Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat1) (PNS
golongan IV di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur) telah menyampaikan
pertanyaan sebagai berikut: “Pak Imron, saya pendidikan
akuntansi ada pelajar SMK datang untuk belajar ke rumah. Apakah termasuk ilmu yang
bermanfaat menurut Islam? Tapi itu kan bukan ilmu agama, Pak? Karena saya hanya
punya ilmu-ilmu keterampilan, matur nuwun”.
Tidak
harus ilmu agama, saudaraku.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ...، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
Jabir r.a berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “..., Dan sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia
yang lain”. (HR. at-Thabrani)
Contoh: ada anak STM
belajar mereparasi sepeda motor di sebuah bengkel. Pemilik bengkel mengajarinya
dengan ikhlas semata-mata
karena Allah. Setelah anak STM tersebut mahir, ilmunya digunakan untuk
mencari nafkah, yang mana hal ini juga diniatkan demi memenuhi kewajibannya
(kelak setelah menikah) sebagai suami untuk memberi nafkah bagi keluarganya.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بـِمَا فَضَّلَ
اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِـمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ ... ﴿٣٤﴾
“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ...”.
(QS. An Nisaa’. 34).
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ
رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا ءَاتَاهُ اللهُ لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا
مَا ءَاتَاهَا سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا ﴿٧﴾
”Hendaklah orang yang mampu
memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (QS. Ath
Thalaaq. 7).
Jika
memang demikian yang terjadi, maka pemilik bengkel tadi akan terus mendapatkan
pahala selama ilmu yang diberikan digunakan oleh anak STM tadi untuk mencari
nafkah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ؛ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ،
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ الَّذِي يَدْعُو لَهُ. (رواه
مسلم)
“Apabila
manusia telah mati, terputuslah amalannya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat,
atau anak shalih yang mendo’akannya.”
(HR. Muslim(.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan
mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak
kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى الْمِصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ
يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ
أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Isa Al Mishri]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Wahb] dari [Yahya bin
Ayyub] dari [Sahl bin Mu'adz bin Anas] dari [Bapaknya] bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka ia
akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala
orang yang mengamalkannya sedikitpun." (HR. Ibnu Majah, no. 236).
Demikian juga halnya dengan yang terjadi pada saudaraku.
Jika hal itu saudaraku lakukan (mengajari ilmu akuntansi kepada
pelajar SMK tadi) dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah, kemudian ilmunya
digunakan untuk mencari nafkah/untuk amal kebajikan yang lainnya, maka saudaraku
juga akan terus mendapatkan pahala dari Allah SWT. selama ilmu yang saudaraku berikan
digunakan oleh anak SMK tadi untuk mencari nafkah/untuk amal kebajikan yang
lainnya.
Saudaraku,
Tetaplah berupaya untuk menebar kebaikan kepada sesama
dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada dalam diri saudaraku, yang
kesemuanya itu dilakukan semata-mata hanya karena mengharapkan keridhaan Allah
SWT.
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ
﴿١٦٢﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam.
162).
فَإِذَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى)
“Apabila aku melarangmu dari
sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka
tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, tetaplah berupaya untuk menebar
kebaikan kepada sesama dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada dalam diri
saudaraku, yang kesemuanya itu dilakukan semata-mata hanya karena mengharapkan
keridhaan Allah SWT:
√ Karena kebaikan yang kita
perbuat akan kembali pada diri kita
sendiri
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ
لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ... ﴿٧﴾
“Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka
kejahatan itu bagi dirimu sendiri, ...”. (QS. Al Israa’. 7).
√ Karena orang yang berbuat baik pasti akan dibalas Allah dengan
kebaikan pula, sekecil apapun kebaikan itu.
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿٦٠﴾
Tidak ada balasan kebaikan
kecuali kebaikan (pula). (QS. Ar Rahmaan. 60).
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
(7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya. (8) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (QS. Al Zalzalah. 7 – 8).
√ Karena Allah akan melipat-gandakan pahala (balasan) orang-orang yang berbuat
kebaikan
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْــــبَـتَتْ سَبْعَ
سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ
وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٦١﴾
Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah. 261).
√ Karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik
... وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
﴿١٩٥﴾
“... dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al Baqarah.
195.
√ Dan karena Allah akan melimpahkan rahmat dan kebahagiaan bagi orang yang
berbuat baik
وَلَا تُفْسِدُواْ فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا
وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٥٦﴾
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.
Al-A'raaf. 56).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari
ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi
pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ )
yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah
mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut
ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama'
yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar
kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim
yang
kharismatik”.