Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (staf
pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, do’a apa yang makbul bagi orang yang tertimpa kesusahan? Juga sakit yang tak kunjung sembuh?”.
Saudaraku,
Pada saat tertimpa musibah/kesusahan, bacalah
do’a berikut ini:
إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.
اللّٰهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي
وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
“Innaa lillaahi wainnaa ilaihi
raaji'uun. Allaahumma`jurnii fii mushiibatii wa akhlif lii khairan minhaa”,
artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya
Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang
lebih baik daripadanya.
Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut
ini:
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي عُمَرُ بْنُ كَثِيرِ بْنِ أَفْلَحَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ سَفِينَةَ
يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ { إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ }
اللّٰهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي
وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَجَرَهُ اللهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ
لَهُ خَيْرًا مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا
أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْلَفَ اللهُ لِي
خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا سَعْدُ
بْنُ سَعِيدٍ أَخْبَرَنِي عُمَرُ يَعْنِي ابْنَ كَثِيرٍ عَنْ ابْنِ سَفِينَةَ
مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ وَزَادَ قَالَتْ فَلَمَّا
تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ مَنْ خَيْرٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ صَاحِبِ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ عَزَمَ اللهُ لِي فَقُلْتُهَا قَالَتْ
فَتَزَوَّجْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
(رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Sa'd
bin Sa'id ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Umar bin Katsir bin Aflah ia
berkata, saya mendengar Ibnu Safinah menceritakan bahwa ia mendengar Ummu
Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang mukmin
tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, “Innaa
lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun. Allaahumma`jurnii fii mushiibatii wa akhlif
lii khairan minhaa” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali
kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah
bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).' melainkan Allah menukar baginya
dengan yang lebih baik. Ummu Salamah berkata; Ketika Abu Salamah telah
meninggal, maka saya pun membaca sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Allah pun menggantikannya untukku dengan
yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah
menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Abu
Sa'id telah mengabarkan kepadaku Umar bin Katsir dari Ibnu Safinah Maula Ummu
Salamah, dari Ummu Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia
berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yakni
serupa dengan haditsnya Abu Usamah, dan ia menambahkan; (Ummu Salamah) berkata,
Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, kemudian Allah pun mengokohkan hatiku untuk mengucapkannya.
Lalu aku pun menikah dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. Muslim).
Disamping membaca do’a sebagaimana penjelasan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas, pada saat tertimpa
musibah/kesusahan, maka bersegeralah untuk melakukan sholat. Dalam Al
Qur’an surat Al Baqarah ayat 45 – 46 serta ayat 153, diperoleh penjelasan
sebagai berikut:
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوٰةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَـــٰــشِعِينَ ﴿٤٥﴾ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـــٰــقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿٤٦﴾
(45) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (46) (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.
Al Baqarah. 45 – 46).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(45) (Mintalah pertolongan) dalam menghadapi urusan atau
kesulitan-kesulitanmu (dengan jalan bersabar) menahan diri dari hal-hal yang
tidak baik (dengan shalat). Khusus disebutkan di sini untuk menyatakan
bagaimana pentingnya shalat itu. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hatinya risau disebabkan sesuatu masalah, maka beliau
segera melakukan shalat. Ada pula yang mengatakan bahwa perkataan ini ditujukan
kepada orang-orang Yahudi yang terhalang beriman disebabkan ketamakan dan ingin
kedudukan. Maka mereka disuruh bersabar yang maksudnya ialah berpuasa, karena
berpuasa dapat melenyapkan itu. Shalat, karena dapat menimbulkan kekhusyukan
dan membasmi ketakaburan. (Dan sesungguhnya ia) maksudnya shalat (amat berat)
akan terasa berat (kecuali bagi orang-orang yang khusyuk) yang cenderung kepada
berbuat taat. (46) (Orang-orang yang yakin) (bahwa mereka akan menemui Tuhan
mereka) ketika berbangkit (dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya), yaitu di
akhirat dan bahwa Dia akan membalas segala perbuatan mereka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اسْتَعِينُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوٰةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah. 153).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Hai orang-orang yang beriman! Mintalah
pertolongan) untuk mencapai kebahagiaan akhirat (dengan jalan bersabar) taat
melakukan ibadah dan sabar menghadapi cobaan (dan mengerjakan salat)
dikhususkan menyebutkannya disebabkan berat dan berulang-ulang (sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang sabar) artinya selalu melimpahkan
pertolongan-Nya kepada mereka”.
Sedangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ
عَمَّارٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الدُّؤَلِيِّ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ
الْعَزِيزِ أَخُو حُذَيْفَةَ، قَالَ حُذَيْفَةُ، يَعْنِي ابْنَ الْيَمَانِ: كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى.
(رواه أحمد)
Imam Ahmad
meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah, dari Ikrimah ibnu
Ammar, dari Muhammad ibnu Abdullah Ad-Du-ali yang menceritakan bahwa Abdul Aziz
(saudara Huzaifah) mengatakan bahwa Huzaifah ibnul Yaman r.a. pernah mengatakan: “Rasulullah
shallallahu
'alaihi wasallam bila mengalami suatu perkara
(cobaan), maka beliau selalu shalat”.
Saudaraku,
Disamping melakukan hal-hal di atas, menurut Prof. Dr.
KH. M. Ali Aziz, M.Ag., saat kita sakit (serta saat kita ditimpa musibah yang
lainnya), tugas kita adalah berobat/melakukan upaya lainnya untuk mendapatkan
kesembuhan/agar kita bisa keluar dari musibah tersebut.
Namun (menurut
beliau) soal
kesembuhannya itu sendiri sebenarnya tidak begitu penting. Ada yang lebih penting lagi dari hal
itu,
yaitu memohon kepada Allah SWT. agar
kita diberi
kemampuan sehingga kita
bisa ridho terhadap semua cobaan yang menimpa kita.
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا ءَاتَـــٰــهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ
سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah
bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَٰلِكَ
لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap
perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali
oleh seorang mukmin: apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini
kebaikan baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun
kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Terkait diskusi di atas, seorang akhwat
yang lainnya (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka
di Semarang, Jawa Tengah) telah memberikan tanggapan sebagai berikut: “Berarti
kuncinya syukur, ikhlas (ridho) dan sabar ya, Pak Imron?
Inggih,
Bu. Sebagai
orang yang beriman,
maka keridhaan Allah dan Rasul-Nya adalah “lebih
patut”
untuk kita cari daripada yang lain. Karena ridho Allah adalah lebih baik dari
dunia seisinya, bahkan lebih baik dari surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai.
وَعَدَ اللهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَـــٰتِ جَنَّـــٰتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَـــٰــلِدِينَ فِيهَا وَمَسَـــٰــكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّـــٰتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٧٢﴾
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki
dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga
`Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS.
At Taubah. 72).
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an pada bagian akhir ayat 72
dalam surat At Taubah di atas:
...
وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٧٢﴾
“... Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS.
At Taubah. 72).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “... (Dan keridaan Allah adalah lebih besar)
lebih agung daripada kesemuanya itu (itu adalah keberuntungan yang besar)”.
Tafsir Ibnu Katsir:
... وَرِضْوَانٌ مِنَ اللهِ أَكْبَرُ... ﴿٧٢﴾
“... Dan keridaan Allah adalah lebih besar ...”. (At-Taubah:
72)
Artinya, ridha Allah kepada mereka jauh lebih besar dan lebih
agung daripada semua nikmat yang mereka peroleh.
Imam Malik rahimahullah telah meriwayatkan dari
Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu
’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
"إِنَّ اللهَ، عَزَّ وَجَلَّ، يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ:
يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ يَا رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ،
وَالْخَيْرُ فِي يَدِكَ. فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا
لَا نَرْضَى يَا رَبِّ، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعط أَحَدًا مِنْ
خَلْقِكَ. فَيَقُولُ: أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُونَ: يَا
رَبِّ، وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ
رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا"
Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni surga, "Hai para
penghuni surga.” Maka mereka menjawab, "Labbaik, wahai Tuhan kami, kami
terima seruan-Mu dengan penuh kebahagiaan, dan semua kebaikan berada di tangan
kekuasaan-Mu.” Allah berfirman, "Apakah kalian telah puas?” Mereka
menjawab, "Mengapa kami tidak puas, wahai Tuhan kami, sedangkan Engkau
telah memberi kami segala sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada
seorang pun dari makhluk-Mu?” Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada
kalian yang lebih afdal daripada semuanya itu? " Mereka menjawab, "Wahai
Tuhan kami, adakah sesuatu yang lebih utama daripada semua ini?” Allah
berfirman. 'Aku halalkan bagi kalian ridha-Ku, maka Aku tidak akan murka lagi
kepada kalian sesudahnya untuk selama-lamanya”. Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkan hadis ini melalui Malik.
Abu Abdullah Al-Husain ibnu Ismail Al-Mahamili mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Fadl Ar-Raja-i, telah menceritakan kepada kami
Al-Faryabi. dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah
yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda:
"إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ اللهُ،
عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا فَأَزِيدُكُمْ؟ قَالُوا: يَا رَبَّنَا،
مَا خَيْرٌ مِمَّا أعطيتنا؟ قال: رضواني أكبر"
Apabila ahli surga telah masuk ke dalam surga, Allah SWT. berfirman,
"Apakah kalian menginginkan sesuatu, maka Aku akan menambahkannya kepada
kalian?” Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, apakah yang lebih baik
daripada apa yang telah Engkau berikan kepada kami?” Allah SWT. berfirman,
"Ridha-Ku lebih besar”. (Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab Musnad-nya melalui
hadis As-Sauri. Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya Sifatul Jannah
mengatakan. ”Menurut kami, hadis ini bergantung kepada syarat
kesahihannya").
Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz, M.Ag. (salah satu guru ngajiku)
adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga
Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia
2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN
Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar