Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini lanjutan dari artikel: “Tafsiran Orang Liberal Yang Sangat
Membahayakan Aqidah (I)”:
4. Gay/lesbi merupakan perbedaan orientasi seksual
Saudaraku,
Pada saat posisi mereka kaum gay/lesbi masih minoritas, mereka menuntut
toleransi. Pada saat masih minoritas, kaum gay/lesbi memposisikan
diri sebagai orang-orang yang terdzalimi.
Dengan dalih gay/lesbi hanyalah merupakan perbedaan orientasi seksual, maka
mereka mengatakan
bahwa
keluarga dan masyarakat tidak layak untuk memperlakukan mereka tidak
adil, sebagaimana yang mereka alami selama ini. Mereka berharap
perhatian dan dihargai.
Celakanya fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa perlahan
namun pasti, berbagai upaya yang selama ini mereka lakukan, mulai menunjukkan
hasilnya. Sebagaimana kita saksikan bersama bahwa pada saat ini sudah ada
beberapa negara yang melegalkan pernikahan gay/lesbi.
Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan mereka sudah mulai diakui di sejumlah
negara. Sedangkan dari tahun ke tahun, jumlah negara-negara yang melegalkan pernikahan
gay/lesbi tersebut, kecenderungannya justru semakin meningkat.
Pertanyaannya adalah, benarkah bahwa gay/lesbi hanyalah merupakan
perbedaan orientasi seksual semata? Sehingga masyarakat harus menerima
keberadaan mereka sebagai bentuk toleransi masyarakat kepada mereka?
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa terkait hal ini, Al Qur’an secara tegas
menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut merupakan
perbuatan yang amat keji (artinya apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut
merupakan perbuatan dosa besar). Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa
ayat berikut ini:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَـــٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّن الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿٨٠﴾ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً
مِّن دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ ﴿٨١﴾
(80) Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada
kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". (81) Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al A’raaf. 80 – 81).
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٥﴾ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ
مِنْ أَزْوَاجِكُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ ﴿١٦٦﴾
(165) Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara
manusia, (166) dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas". (QS. Asy
Syu’raa’. 165 – 166).
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَـــٰحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ ﴿٥٤﴾ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ
الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴿٥٥﴾
(54) Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada
kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu
melihat (nya)?" (55) Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi)
nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak
mengetahui (akibat perbuatanmu)". (QS. An Naml. 54 – 55).
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ
الْفَـــٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿٢٨﴾
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya:
"Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu". (QS.
Al ‘Ankabuut. 28).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa terkait hal ini Al Qur’an
secara tegas menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut
merupakan perbuatan yang amat keji dan pelakunya diancam dengan adzab yang
sangat mengerikan. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut
ini:
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَـــٰـقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ ﴿٨٤﴾
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (QS. Al A’raaf.
84).
ثُمَّ دَمَّرْنَا الْاٰخَرِينَ ﴿١٧٢﴾ وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَسَاءَ
مَطَرُ الْمُنذَرِينَ ﴿١٧٣﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَاٰيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٧٤﴾
(172) Kemudian Kami binasakan yang lain. (173) Dan Kami
hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa
orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (174) Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan
mereka tidak beriman. (QS. Asy Syu’raa’. 172 – 174).
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ
الْمُنذَرِينَ ﴿٥٨﴾
Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka
amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan
itu. (QS. An Naml. 58).
Sehingga berdasarkan penjelasan ayat-ayat di atas, dengan
mudah dapat disimpulkan bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa gay/lesbi
hanyalah merupakan perbedaan orientasi seksual saja, hal ini jelas-jelas
merupakan propaganda yang sangat menyesatkan.
Saudaraku,
Ada satu hal yang sangat mengerikan jika masyarakat
sampai termakan oleh propaganda yang sangat menyesatkan tersebut sehingga
masyarakat bisa menerima keberadaan mereka sebagai salah satu bentuk/sikap
toleransi terhadap keberadaan mereka.
Jika hal ini sampai terjadi (yaitu jika masyarakat pada
akhirnya bisa menerima/mengakui keberadaan mereka) maka hal ini akan semakin
menyuburkan perkembangan mereka sehingga jumlah mereka menjadi semakin banyak.
Dan pada saat mereka sudah banyak, maka mereka akan menyiksa, mengancam, bahkan
memperkosa kaum laki-laki. Dan mereka
akan mengusir
orang-orang yang menentang mereka. Mereka sebut orang-orang
yang
mengingatkan mereka sebagai orang-orang yang
“sok suci”. Al Qur’an telah menyampaikan
informasi tentang hal ini.
Saudaraku,
Kita semua harus belajar banyak dari umat Nabi Luth. Perhatikan
penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُواْ
أَخْرِجُوهُم مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ ﴿٨٢﴾
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah
mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." (QS. Al A’raaf.
82).
قَالُوا لَئِن لَّمْ تَنتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ
الْمُخْرَجِينَ ﴿١٦٧﴾
Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu
tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir". (QS.
Asy Syu’raa’. 167).
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُوا
أَخْرِجُوا ءَالَ لُوطٍ مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ ﴿٥٦﴾
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan:
"Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya
mereka itu orang-orang yang (menda`wakan dirinya) bersih". (QS. An Naml. 56).
5. Agama: cukup kita dengan Tuhan saja
Saudaraku,
Mereka menafsirkan bahwa agama itu cukup kita dengan
Tuhan saja, dengan kata lain agama itu urusan pribadi. Agama adalah urusan
pribadi, artinya orang mau sholat atau tidak, itu urusan pribadi. Orang mau
puasa atau tidak, merdeka saja, karena ini adalah urusan pribadi. Orang mau
pesta miras, selama dilakukan di ruang tertutup dan tidak bikin ribut tetangga,
maka orang lain tak boleh ikut campur, karena ini adalah urusan pribadi.
Demikian seterusnya.
Jika memang demikian adanya, maka sudah tidak akan ada
lagi yang namanya amar ma’ruf nahi munkar. Padahal kewajiban untuk ber amar
ma’ruf nahi munkar itu telah Allah bebankan atas setiap muslim, sebagaimana
penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini:
يَــــٰــبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
”Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
(QS. Luqman. 17).
Terlebih lagi jika hal ini kita kaitkan dengan surat Al Baqarah ayat
208, dimana kita diperintahkan
untuk masuk ke dalam Islam secara
kaaffah (secara keseluruhannya). Artinya kita tidak
boleh mengambil sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah
yaitu hukum-hukum yang kita senangi saja, sementara hukum-hukum
yang lain yang tidak kita senangi kita buang begitu saja.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ
ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).
Dan jika
kita hanya mengambil
sebagian hukum-hukum Allah dan membuang sebagian yang lainnya, maka tanpa kita sadari,
kita telah memperturutkan langkah-langkah syaitan. Padahal, sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kita. Na’udzubillahi mindzalika!
...
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَن
يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا
اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٨٥﴾
“...
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian
yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang
kamu perbuat”. (QS. Al Baqarah. 85).
Sementara itu Islam meliputi segala aspek kehidupan,
mulai masalah politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, masalah pribadi, dan
semuanya. Berikut ini beberapa ayat di antaranya:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَـــٰـكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللهِ
لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ ﴿٢٦﴾
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah
akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS.
Shaad. 26).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ
بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ
بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيَــــٰتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١١٨﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan
kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali ‘Imraan. 118).
... وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُواْ اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢﴾
“... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya. (QS. Al Maa-idah. 2).
وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ
عَلَى اللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦١﴾
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Anfaal. 61).
Saudaraku,
Jika kita bahas lebih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an
(serta Al Hadits), maka nampaklah bahwa Islam itu adalah agama yang benar-benar sempurna,
dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya.
هَــٰــذَا بَلَـــٰـغٌ لِّلنَّاسِ
وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَـــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَــــٰبِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah
penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).
Sehingga dari uraian di atas, dengan mudah dapat
disimpulkan bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa bahwa agama itu
cukup kita dengan Tuhan saja (dengan kata lain agama itu adalah urusan
pribadi), hal ini jelas-jelas merupakan tafsiran sesuka hati mereka sendiri, karena
jelas-jelas merupakan tafsiran yang tidak berdasar sama sekali.
{ Bersambung; tulisan ke-2 dari 3
tulisan }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar