Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Berikut ini kutipan
perbincangan antara
beberapa orang jama’ah sebuah masjid di dekat kampus ITS Surabaya:
Bapak A: Mbok ya kalau habis sholat subuh
berjama’ah, saya diberi waktu untuk berdzikir dahulu. Jangan setelah selesai
jama’ah subuh, segera dilanjutkan dengan ceramah, khutbah, dll.
Bapak B: Sambil berdzikir bisa, kok Pak. Kalau harus menunggu selesai dzikir, jama’ah sudah bubar.
Bapak C: Setuju
Pak, bisa multitasking1 kok.
Bapak A: Beberapa
orang bisa, beberapa orang tidak bisa. Hanya masalah adab.
Bapak D: Saya
sangat setuju dengan pendapat Bapak B, karena kalau pelaksanaan
ceramah/kajian harus menunggu dzikir selesai, jama'ah sudah buyar sehingga sudah tidak ada lagi yang mendengarkan kajian/kajian menjadi tidak efektif.
Bapak D: Di masjid jami' di kampung
halamanku yang masjidnya besar dan lokasinya strategis/di perempatan jalan
besar/hanya sekitar 1 km dari aloon-aloon kota, jika ada kuliah subuh,
dzikirnya juga dipersingkat. Jadi praktis nggak terlalu lama setelah selesai
jama'ah subuh, segera dilanjutkan dengan kuliah subuh/ceramah ba'da subuh.
Bapak E: Atau berdzikir di rumah?
Bapak D: Lha
mendengarkan kajian, 'kan juga bagian dari dzikir?
Mari kita kaji perbincangan di atas
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa dzikrullah (mengingat Allah)
merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia. Dengan banyak berdzikir (mengisi waktu dan memanfaatkan setiap nafas untuk
berdzikir kepada-Nya), seorang
hamba akan semakin dekat
kepada Rabb-nya. Dan dengan banyak berdzikir/dengan banyak mengingat
Allah, maka hati
seorang hamba akan menjadi tenteram.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللهُ سُبْحَانَهُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ
عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ
ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ
مِنْهُمْ وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ شِبْرًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ
أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia bercerita, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
'Allah SWT berfirman, "Aku seperti prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya, niscaya
Aku akan mengingatnya di dalam Diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku pada kelompok,
niscaya Aku akan mengingatnya pada kelompokyang lebih mulia dari mereka. Jika
ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, niscaya Aku akan mendekatkan Diri
kepadanya satu hasta. Dan jika ia datang kepada-Ku sambil berjalan, niscaya Aku
datang kepadanya dengan berlari kecil'." (HR. Ibnu Majah(.
الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ
اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’d. 28).
Keutamaan Majelis Dzikir
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya majelis dzikir merupakan
majelis yang sangat mulia di sisi Allah Ta’ala serta memiliki berbagai
keutamaan, antara lain:
√ Majelis dzikir adalah taman-taman
surga di dunia ini.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ
بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
ثَابِتٍ الْبُنَانِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ
الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ. (رواه الترمذى)
Abdul Warits
bin Abdushamad bin Abdul Warits menceritakan kepada kami dan ia berkata: Ayahku
menceritakan kepadaku dan ia berkata: Muhammad bin Tsabit Al Bunani
menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian melewati taman
surga maka makan minumlah (maka singgahlah dengan senang hati)”. Para sahabat bertanya: “Apakah taman surga itu?” Rasulullah
menjawab: “Perkumpulan
yang diadakan untuk dzikir (halaqah dzikir)”. (HR. At-Tirmidzi).
Halaqah = perkumpulan/kelompok/lingkaran orang-orang yang duduk.
√ Majelis dzikir merupakan
majelis
para malaikat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.
(رواه مسلم)
Tidaklah sekelompok orang duduk
berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali para malaikat mengelilingi
mereka, rahmat (Allah) meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan
Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di sisi-Nya. (HR. Muslim).
Bentuk-bentuk Majelis Dzikir
Setelah kita mengetahui keutamaan majelis dzikir, maka
kita juga harus mengetahui bentuk-bentuk majelis dzikir tersebut agar kita bisa
mengamalkan ibadah yang mulia ini sesuai dengan tuntunan Allah serta rasul-Nya.
Berdasarkan beberapa
hadits yang menyebutkan tentang majelis
dzikir, dapat kita ketahui bahwa bentuk-bentuk
majelis
dzikir adalah sebagai
berikut:
√ Duduk bersama-sama,
kemudian masing-masing berdzikir dengan pelan.
Saudaraku,
Salah satu bentuk dari majelis dzikir adalah Duduk
bersama-sama, kemudian masing-masing berdzikir dengan pelan. Sedangkan jenis-jenis
dzikir yang diucapkan adalah: tasbih (ucapan subhanallah), takbir (ucapan
Allahu Akbar), tahmid (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan laa ilaaha
illallah), meminta surga kepada Allah, permohonan perlindungan kepada Allah
dari neraka, serta istighfar (ucapan astaghfirullah).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
لِلّٰهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا
يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ
قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا
مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا
وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ
لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ
وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ
جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ
لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ
يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي
قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ
قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا
وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ
عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ وَلَهُ
غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ. (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Hatim bin Maimun telah menceritakan kepada kami Bahz telah
menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Suhail dari
bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi mempunyai beberapa
malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, maka mereka terus
duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang
antara mereka dan langit yang paling bawah. Apabila majelis dzikir itu telah
usai, maka mereka juga berpisah dan naik ke langit”. Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meneruskan sabdanya: “Selanjutnya
mereka ditanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat Yang sebenarnya Maha Tahu
tentang mereka: “Kalian datang dari mana?”. Mereka
menjawab: “Kami
datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir,
bertahmid, dan memohon kepada-Mu ya Allah”. Lalu
Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: “Apa
yang mereka minta?”. Para malaikat menjawab: “Mereka
memohon surga-Mu ya Allah”. Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya lagi: “Apakah
mereka pernah melihat surga-Ku?”. Para malaikat menjawab: “Belum, mereka belum
pernah melihatnya, ya Allah”. Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata: “Bagaimana
seandainya mereka pernah melihat surga-Ku?”. Para malaikat berkata: “Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu, ya Allah”. Allah
Subhanahu wa Ta'ala balik bertanya: “Dari
apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?”. Para
malaikat menjawab: “Mereka
meminta perlindungan kepada-Mu dari neraka-Mu, ya Allah”. Allah
Subhanahu wa Ta'ala bertanya: “Apakah
mereka pernah melihat neraka-Ku?”. Para
malaikat menjawab: “Belum, mereka belum pernah melihat neraka-Mu, ya Allah”. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berkata: “Bagaimana
seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?”. Para malaikat berkata: “Ya
Allah, sepertinya mereka juga memohon ampun (beristighfar) kepada-Mu?”. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab: “Ketahuilah hai para malaikat-Ku, sesungguhnya Aku
telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan melindungi
mereka dari neraka”. Para
malaikat berkata: “Ya
Allah, di dalam majelis mereka itu ada seorang hamba yang berdosa dan kebetulan
hanya lewat lalu duduk bersama mereka”. Maka
Allah menjawab: “Ketahuilah
bahwa sesungguhnya Aku akan mengampuni orang tersebut. Sesungguhnya mereka itu
adalah suatu kaum yang teman duduknya tak bakalan celaka karena mereka”. (HR. Muslim).
√ Duduk bersama-sama untuk
membaca dan mempelajari Al Qur’an, yaitu dengan cara salah seorang/sebagian
diantaranya membaca/memberikan kajian dan yang lainnya
mendengarkan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَ هُمُ
اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَبِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
(رواه مسلم)
Dari
Abu Hurairah, dia berkata Rasulullah bersabda: ”...
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun
atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya”. (HR. Muslim).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَـــٰــلِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَــٰـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis2", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al Mujaadilah. 11).
Majelis
Ilmu Adalah Majelis Dzikir.
Saudaraku,
Dalam Kitab Riyadhush Shalihin, Imam Nawawi telah membuat
satu bab (yaitu Bab 247) dengan judul: “Keutamaan Berhimpun Untuk Berzikir Dan
Mengajak-ajak Untuk Menetapinya Dan Larangan Memisahkan Diri Daripadanya Kalau
Tanpa Udzur”. Dalam bab tersebut, beliau mengutip
satu ayat Al Qur’an (surat Al Kahfi ayat 28) serta
empat hadits, yang mana salah satu diantaranya
adalah hadits yang berisi tentang majelis ilmu. Hal ini menunjukkan bila Imam Nawawi rahimahullah mengisyaratkan, bahwa
majelis ilmu termasuk majelis dzikir. (Wallahu ta'ala a’lam).
Saudaraku,
Dari rangkaian uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
majelis zikir itu bukanlah sekedar majelis yang anggota-anggotanya hanya
bertasbih, bertahmid, beristighfar dan semacamnya, tetapi ia adalah juga
majelis ilmu yang mengingatkan manusia akan dirinya sebagai mahluk Allah yang
lemah serta menyadari kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Majelis-majelis dzikir juga adalah orang-orang yang
berkumpul untuk memperlajari Al Qur’an secara bersama sama, dimana sebagian mereka
belajar kepada sebagian yang lain/sebagian mereka mengambil manfaat dari
sebagian yang lain.
Demikian itulah majelis-majelis dzikir yang sesuai dengan
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa tidaklah suatu kaum berkumpul di
rumah dari rumah-rumah Allah untuk membaca Al Qur'an dan saling belajar Al
Qur'an, kecuali diturunkan kepada mereka ketenangan serta dilimpahkan rahmat,
dikelilingi oleh malaikat dan Allah menyebutkan mereka pada makhluk yang berada
di sisi-Nya. Begitulah
perkumpulan dzikir, karena di dalamnya dipakai untuk berdzikir kepada Allah SWT.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَ هُمُ
اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَبِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
(رواه مسلم)
Dari
Abu Hurairah, dia berkata Rasulullah bersabda: ”...
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun
atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya”. (HR. Muslim).
Saudaraku,
Dari sini nampak secara nyata bahwa berkumpul untuk
membaca dan mempelajari Al Qur’an (majelis ilmu) merupakan salah satu bentuk
dzikir yang mulia. Bahkan menurut banyak ‘ulama', justru lebih utama
dibandingkan dengan majelis-majelis dzikir lain yang bersifat sunnat.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa berkumpul untuk membaca dan
mempelajari Al Qur’an (majelis ilmu) merupakan salah satu bentuk dzikir yang
mulia. Bahkan menurut banyak ‘ulama', majelis ilmu itu justru lebih
utama dibandingkan dengan majelis-majelis dzikir lain yang bersifat sunnat. Hal
ini mengingat bahwa menuntut ilmu itu merupakan perkara yang wajib, sedangkan
semua ‘ulama' sepakat bahwa perkara yang wajib itu lebih utama dibandingkan
perkara yang sunnah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak masalah
jika pada saat ada kuliah subuh, maka waktu untuk berdzikir dipersingkat. Jadi
praktis tidak terlalu lama setelah selesai jama'ah subuh, segera dilanjutkan
dengan kuliah subuh/ceramah ba'da subuh. Hal ini mengingat bahwa majelis ilmu itu justru lebih utama dibandingkan dengan majelis-majelis dzikir
lain yang bersifat sunnat.
Demikian
yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata
karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Istilah multitasking biasanya digunakan dalam dunia komputer. Multitasking adalah sistem yang mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus pada saat
yang bersamaan.
2) Yang dimaksud di sini adalah majelis tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berada dan majelis dzikir sehingga orang-orang yang datang kepada kalian
dapat tempat duduk (Tafsir Jalalain).
3) Bapak A, Bapak B, Bapak C, Bapak
D, dan Bapak E dalam perbincangan/diskusi di atas adalah nama-nama samaran dari
para jama’ah masjid yang terlibat dalam perbincangan/diskusi di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar