Assalamu’alaikum
wr. wb.
Seorang
Ibu (dosen
senior sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Semarang) telah bertanya via
WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, saya tanya ya. Apakah
boleh/ada tuntunannya jika sesorang punya hajat jual rumah, kemudian tanya pada
seorang yang disebut kyai, lalu oleh kyai itu disuruh baca surat tertentu dari
Al Qur'an sebanyak jumlah tertentu selama jumlah hari tertentu. Setelah tiap kali baca, ditiupkan ke dua genggam tanah yang diambil dari rumah yang akan dijual. Setelah sejumlah hari tersebut tanah tadi harus dikembalikan ke (tempat)
asalnya diambil. Apakah itu syirik? Apakah selama 40 hari amal ibadah kita ditolak
Allah? Mohon jawabnya, ya Pak Imron. Terimakasih”.
Sebelumnya
kusampaikan
terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Semoga semangat untuk
belajar ini tidak akan pernah padam hingga ajal menjemput kita. Amin, ya rabbal
‘alamin!
Saudaraku,
Dugaanku, kemungkinan yang
bersangkutan bermaksud menjual rumah, setelah sekian lama belum laku juga, kemudian
beliau datangi seseorang yang beliau pandang sebagai kyai agar rumah tersebut
segera laku, kemudian "sang “kyai” menyuruhnya untuk mengambil segenggam
tanahnya lalu diberi do'a-do'a/jampi-jampi berupa bacaan tertentu dari Al
Qur’an dan seterusnya, kemudian tanah tersebut harus dikembalikan ke tempat
semula.
Jika memang demikian yang
dimaksudkan, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya hanya Allah-lah yang bisa
menolak mudharat dan memberi manfaat. Dialah yang memiliki kerajaan, pemberian,
pencegahan. Dialah yang memiliki segala perintah, Dialah pemilik segala
ciptaan.
Keputusannya pasti
terlaksana, ketentuannya pasti terjadi. Tidak ada yang bisa menahan apa yang
Dia berikan, tidak ada yang bisa memberikan apa yang Dia tahan, dan tidak ada
yang bisa menolak apa yang Dia putuskan. Dialah satu-satunya yang bisa
melenyapkan setiap bencana dan menghilangkan setiap kesulitan.
Para malaikat, para nabi,
orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya (termasuk tanah yang
telah dibacakan doa-doa atau jampi-jampi tersebut), tidak ada yang bisa menolak
mudharat dan mendatangkan manfaat!
مَا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ
لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
﴿٢﴾
“Apa saja yang Allah
anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat
menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang
sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (QS. Faathir. 2)
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا
مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ
وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita
gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ
اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ
أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ
عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
“Dan sungguh
jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka
terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah
hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku,
apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah
bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS.
Az-Zumar. 38).
Saudaraku,
Tidak boleh seseorang
menyatakan bahwa suatu amalan adalah sebab mashlahat atau mudharrat, sementara
tidak ada dalil yang mendasarinya. Mengambil segenggam tanah dari rumah yang
mau dijual, kemudian dibacakan doa-doa atau jampi-jampi (meskipun do'a-do'a/jampi-jampi
tersebut berupa bacaan tertentu dari Al Qur’an), kemudian menaruhnya kembali di
tempat semula, dengan maksud supaya segera laku dijual adalah sebab yang tidak
berdasarkan dalil.
Apabila orang yang
melakukannya hanya meyakini itu sebab, maka dia terjerumus dalam syirik kecil
karena dia telah meyakini sesuatu yang pada hakikatnya bukan sebab, sebagai
sebab. Namun bila dia meyakini bahwa tanah yang telah dibacakan doa-doa atau
jampi-jampi itulah yang kemudian memberi manfaat dan mudharrat, dengan
sendirinya dia telah terjerumus dalam syirik besar.
Cukuplah bagi seorang muslim
mengambil sebab-sebab yang syar'i dan diperbolehkan, seperti: iklan di media,
berdo’a kepada Allah dengan adab-adab do’a, mencari sebab tidak lakunya dan
menyelesaikannya dengan cara yang syar'i, kemudian menyerahkan hasilnya kepada
Allah SWT.
Saudaraku,
Katakanlah:
"Cukuplah Allah bagiku" dan kepada-Nyalah aku bertawakkal.
... قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ
يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
“...
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal
orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar. 38).
Saudaraku
juga bertanya: “Jika hal itu
syirik,
apakah selama 40 hari amal ibadahnya ditolak Allah?”.
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bagi
siapapun yang dengan penuh kesadaran telah meyakini bahwa tanah yang telah dibacakan
doa-doa atau jampi-jampi itulah yang memberi manfaat sehingga rumah tersebut
bisa segera laku, maka jelas dia telah terjerumus dalam syirik besar.
Sedangkan orang yang melakukan kesyirikan, bukan hanya
amal ibadahnya yang ditolak selama 40 hari. Orang yang melakukan kesyirikan,
bahkan akan menghanguskan imannya sehingga hapuslah pula amalan-amalannya dan
Allah tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan-amalannya pada hari kiamat (na’udzubillahi
mindzalika). Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai saudaraku!
ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ
يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم
مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿٨٨﴾
Itulah petunjuk Allah, yang
dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah
dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’aam. 88)
Sedangkan bagi saudara kita
yang sudah terlanjur melakukan hal itu, sampaikan kepadanya bahwa dia harus
bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepadanya, sebelum ajal tiba.
Sampaikan kepadanya bahwa dia harus segera kembali
kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya. Dan dia juga harus mengikuti dengan
sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah sebelum
datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba.
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ ﴿٨٢﴾
“Dan sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di
jalan yang benar”. (QS. Thaahaa. 82).
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az
Zumar. 53).
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ
لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi)”. (QS. Az Zumar. 54).
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن
رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا
تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan
ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum
datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”, (QS. Az
Zumar. 55).
Dari
Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa
Jalla akan
menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR.
At-Tirmidzi).
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾
"Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali ‘Imran.
8). Amin, ya rabbal ‘alamin!
Demikian yang bisa
kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan/kesalahan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar