Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini kutipan perbincangan
antara beberapa anggota
Grup WhatsApp SMAN 1 Blitar:
Bang Y : Surabaya
puanas.
Aku : Betul.
Sejak tadi aku di rumah saja, malas keluar.
Mbak W : Lha ini
yang sehat saja bisa malas keluar karena sumuk/panas. Bayangkan bagaimana
perjuangan orang-orang yang bermasalah dengan imun, lupus, fibro, dll. Sehari
ini sudah berkali-kali aku minum obat pengurang nyeri. Juga harus atur-atur
nafas. Tapi tetap dinikmati dan disyukuri. Yang penting harus extra hati-hati
agar tetap bisa beraktivitas dan tetap bisa merawat suami (yang sudah
bertahun-tahun hanya bisa terbaring di tempat tidur karena sakit stroke).
Mbak A : Sabar
Mbak W, masing-masing mendapatkan ujian yang berbeda-beda. Aku juga diuji dengan
anak-anaku.
Aku : Saudaraku
yang dicintai Allah, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT. tidak akan
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا ... ﴿٢٨٦﴾
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
...” (QS. Al Baqarah ayat 286).
Sedangkan
dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah memberi penjelasan bahwa ketika Allah menimpakan musibah
kepada kita, hal itu pertanda bahwa Allah sedang menghendaki kebaikan bagi kita.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ.
(رواه البخارى)
“Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah
kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.
Terlebih lagi jika kita bisa menyikapinya dengan baik, yaitu bisa
tabah/sabar dalam menghadapinya, maka musibah/cobaan/kesedihan/penyakit
tersebut justru akan menjadi penghapus kesalahan-kesalahan/dosa-dosa kita
sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ
وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى)
“Tiadalah
seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan,
kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan darinya segala
kesalahan dan dosa, hingga duri yang menusuknya juga sebagai penghapus dosa.”
(HR. al-Bukhari).
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ
الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ
عَبْدِ اللهِ قَالَ دَخَلْتُ عَلَىٰ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا
شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ قُلْتُ
ذَٰلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ ذَٰلِكَ كَذَٰلِكَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا
سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا. (رواه البخارى)
Telah
menceritakan kepada kami 'Abdan dari Abu Hamzah dari Al A'masy dari Ibrahim At
Taimi dari Al Harits bin Suwaid dari Abdullah dia berkata; saya pernah
menjenguk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang
menderita sakit, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, sepertinya anda sedang
merasakan sakit yang amat berat”. Beliau bersabda: “Benar, rasa sakit yang
menimpaku ini sama seperti rasa sakit yang menimpa dua orang dari kalian”.
Kataku selanjutnya: “Sebab itu anda mendapatkan pahala dua kali lipat”. Beliau
menjawab: “Benar, seperti itulah, dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa
suatu musibah (penyakit) atau yang lain, melainkan Allah akan menghapuskan
kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya”. (HR.
Bukhari).
Disamping itu
semua, tahukah saudaraku bahwa seseorang itu akan diberi cobaan oleh Allah SWT.
sesuai dengan keadaan agamanya? Jika agamanya kuat, Allah SWT. akan berikan
kepadanya cobaan yang berat. Sedangkan jika agamanya masih lemah, ia juga akan
diuji sesuai dengan agamanya. Dengan demikian jika pada saat ini saudaraku
ditimpa cobaan yang teramat berat, hal ini sekaligus juga menunjukkan betapa
kuatnya agama saudaraku.
وَأَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ:
الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى
حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ
فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ
الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ
خَطِيئَةٌ
“Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling keras dikenai cobaan?” Jawab beliau:
“Para nabi, lantas yang semisal, dan yang semisal. Seseorang akan tertimpa
cobaan sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, cobaan itu-pun
keras. Jika agamanya masih lemah, ia akan diuji sesuai dengan agamanya.
Tiadalah cobaan itu senantiasa menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan si
hamba berjalan di muka bumi tanpa ada dosa padanya.” (HR. At-Tirmidzi, hadits
dari Mush’ab bin Sa’d, dari ayahnya).
Berbahagialah
engkau wahai saudaraku, karena dalam hal ini bukan aku yang menilai, namun yang
menilai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (baca kembali hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di atas).
Sedangkan segala
yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (termasuk dalam
hal ini), tidak lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh
wahyu yang diturunkan kepada Beliau.
قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا
يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah
(hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu
sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan,
apabila mereka diberi peringatan" (QS. Al Anbiyaa’. 45).
وَالنَّجْمِ
إِذَا هَوَىٰ ﴿١﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا
غَوَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ﴿٤﴾ عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ ﴿٥﴾ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ ﴿٦﴾
(1) “Demi
bintang ketika terbenam”, (2) “ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula
keliru”, (3) “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan
hawa nafsunya”. (4) “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”, (5) “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”,
(6) “Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan
rupa yang asli”. (QS. An Najm. 1 – 6).
Oleh karena
itu dalam situasi/kondisi bagaimanapun, tetaplah istiqomah untuk senantiasa
berbaik sangka kepada Allah. Tak mungkin Allah bermaksud buruk kepada
hamba-hamba-Nya.
Dari Jabir bin
Abdillah radhiyallahu'anhu, beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ
الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم)
“Janganlah salah seorang di antara kalian
meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR.
Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللهُ
سُبْحَانَهُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي
فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي
مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ شِبْرًا
اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
(رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia bercerita, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah
SWT berfirman: “Aku seperti prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya
ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku akan
mengingatnya di dalam Diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku pada kelompok, niscaya
Aku akan mengingatnya pada kelompok yang lebih mulia dari mereka. Jika ia
mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, niscaya Aku akan mendekatkan Diri
kepadanya satu hasta. Dan jika ia datang kepada-Ku sambil berjalan, niscaya Aku
datang kepadanya dengan berlari kecil'." (HR. Ibnu Majah(.
... لَا إِلَـــٰــهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ ﴿٦﴾
“... Tak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali ‘Imraan.
6).
Tafsir
Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy:
“(Tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha
Bijaksana) dalam tindakan dan perbuatan-Nya”.
Saudaraku yang
dicintai Allah,
Sekali lagi
kusampaikan, berbahagialah engkau karena dengan adanya cobaan yang teramat
berat tersebut, hal ini menunjukkan betapa kuatnya agama saudaraku (sebagaimana
telah kusampaikan pada uraian di atas).
Maka
bersyukurlah atas semua yang telah diberikan Allah kepada saudaraku, tak
terkecuali terhadap cobaan yang saat ini sedang menimpa saudaraku.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
﴿٧﴾
“Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim. 7).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَٰلِكَ
لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang
mukmin, sesungguhnya setiap perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini
tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin: apabila memperoleh
kelapangan, dia bersyukur, maka ini kebaikan baginya, dan apabila ditimpa
kesusahan, dia bersabar, maka ini pun kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Saudaraku,
Sering-seringlah
membaca Al Qur’an, karena Al Qur'an adalah penawar dahaga dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ
وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّـــٰــلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
﴿٨٢﴾
“Dan Kami
turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”. (QS. Al Israa’. 82).
Dan banyak-banyaklah
mengingat Allah, karena hanya dengan mengingat Allah saja, hati ini menjadi
tenteram.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾
Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzaab. 41).
الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم
بِذِكْرِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS.
Ar Ra’d. 28).
Dan jangan
lupa, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Perhatikan penjelasan Allah
dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 153 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اسْتَعِينُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّـــٰبِرِينَ ﴿١٥٣﴾
Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS.
Al Baqarah. 153).
Sedangkan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي
زَائِدَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ
الدُّؤَلِيِّ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ أَخُو حُذَيْفَةَ، قَالَ
حُذَيْفَةُ، يَعْنِي ابْنَ الْيَمَانِ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى. (رواه أحمد)
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Khalaf
ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah,
dari Ikrimah ibnu Ammar, dari Muhammad ibnu Abdullah Ad-Du-ali yang
menceritakan bahwa Abdul Aziz (saudara Huzaifah) mengatakan bahwa Huzaifah
ibnul Yaman r.a. pernah mengatakan: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila mengalami suatu perkara (cobaan), maka beliau selalu
shalat”.
Jangan berduka cita wahai
saudaraku, karena sesungguhnya Allah beserta kita!
...
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا ... ﴿٤٠﴾
“... Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita. ...”. (QS. At Taubah. 40).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar