Assalamu’alaikum
wr. wb.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa Allah
meninggikan sebagian diantara kita atas sebagian yang lain beberapa derajat
dengan harta benda, kedudukan dan lain sebagainya untuk menguji kita, untuk menguji
kita atas apa yang diberikan kepada kita agar jelas siapa diantara kita yang
taat dan siapa pula diantara kita yang maksiat.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَــٰـــئِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَـــٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَـــٰـكُمْ إِنَّ رَبَّكَ
سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٦٥﴾
“Dan Dialah yang menjadikan
kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al An’aam. 165).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan Dialah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi) jamak dari kata khalifah; yakni
sebagian di antara kamu mengganti sebagian lainnya di dalam masalah
kekhalifahan ini (dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain
beberapa derajat) dengan harta benda, kedudukan dan lain sebagainya (untuk
mengujimu) untuk mencobamu (tentang apa yang diberikan kepadamu) artinya Dia
memberi kamu agar jelas siapakah di antara kamu yang taat dan siapakah yang
maksiat. (Sesungguhnya Tuhanmu itu adalah amat cepat siksaan-Nya) terhadap
orang-orang yang berbuat maksiat kepada-Nya (dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun) terhadap orang-orang mukmin (lagi Maha Penyayang) terhadap mereka”.
وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا
بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولُواْ أَهَــٰـؤُلَاءِ مَنَّ اللهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللهُ بِأَعْلَمَ
بِالشَّــٰـكِرِينَ ﴿٥٣﴾
“Dan demikianlah telah Kami
uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka
(orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata:
"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah
kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui
tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (QS. Al An’aam. 53).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan demikianlah
telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni
orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin,
untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya
mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka
yang ingkar ("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di
antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?") hidayah.
Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang
rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya
itu tidak akan mampu mendahuluinya. Allah berfirman, ("Tidakkah Allah
lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur?") kepada-Nya lalu Dia
memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا
لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ﴿٧﴾
“Sesungguhnya Kami telah
menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji
mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS. Al Kahfi. 7).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Sesungguhnya Kami
telah menjadikan apa yang ada di bumi) berupa hewan, tumbuh-tumbuhan,
pepohonan, sungai-sungai dan lain sebagainya (sebagai perhiasan baginya, agar
Kami menguji mereka) supaya Kami menguji manusia, seraya memperhatikan dalam
hal ini (siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya) di dunia ini;
yang dimaksud adalah siapakah yang lebih berzuhud/menjauhi keduniaan”.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS.
Al Anbiyaa’. 35).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Tiap-tiap yang
berjiwa itu akan merasakan mati) di dunia (dan Kami akan menguji kalian)
mencoba kalian (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin, kaya, sakit dan
sehat (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf'ul Lah, maksudnya supaya Kami
melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak. (Dan hanya kepada
Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian”.
Saudaraku,
Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya Allah jadikan kita satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kita
terhadap pemberian-Nya kepada kita, maka berlomba-lombalah untuk berbuat
kebajikan.
... وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَـــٰـكِن
لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَـــٰـكُم فَاسْتَبِقُوا
الخَيْرَاتِ إِلَى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“... Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”, (QS. Al Maa-idah. 48).
Saudaraku,
Jangan dikira bahwa cukup
dengan mengatakan bahwa kita telah beriman, sedang kita tidak diuji lagi.
Karena iman itu butuh pembuktian.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا
وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾
Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut. 2).
وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ
الْآيَــــٰتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ ﴿٥٥﴾
“Dan demikianlah Kami
terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan
supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa”. (QS. Al An’aam. 55).
Saudaraku,
Jika seseorang benar-benar
beriman, terhadap apapun yang menimpanya (baik ujian kelapangan/kesenangan
maupun ujian kesusahan), maka akan senantiasa dia hadapi dengan baik dan tetap
berbaik sangka kepada Allah.
Apabila ditimpa kesusahan, maka
dia akan bersabar/tidak berkeluh kesah bagaimanapun situasi/kondisi yang sedang dia
hadapi. Sedangkan apabila memperoleh kelapangan, maka dia akan bersyukur
dengan mengakui bahwa semua nikmat itu datangnya dari Allah, sehingga terhadap
nikmat apapun yang saat ini telah dia miliki, dia tidak akan menyombongkan
diri. Karena sesungguhnya semuanya itu adalah milik-Nya semata. Sedangkan dirinya
hanyalah insan yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa
pertolongan-Nya, tanpa nikmat yang datang dari-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ
لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh
mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap perkaranya merupakan
kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin:
apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini kebaikan baginya, dan
apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun kebaikan baginya.” (HR.
Muslim).
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم)
“Janganlah
salah seorang di antara kalian meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).
Saudaraku,
Jika terhadap ujian apapun
yang menimpanya (baik ujian kelapangan/kesenangan maupun ujian kesusahan)
seseorang bisa menyikapinya dengan baik dan tetap berbaik sangka kepada Allah,
maka dia akan mendapatkan ridho-Nya.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ... ﴿٢٨﴾
“Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; ...”. (QS. Al Kahfi. 28).
Jika
Allah ridha maka Allah akan memberikan rahmat-Nya, yang dengan/atas rahmat-Nya
itu seseorang
bisa menggapai surga-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan abadi serta terhindar
dari azab api neraka.
قَالَ
اللهُ هَـــٰـذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّـــٰدِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّـــٰتٌ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَــٰــرُ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ
اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١٩﴾
“Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang
bermanfa`at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga
yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya*.
Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS. Al Maa-idah. 119).
... كَذَٰلِكَ يَجْزِي اللهُ الْمُتَّقِينَ ﴿٣١﴾
“...
Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa”. (QS. An
Nahl. 31).
الَّذِينَ
تَتَوَفَّـــٰـهُمُ الْمَلَـــٰــئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَـــٰمٌ
عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(Yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik** oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum***, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32).
Wallahua'lam,
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Maksudnya ialah: Allah meridhai segala
perbuatan-perbuatan mereka, dan merekapun merasa puas terhadap nikmat yang
telah dicurahkan Allah kepada mereka.
**) Maksudnya:
wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga
berarti mereka wafat dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari
malaikat bahwa mereka akan masuk surga.
***) Artinya
adalah: selamat sejahtera bagimu.