Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat (dosen senior FISIB Universitas Trunojoyo
Madura) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut: Pak Imron, berikut ini saya
kirimi pernyataan seorang ‘ulama’: “Kayak apa celakanya kita,
kalau bahagia menunggu maksiat dulu, harus melakukan hal yang buruk. Allah SWT.
menyediakan sekian banyak kesenangan dari hal-hal yang diperbolehkan”. In sya Allah ini juga bagus untuk panjenengan kembangkan menjadi sebuah artikel.
Saudaraku,
Dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa setelah penciptaannya,
Allah SWT. telah menempatkan Nabi Adam AS bersama isterinya (yakni Hawa) di
dalam surga dan
dipersilahkan untuk memakan makanan-makanannya
yang banyak lagi baik di mana saja yang mereka
sukai, kecuali satu
pohon saja.
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْـجَنَّةَ
وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَــٰــذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ ﴿٣٥﴾
Dan
Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim”. (QS. Al Baqarah. 35).
وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا
مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَــٰــذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿١٩﴾
(Dan
Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga
serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang zalim”. (QS. Al A’raaf. 19).
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan kedua ayat di atas, menunjukkan
bahwa apa yang dilarang Allah itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan apa yang
diperbolehkan/yang dihalalkan. Sehingga apabila kita mencoba untuk menghitung apa
yang dihalalkan oleh Allah, sudah pasti kita tidak akan
mampu untuk menghitungnya. Karena yang
dihalalkan oleh Allah itu tidak akan terhitung banyaknya/karena jumlah
nikmat yang diberikan Allah kepada kita adalah tak terhingga banyaknya.
... وَإِن
تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا ...
﴿٣٤﴾
“…Dan jika kalian menghitung ni`mat Allah, tidaklah kalian mampu menghitungnya…”
(QS. Ibrahim. 34).
Namun syaitan telah membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya (Nabi Adam AS beserta isterinya). Syaitan
berkata kepada keduanya, bahwa Tuhan tidak melarang keduanya dari mendekati pohon tersebut,
melainkan supaya keduanya tidak
menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga.
فَوَسْوَسَ لَـهُمَا الشَّيْطَانُ لِــيُبْدِيَ لَـهُمَا
مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَاتِـهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا
عَنْ هَـــٰـذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ
تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ ﴿٢٠﴾
Maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu
tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak
menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. (QS. Al A’raaf. 20).
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ
أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْـخُلْدِ
وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ ﴿١٢٠﴾
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya,
dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan
kerajaan yang tidak akan binasa?”. (QS. Thaahaa. 120)
Bahkan syaitan tidak segan-segan
untuk bersumpah bahwa mereka hanyalah hendak menyampaikan nasihat dan anjuran
baik belaka.
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ ﴿٢١﴾
Dan
dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya
saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, (QS. Al A’raaf. 21).
Maka Adam dan Hawa-pun memakan buah itu dan Allah
mengeluarkan mereka dari keadaan yang mereka alami semula, yakni dari nikmat
surga.
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ
بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ
الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا
الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٢﴾
Maka
syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala
keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya,
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka
menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu
itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu berdua?”. (QS. Al A’raaf. 22).
Saudaraku,
Hal itu semua berawal dari
penciptaan Nabi Adam AS kemudian Allah perintahkan penduduk surga untuk
bersujud kepada Nabi Adam AS, maka mereka-pun (para malaikat) bersujud
kecuali Iblis.
وَلَقَدْ خَلَقْنَـــٰـكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَــــٰـكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُواْ لِآدَمَ
فَسَجَدُواْ إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ السَّـــٰجِدِينَ ﴿١١﴾
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu
Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah*)
kamu kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk
mereka yang bersujud. (QS.
Al A’raaf. 11).
Saudaraku,
Yang membuat/yang menghalangi Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam AS adalah karena Iblis merasa
lebih baik daripada Nabi Adam AS, dimana Allah
telah menciptakan dirinya dari api sedangkan Nabi Adam AS Allah ciptakan
dari tanah.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ
أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ ﴿١٢﴾
Allah berfirman: "Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud* (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari
api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al A’raaf. 12).
Akibat dari kesombongannya tersebut, maka Iblis-pun
diusir Allah dari surga dan hal ini telah menjadikannya termasuk golongan
orang-orang yang hina.
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن
تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّـــٰــغِرِينَ ﴿١٣﴾
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu;
karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah,
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". (QS. Al A’raaf. 13).
Saudaraku,
Karena Iblis telah memandang bahwa yang menjadikannya terusir dari surga dan menjadi hina
adalah karena kehadiran Nabi Adam AS, maka
Iblispun telah bersumpah untuk menyesatkan Nabi Adam AS beserta keturunannya
semuanya. Untuk itu (agar Iblis berkesempatan
menggoda Nabi Adam AS beserta anak cucunya),
maka Iblis-pun telah memohon kepada Allah agar
diperkenankan untuk hidup terus hingga hari kiamat, dan Allah-pun telah
mengabulkannya.
قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿٣٦﴾ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ
الْمُنظَرِينَ ﴿٣٧﴾ إِلَىٰ يَومِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ﴿٣٨﴾ قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّـــنَنَّ
لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾ إِلَّا عِبَادَكَ
مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
(36). Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu)
maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan". (37).
Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang diberi tangguh, (38). sampai hari (suatu) waktu yang telah
ditentukan". (39). Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, (40). kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
(QS. Al Hijr. 36 – 40).
Saudaraku,
Oleh karena Iblis telah memandang bahwa yang menjadikannya terusir dari surga dan menjadi hina
adalah karena kehadiran Nabi Adam AS, maka
Iblispun telah bersumpah untuk menyesatkan Nabi Adam AS beserta keturunannya (yakni
kita umat manusia) semuanya. Iblis akan melakukan
apapun dalam upayanya untuk menjerumuskan Nabi Adam AS beserta anak cucunya ke dalam jurang kehinaan.
Untuk itu,
Iblis dan balatentaranya akan menjadikan kita umat
manusia memandang baik perbuatan ma`siat di muka bumi (sebagaimana
penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hijr ayat 39 di atas).
Mereka juga akan mengepung kita dari segala arah/dari
muka dan dari belakang kita serta dari kanan dan dari kiri kita, sebagaimana penjelasan
Al Qur’an dalam surat Al A’raaf ayat 16 – 17 berikut ini:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ
وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ
أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴿١٧﴾
(16) Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum
saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan
Engkau yang lurus, (17) kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).
(QS. Al A’raaf. 16 – 17).
Bahkan mereka bisa mengalir dalam tubuh
Bani Adam sebagaimana mengalirnya darah di urat nadi, sebagaimana penjelasan
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
Dari Anas radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى
الدَّمِ.
(رواه البخارى ومسلم)
“Sesungguhnya
setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah”.
(HR. Bukhari, Muslim).
Disamping mereka akan menjadikan umat manusia memandang baik perbuatan ma`siat di
muka bumi ini dan akan mengepung kita dari segala arah serta bisa mengalir dalam tubuh Bani Adam sebagaimana mengalirnya darah di urat
nadi, ternyata mereka juga bisa melihat kita sementara kita tidak bisa melihat
mereka!
... إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا
تَرَوْنَهُمْ ... ﴿٢٧﴾
“...
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka. ...”. (QS. Al A’raaf. 27).
Saudaraku,
Berdasarkan realita di atas, ditambah dengan pengalaman mereka yang sangat panjang dalam menggoda umat
manusia (mulai dari Nabi Adam AS hingga
sekarang, bahkan hingga akhir zaman nantinya), maka jelaslah bahwa mereka
(Iblis dan bala-tentaranya) akan sangat mudah mengalahkan kita umat manusia.
Dengan kata lain, kita umat manusia pasti akan kalah telak melawan godaan
mereka.
Sehingga
tidak heran jika sangat banyak diantara kita yang mengatakan bahwa untuk bisa
bahagia, kita tidak perlu segan-segan untuk bermaksiat dulu (tidak perlu
segan-segan untuk korupsi, berselingkuh/berzina/main perempuan, melakukan
kecurangan, merampas hak orang lain, minum minuman keras, berbohong, menjual
agama dengan harga yang sangat murah, dst). Na’udzubillahi min dzalika (kami berlindung kepada Allah dari yang demikian).
Padahal Allah
telah menjelaskan bahwa mereka (Iblis dan bala-tentaranya) adalah
musuh bagi kita, maka perlakukan mereka sebagai musuh dan
jangan jadikan mereka sebagai pemimpin-peminpin kita.
إِنَّ الشَّيْطَـــٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ
فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَـــٰبِ السَّعِيرِ ﴿٦﴾
Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya
syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala. (QS. Faathir. 6).
...
إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَـــٰـطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿٢٧﴾
“... Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS.
Al A’raaf. 27).
Saudaraku,
Karena
mereka (Iblis dan bala-tentaranya) adalah
musuh yang nyata bagi kita, maka bisa dipastikan
bahwa kebahagiaan yang mereka janjikan (dengan melakukan perbuatan maksiat)
hanyalah kebahagiaan yang semu belaka yang pada akhirnya hanya akan berujung
kepada kehancuran yang sebenar-benarnya.
Maka
benarlah apa yang dikatakan ‘ulama’ di atas: “Kayak apa celakanya kita, kalau bahagia menunggu maksiat dulu, harus
melakukan hal yang buruk. Allah SWT. menyediakan sekian banyak kesenangan dari
hal-hal yang diperbolehkan”.
Oleh karenanya, ketika kita
ditimpa gangguan syaitan/ketika kita ditimpa godaan syaitan, maka
tiada pilihan lain selain bersegera untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Karena hanya inilah satu-satunya cara agar kita bisa selamat dari tipu daya
mereka (Iblis dan bala-tentaranya).
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ
مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
﴿٣٦﴾
Dan jika syaitan mengganggumu
dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Fushshilat.
36).
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَـــٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
﴿٢٠٠﴾
Dan jika kamu ditimpa sesuatu
godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al A’raaf. 200).
Sedangkan jika tanpa pertolongan-Nya, kita ini hanyalah
makhluk yang lemah yang tak berdaya sedikitpun dalam menghadapi godaan syaitan
yang terkutuk (sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya).
...
وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“..., dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An
Nisaa’. 28).
Dan karena mereka akan mengepung kita dari segala arah
(sebagaimana uraian di atas), agar “benteng pertahanan” ini tidak goyah, maka tetaplah
berpegang pada tali-Nya yang tak akan mungkin putus kecuali kita sendiri
melepaskannya.
وَمَن
يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَىٰ وَإِلَى اللهِ عَــٰــقِبَةُ الْأُمُورِ ﴿٢٢﴾
Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada
Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman. 22).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Yang dimaksud sujud di sini berarti menghormati
dan memuliakan Nabi Adam AS., bukan berarti
sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu semata-mata
hanyalah kepada Allah SWT.