Assalamu’alaikum wr. wb.
Tanggapan beliau (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri
terkemuka di Sumatera) terhadap artikel “Pasrah Kepada Allah (I)”:
Terimakasih, Pak Imron
(atas penjelasannya).
Ada satu
lagi yang ingin saya tanyakan. Apakah
orang yang
kena istidraj masih bisa taubat dan diampuni?. Karena katanya jika kena azab
istidraj fase 5 (fase terakhir), akan putus asa dan hanya
menyesal sedikit saja. (Saya
share tulisan tentang istidraj).
Apakah mungkin saya terkena ini
Pak Imron, karena kalut panik dan
putus asa saya rasakan sekarang. Dulu rezeki saya lancar tapi masih ambil yang tidak halal selama
bertahun-tahun
tanpa rasa berdosa. Sehat tak pernah sakit, anak-anak pintar tapi dalam agama kami
lemah. Ketakutan yang
saya rasa sekarang lebih pada takut kehilangan duniawi.
Tanggapan
Saudaraku,
Terkait istidraj, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda:
إِذَا
رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ
مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ. (رواه أحمد)
“Bila
kamu melihat Allah memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya,
padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa
hal itu adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad.)
Sedangkan dalam surat Al An’aam ayat 44 serta dalam surat Al-A'raaf ayat 182, Allah
Ta’ala telah berfirman:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An’aam. 44).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Maka tatkala mereka melupakan) mereka
mengabaikan (peringatan yang telah diberikan kepada mereka) nasihat dan ancaman
yang telah diberikan kepada mereka (melaluinya) yaitu dalam bentuk kesengsaraan
dan penderitaan, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya
(Kami bukakan) dengan dibaca takhfif dan tasydid (kepada mereka semua
pintu-pintu) yakni kesenangan-kesenangan sebagai istidraj untuk mereka
(sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka) gembira yang diwarnai rasa sombong (Kami siksa mereka) dengan azab
(dengan tiba-tiba) secara sekonyong-konyong (maka ketika itu mereka terdiam
berputus-asa) mereka merasa berputus asa dari segala kebaikan”.
Tafsir Ibnu Katsir:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ ... ﴿٤٤﴾
“Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka ...”. (Al-An'am: 44).
Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu dan
melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.
...
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ ... ﴿٤٤﴾
“... Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka ...”. (Al-An'am:
44). Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang
mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat mereka dan sebagai
pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari
tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
... حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ ... ﴿٤٤﴾
“... sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka ...”. (Al-An'am:
44). Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak yang banyak, dan rezeki
melimpah ruah.
...
أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً ... ﴿٤٤﴾
“... Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong ...”. (Al-An'am: 44). Yaitu di saat
mereka sedang lalai.
...
فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
“... maka ketika
itu mereka terdiam putus asa”. (Al-An'am: 44). Artinya putus
harapan dari semua kebaikan.
وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـئَـايَـــٰــتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
﴿١٨٢﴾
Dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami, nanti Kami lakukan istidraj terhadap mereka [nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan)], dengan cara yang
tidak mereka ketahui. (QS. Al-A'raaf. 182).
Saudaraku bertanya: “Apakah orang yang kena istidraj
masih bisa taubat dan diampuni?”.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa seorang hamba
tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya,
karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu taubat itu sangatlah luas, jauh
lebih luas dari yang kita pikirkan. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat
At Taubah ayat 104 berikut ini:
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ
عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَــــٰـتِ وَأَنَّ اللهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿١٠٤﴾
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima
taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS. At Taubah. 104).
