takwa, sejak hari pertama) yaitu mesjid yang didirikan oleh Nabi SAW.
sewaktu pertama kali beliau menginjakkan kakinya di tempat hijrahnya itu, yang
dimaksud adalah mesjid Quba. Demikianlah menurut penjelasan yang telah dikemukakan
oleh Imam Bukhari (adalah lebih berhak) daripada mesjid dhirar itu (kamu salat)
untuk melakukan salat (di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang) kaum Ansar
(yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih)
artinya, Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Lafal al-muththahhiriina
asalnya ialah al-mutathahhiriina kemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf tha
yang asal, kemudian jadilah al-muththahhiriina. Ibnu Khuzaimah di dalam kitab
sahihnya telah meriwayatkan sebuah hadis melalui Uwaimir bin Saidah, bahwasanya
pada suatu hari Nabi SAW. mendatangi mereka (para sahabat) di mesjid Quba.
Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah swt. telah memuji kalian
dengan baik atas pembersihan diri kalian sehubungan dengan kisah mesjid kalian
ini (Quba). Maka cara pembersihan apakah yang sedang kalian lakukan sekarang
ini?" Mereka menjawab, "Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak
mengetahui apa-apa melainkan kami mempunyai tetangga-tetangga Yahudi; mereka
lalu membasuh dubur mereka setelah buang air besar, maka kami pun melakukan
pembasuhan seperti apa yang mereka lakukan." Menurut hadis yang lain, yang
telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar disebutkan bahwa para sahabat mengatakan,
"Akan tetapi kami memakai batu terlebih dahulu, kemudian baru kami memakai
air." Maka Nabi SAW. menjawab, "Itulah yang benar, maka peganglah
cara ini oleh kalian".
(QS. At Taubah. 108).
“(Maka apakah orang-orang
yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa) karena takut (kepada Allah dan)
selalu mengharapkan (keridaan)-Nya itu (yang lebih baik, ataukah orang-orang
yang mendirikan bangunannya di tepi) dapat dibaca jurufin dan dapat pula dibaca
jurfin, artinya di pinggir (jurang) yakni hampir roboh (lalu bangunannya itu
jatuh bersama-sama dengan dia) maksudnya bangunannya roboh berikut orang-orang
yang membangunnya (ke dalam neraka Jahanam?) ungkapan ayat ini merupakan
tamtsil/perumpamaan yang paling baik, yaitu menggambarkan pembangunan mesjid
yang berdasarkan bukan kepada takwa, kemudian akibat-akibat yang akan
dialaminya. Kata
tanya pada permulaan ayat ini mengandung makna taqrir, artinya mesjid
pertamalah yang baik seperti halnya mesjid Quba. Sedangkan gambaran yang kedua
adalah perumpamaan mesjid dhirar. (Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang lalim)”.
(QS. At Taubah. 109).
“(Bangunan-bangunan yang mereka
dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan) yakni keragu-raguan (dalam
hati mereka kecuali bila telah hancur) tercabik-cabik (hati mereka itu)
lantaran mereka mati. (Dan Allah Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya (lagi
Maha Bijaksana) dalam perlakuan-Nya terhadap makhluk-Nya”. (QS. At Taubah. 110).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar