Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Terkait perayaan natal, seorang teman sejawat
muslim (staf pengajar/dosen fakultas teknik sebuah perguruan tinggi negeri di
Jawa Timur) telah membuat pernyataan/status di facebook sebagai berikut:
"Selamat merayakan natal buat semua yang merayakan. Semoga kelahiran Jesus
yang diperingati bisa menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia”.
MARI KITA KAJI PERNYATAAN DI ATAS
Pernyataan tersebut bisa kita bagi menjadi dua,
yaitu: (1) Selamat merayakan natal buat semua yang merayakan, dan (2) Semoga kelahiran Jesus yang
diperingati bisa menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia.
1. Selamat
merayakan natal buat semua yang merayakan.
Saudaraku,
Mereka meyakini Nabi Isa AS. sebagai Tuhan atau
Anak Tuhan, bagaimana mungkin kita memberi ucapan selamat kepada mereka (apalagi
jika sampai ikut merayakannya)? Padahal Nabi Isa AS. itu tidak lain hanyalah
seorang hamba Allah yang Allah berikan kepadanya nikmat kenabian dan Allah jadikan
dia (Nabi Isa AS) sebagai tanda bukti kekuasaan Allah untuk Bani Israil.
قَالَ
إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَـــٰنِيَ الْكِتَـــٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ﴿٣٠﴾
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi”. (QS.
Maryam. 30)
إِنْ هُوَ
إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَـــٰـهُ مَثَلًا لِّبَنِي
إِسْرَائِيلَ ﴿٥٩﴾
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami
berikan kepadanya ni`mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti
(kekuasaan Allah) untuk Bani Israil”. (QS. Az Zukhruf. 59).
Saudaraku,
Tidak selayaknya bagi kita orang-orang yang
beriman untuk mencampur-adukkan iman dengan kemusyrikan, jika kita ingin mendapat
keamanan dari siksaan dan petunjuk dari-Nya.
الَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَـــــٰــنَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـــــٰــئِكَ
لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS. Al A’aam. 82).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur-adukkan) tidak mencampurkan (keimanan mereka dengan kelaliman) yakni
kemusyrikan demikianlah menurut penafsiran yang tersebutkan di dalam hadits
sahih Bukhari dan Muslim (mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan)
dari siksaan (dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk)”.
2. Semoga kelahiran Jesus yang
diperingati bisa menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia.
Saudaraku,
Jesus putera Maria (Isa AS putra Maryam) telah
diyakini oleh mereka kaum Nasrani sebagai Anak Tuhan yang hanya melalui dirinya
sajalah jalan keselamatan bagi umat manusia (menurut keyakinan orang-orang
Nasrani, Jesus
merupakan satu-satunya jalan terang menuju keselamatan). Di dalam Injil Yohanes
14: 6, Jesus berfirman: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang
pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”.
Padahal (menurut Al Qur’an) Isa AS. itu tidak lain
hanyalah seorang hamba Allah yang Allah berikan kepadanya nikmat kenabian dan Allah
jadikan dia (Nabi Isa AS) sebagai tanda bukti kekuasaan Allah untuk Bani Israil,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an surat Maryam ayat 30 serta surat Az Zukhruf
ayat 59 di atas.
Sehingga bagi siapapun yang dengan penuh kesadaran/dengan
penuh keyakinan telah membuat pernyataan seperti ini, maka itu artinya yang
bersangkutan dengan penuh kesadaran/dengan penuh keyakinan telah menyelisihi firman Allah dalam surat Al Maa-idah
ayat 17 dan ayat 73 serta surat An Nisaa’ ayat 171. Lebih dari itu, ketahuilah
bahwa sesungguhnya jalan keselamatan itu hanya melalui Islam (QS. Ali ‘Imraan. 85).
لَّقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ... ﴿١٧﴾
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. (QS. Al
Maa-idah. 17).
لَّقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلَـــٰـــثَةٍ وَمَا مِنْ
إِلَـــٰـهٍ إِلَّا إِلَـــٰـهٌ وَاحِدٌ وَإِن لَّمْ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ
لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٧٣﴾
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
"Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di
antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al Maa-idah. 73).
يَا أَهْلَ
الْكِتَــــٰبِ لَا تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُواْ عَلَى اللهِ إِلَّا
الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَـــٰـهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُواْ بِاللهِ وَرُسُلِهِ
وَلَا تَقُولُواْ ثَلَــــٰـــثَةٌ اِنتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللهُ
إِلَـــٰــهٌ وَاحِدٌ سُبْحَـــٰـــنَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللهِ وَكِيلًا ﴿١٧١﴾
”Wahai Ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu*, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya** yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya***. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya
dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (QS. An
Nisaa’ ayat 171).
*) Maksudnya: Janganlah kamu mengatakan Nabi ’Isa itu Allah,
sebagai yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.
**) Maksudnya:
Membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat ”kun”
(jadilah) tanpa bapak, yaitu Nabi ’Isa AS.
***) Disebut tiupan
dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
وَمَن
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَــٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآخِرَةِ مِنَ الْخَـــٰسِرِينَ ﴿٨٥﴾
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali
‘Imraan. 85).
Dan bagi siapapun yang dengan penuh kesadaran/dengan
penuh keyakinan telah membuat pernyataan seperti ini, maka hal itu bisa
menghanguskan imannya sehingga hapuslah pula amalan-amalannya dan Allah tidak
mengadakan suatu penilaian bagi amalan-amalannya pada hari kiamat (na’udzubillahi mindzalika), karena
Allah telah berfirman dalam AL Qur’an surat Ghafir ayat 4:
مَا يُجَـــٰـدِلُ
فِي ءَايَـــــٰتِ اللهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿٤﴾
“Tidak ada yang
memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir ...”. (QS. Ghafir. 4).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat
115, Allah telah berfirman:
وَمَن
يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ
سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ
مَصِيرًا ﴿١١٥﴾
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali”. (QS. An Nisaa’. 115).
Oleh karena itu, berhati-hatilah
wahai saudaraku!
Saudaraku,
Bagi siapapun yang dengan penuh kesadaran/dengan
penuh keyakinan telah membuat pernyataan seperti ini dan tidak segera bertaubat
sebelum ajal menjelang, maka dia akan termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang paling merugi perbuatannya, yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya. Na’udzubillahi mindzalika!
Perhatikan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al
Kahfi ayat 103 – 106 berikut ini:
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَــٰــلًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
﴿١٠٤﴾ أُوْلَــــٰـــئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَـــٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ
فَحَبِطَتْ أَعْمَـــٰــلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَــــٰــمَةِ
وَزْنًا ﴿١٠٥﴾ ذَٰلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا ءَايَــــٰتِي
وَرُسُلِي هُزُوًا ﴿١٠٦﴾
(103) Katakanlah: "Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
(104) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia
ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (105)
Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur
terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami
tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (106)
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan
disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
(QS. Al Kahfi. 103 – 106).
رَبَّنَا لَا
تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾
"Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali ‘Imran.
8).
... رَبَّنَا ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا
رَشَدًا ﴿١٠﴾
"... Wahai Tuhan kami
berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi.
10).
رَبَّنَا (Ya
Tuhan kami),
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al
Faatihah. 6 – 7). Amin, ya rabbal ‘alamin!
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata
karena keterbatasan ilmuku.
Semoga
bermanfaat.