Perhatikan pula penjelasan hadits Anas radhiyallahu
‘anhu
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini:
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ
اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي
وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي
بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا
لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (رواه الترمذى)
Saya mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai Bani Adam, sesungguhnya selama
engkau berdo’a
kepada-Ku, mengharapkan-Ku, niscaya Aku beri ampun kepadamu atas apa yang ada
padamu, dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai
langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan kepadamu,
dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, sungguh, seandainya engkau datang
kepada-Ku membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam
keadaan tidak menyekutukan Aku dengan apapun, pasti Aku datang kepadamu dengan
membawa ampunan sepenuh itu juga.” (HR. At-Tirmidzi)
Saudaraku,
Ketahuilah pula bahwa sesungguhnya Allah sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Sehingga tidak
pantas bagi seorang hamba untuk berputus asa dari
rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya. Perhatikan penjelasan
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad serta
hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi berikut
ini:
Hadits diriwayatkan
oleh Imam Ahmad secara tunggal:
قَالَ عَبْدُ اللهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ
الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ النَّرسِي، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو
الْبَجَلِيِّ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِي
جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، عَنْ
أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ
الْمُفَتَّنَ التَّوَّابَ". (رواه أحمد)
Abdullah ibnu Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la ibnu Hammad
Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi,
dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja'far
alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu
Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai hamba
yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ
بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap bani Adam banyak
melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang banyak
bertaubat.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan surat At
Taubah ayat 104 dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad serta hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan
ad-Darimi di atas, nampaklah bahwa seorang hamba
tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya,
karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu taubat itu sangatlah luas.
Dan hal ini tentu saja juga berlaku bagi
siapa saja yang kena istidraj, selama ruhnya belum sampai di tenggorokan. Perhatikan
penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut
ini:
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla akan
menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR.
At-Tirmidzi).
Saudaraku bertanya: “Apakah orang yang kena istidraj
masih bisa taubat dan diampuni?.
Karena katanya jika kena azab istidraj fase 5 (fase
terakhir) akan
putus asa dan hanya menyesal sedikit saja”.
Terkait hal ini, marilah kita perhatikan penjelasan Allah
dalam surat Yunus ayat 90 berikut ini:
وَجَــٰــوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ
وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُ لَا إِلـــٰــهَ إِلَّا الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ
وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٩٠﴾
Dan Kami memungkinkan Bani Israil
melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala tentaranya, karena
hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun itu telah hampir
tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)”. (QS. Yunus. 90).
Lalu bagaimana dengan taubat Fir’aun yang pada akhirnya beriman kepada Allah sebagaimana penjelasan Al Qur’an
dalam surat Yunus ayat 90 di atas?
Apakah taubatnya diterima oleh Allah?
Saudaraku,
Jawaban
dari pertanyaan ini ada dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 91 berikut ini (kelanjutan dari
ayat di atas):
اٰۤلْــئٰــنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
﴿٩١﴾
Apakah sekarang (baru kamu
percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Yunus. 91).
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan
Al Qur’an dalam surat Yunus ayat 91 atas, ternyata
taubatnya
Fir’aun tidak diterima Allah. Mengapa demikian? Karena Fir’aun baru bertaubat
saat
ruhnya sudah
sampai di tenggorokan (sakarotul maut).
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla akan
menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR.
At-Tirmidzi).
Saudaraku,
Karena taubatnya Fir’aun tidak diterima oleh Allah,
maka dia mati dalam keadaan kafir dan kelak akan tetap menanggung beban
kedzalimannya, karena telah Allah sediakan siksa yang
pedih bagi siapa saja yang mati dalam keadaan kafir.
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي
تُبْتُ الْــئَـــٰنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـــٰـــئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا
أَلِيمًا ﴿١٨﴾
Dan tidaklah taubat itu diterima
Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang
ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya
saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang
mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan
siksa yang pedih. (QS. An Nisaa’. 18).
Saudaraku,
Jelaslah sekarang bahwa jika seseorang terkena azab
istidraj hingga pada fase akhir, maka yang bersangkutan sudah tidak mungkin
lagi mendapatkan ampunan dari Allah sehingga yang bersangkutan hanya bisa terdiam
berputus asa, sebagaimana penjelasan surat Al An’aam ayat 44 berikut ini:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An’aam. 44).
Oleh karena itu, bersegeralah datang kepada Allah (dan
jangan ditunda-tunda lagi) untuk bertaubat kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya, sebelum datang azab kepada saudaraku sehingga saudaraku
tidak dapat ditolong lagi, seperti
yang telah menimpa Fir’aun (sebagaimana uraian di atas).
Disamping
itu, saudaraku juga harus menindaklanjutinya dengan mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah (yaitu Al Qur’an) sebelum datang azab dari-Nya
dengan tiba-tiba sehingga saudaraku tidak menyadari akan
kedatangannya (karena kita semua tidak tahu kapan
azab itu datang).
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ
الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi)”. (QS. Az
Zumar. 54).
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن
رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا
تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang
kamu tidak menyadarinya”, (QS. Az Zumar. 55).
Saudaraku mengatakan: “Apakah mungkin saya terkena ini
Pak Imron, karena kalut panik dan
putus asa saya rasakan sekarang. Dulu rezeki saya lancar tapi masih ambil yang tidak halal selama
bertahun-tahun tanpa rasa berdosa. Sehat tak pernah sakit, anak-anak pintar tapi dalam agama kami
lemah. Ketakutan yang
saya rasa sekarang lebih pada takut kehilangan duniawi”.
Saudaraku,
Jika akhir-akhir ini saudaraku
merasa kalut, panik dan putus asa karena pada saat rezeki lancar masih ambil yang
tidak halal selama bertahun-tahun tanpa rasa berdosa, sehat tak pernah sakit, anak-anak
pintar tapi dalam agama kami lemah, merasa takut kehilangan
duniawi, maka ketahuilah bahwa hal ini adalah salah satu sinyal bahwa saudaraku sudah
terpengaruh oleh perangkap syaitan.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي
الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Al Hijr. 39).
Oleh karena itu, saudaraku musti banyak-banyak ber-istighfar
dan memohon petunjuk kepada-Nya.
...
رَبَّنَا ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
﴿١٠٩﴾
“... Ya
Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik”. (QS. Al Mu’minuun. 109).
... رَبَّنَا ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ
رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
“... Wahai
Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi
kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (QS. Al Kahfi. 10).
Do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اللّٰهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ،
وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا
سَلِيمًا وَلِسَانًا صَادِقًا، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kepada-Mu kekokohan dalam agama ini, dan agar bertekad untuk selalu
terbimbing. Aku juga memohon untuk bersyukur atas nikmat-Mu, kebaikan dalam
ibadah kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu kalbu yang selamat dan lisan yang
jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau ketahui, serta
berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon
ampunan atas dosa yang Engkau ketahui”. (HR. an-Nasa’i).
سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِى.
(رواه البخارى ومسلم)
“Subhaanakallaahumma robbanaa wa
bi hamdika, allahummagh firliy”, artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami,
dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku. (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Pada saat yang sama, saudaraku juga musti banyak-banyak
menyebut dan mengingat Allah agar saudaraku bisa semakin mencintai-Nya melebihi
yang lain, agar saudaraku bisa lebih takut kehilangan rahmat Allah melebihi
yang lain.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا ﴿٤١﴾
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzaab. 41).
Jika saudaraku sudah berzikir dengan zikir yang
sebanyak-banyaknya, in sya Allah saudaraku akan bisa mencintai-Nya melebihi
yang lain, sehingga saudaraku menjadi lebih takut kehilangan rahmat Allah
melebihi rasa takut kehilangan yang lain (termasuk rasa takut akan kehilangan
hal-hal yang bersifat duniawi). Dan jika saudaraku sudah sampai pada tahapan ini,
maka saudaraku akan bisa merasakan manisnya iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ
إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه
البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya
dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan
Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai
seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah
dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari
kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
Terakhir, agar cinta saudaraku kepada
Allah bisa mengakar, maka saudaraku harus melakukannya (melakukan hal-hal di atas) secara
berulang-ulang.
Dalam Al Qur’an dan Hadits-pun,
banyak perintah yang berulang-ulang. Antara lain, agar
cinta kita kepada-Nya (dan Rasul-Nya) benar-benar mengakar (kokoh, kuat
menghunjam, tidak mudah goyah/tidak mudah tercerabut oleh segala tipu daya syaitan).
اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَـــٰــــبًا مُّتَشَـــٰبِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ
مِنْ هَادٍ ﴿٢٣﴾
“Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang*, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorangpun pemberi petunjuk baginya”. (QS. Az Zumar: 23).
Tanggapan beliau: “Terimakasih saudaraku. Semoga saya
bisa menjalaninya, tanpa
keraguan akan Maha Pengampunnya Allah SWT. Amin, ya rabbal ‘alamin.
Demikian dialog ini,
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Yang dimaksud dengan berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan
kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Qur’an supaya lebih kuat
pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa (yang
dimaksud dengan berulang-ulang di sini) ialah bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu
diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Fatihah.
{Tulisan ke-2 dari 2
tulisan}