Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Perhatikan fenomena yang terjadi dalam masyarakat:
ü
Ketika ada peluang kerja, orang
akan berlomba-lomba untuk mengejarnya.
ü
Ketika ada peluang promosi
jabatan, segera akan diserbu oleh para karyawan.
ü
Ketika ada peluang bisnis, orang
akan banyak yang memburunya.
ü
Demikian seterusnya.
Saudaraku,
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat di atas merupakan
hal yang wajar, karena secara kasat mata masing-masing menjanjikan adanya
keuntungan duniawi yang menggiurkan/yang menyilaukan.
Namun ketahuilah bahwa sesungguhnya ada banyak sekali peluang-peluang
lain yang menjanjikan keuntungan yang jauh lebih menggiurkan/yang jauh lebih menyilaukan
daripada sekedar keuntungan duniawi semata.
ü Bukankah sholat dua rakaat fajar itu lebih baik
daripada dunia seisinya?
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ
بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا
فِيهَا.
(رواه مسلم)
7.89/1193. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin 'Ubaid Al Ghabari telah menceritakan kepada kami Abu
'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Dua rakaat fajar
lebih baik daripada dunia seisinya". (HR. Muslim).
و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ
حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ قَالَ أَبِي حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ زُرَارَةَ
عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي شَأْنِ الرَّكْعَتَيْنِ عِنْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ
لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا جَمِيعًا. (رواه مسلم)
7.90/1194. Dan telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Habib telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, katanya;
Ayahku berkata; telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Zurarah dari Sa'd
bin Hisyam dari 'Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda
tentang dua rakaat sebelum fajar: "Kedua rakaat itu lebih aku sukai
daripada dunia seluruhnya". (HR. Muslim).
ü Bukankah sholat tahajjud itu salah satu kunci masuk surga?
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا ﴿٧٩﴾
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Israa’. 79).
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّــــٰتٍ وَعُيُونٍ ﴿١٥﴾ ءَاخِذِينَ مَا ءَاتَـــٰــهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ ﴿١٦﴾ كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا
يَهْجَعُونَ ﴿١٧﴾ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿١٨﴾
(15) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di
dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air”, (16) “sambil mengambil apa
yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu
di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik”; (17) “Mereka sedikit sekali
tidur di waktu malam”; (18) “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun
(kepada Allah)”. (QS. Adz Dzaariyaat. 15 – 18).
أَفْشِ
السَّلَامَ، وَأَطْعِم ِالطَّعَامَ، وَصِلِ الْأَرْحَامَ، وَقُمْ بِاللَّيْلِ
وَالنَّاسُ نِيَامٌ، وَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ.
“Tebarkanlah
salam, berilah (orang) makanan, sambunglah karib kerabat (silaturrahim), berdirilah
(shalat) di malam hari ketika manusia tidur, dan masuklah kamu ke dalam surga
dengan selamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim dari Abu Hurairah(
ü Bukankah Jum’at yang satu ke Jum’at berikutnya dan Ramadhan yang satu ke
Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara waktu
tersebut?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ،
مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَاِئرُ. (رواه مسلم)
“Shalat lima waktu, Jum’at yang satu ke Jum’at
berikutnya, dan Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya, adalah penghapus
dosa-dosa yang dilakukan di antara waktu tersebut, apabila dijauhi dosa-dosa
besar (yakni, selama dosa besar tidak dilakukan, pen.).” (HR. Muslim).
ü Bukankah sholat wajib lima waktu itu juga penghapus dosa-dosa?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ
لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ
مَرَّاتٍ، مَا تَقُولُونَ ذَلِكَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ؟ قَالُوا: لاَ يَبْقَى
مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا. قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو
اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. (رواه البخارى ومسلم)
“Apa pendapat kalian apabila ada sebuah sungai di
(hadapan) pintu salah seorang kalian yang ia mandi padanya sehari lima kali,
apa yang kalian katakan tentang hal itu, (apakah) masih tersisa kotorannya?” Mereka
(para sahabat) menjawab, “Tidak tersisa kotorannya sedikit pun.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Seperti itulah perumpamaan shalat lima waktu,
Allah menghapus dengannya dosa-dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
ü Bukankah perjalanan ke masjid itu dapat menggugurkan dosa dan mengangkat
derajat seseorang?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ
فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ
خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً. (رواه مسلم)
“Barangsiapa bersuci dirumahnya kemudian berjalan menuju
ke salah satu masjid Allah Subhanahu wata’ala untuk menunaikan salah satu
kewajiban (shalat) yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wata’ala (atasnya),
pada setiap dua langkah kakinya, satu langkah akan menggugurkan satu dosa dan
satu langkah yang lain akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim).
ü Bukankah melapangkan
satu kesusahan dunia dari seorang mukmin itu akan melapangkan satu kesusahan di hari Kiamat?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَ هُمُ
اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَبِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
(رواه مسلم)
“Barangsiapa yang melapangkan
satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu
kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang
kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi
(aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba
tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah
suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun
atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” (HR. Muslim).
ü Bukankah bersedekah itu tidak akan mengurangi harta kita melainkan
akan bertambah banyak karena bagi hamba-hamba yang ikhlas adalah sangat mudah bagi
Allah untuk menggantinya dengan rezki yang sebaik-baiknya?
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ ﴿٣٩﴾
“Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba’.
39).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ. (رواه مسلم)
“Tidaklah
sedekah akan membuat harta berkurang. Tidaklah Allah akan menambahkan pada
seorang hamba karena memaafkan (saudaranya) selain (bertambah) kemuliaan, dan
tidaklah seseorang merendahkan hatinya karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan
derajatnya.” (HR. Muslim).
ü Bukankah bersedekah itu juga bisa memadamkan panasnya kubur dan akan menjadi naungan bagi setiap mukmin pada hari
kiamat nanti serta dapat memadamkan api neraka?
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
إن الصدقة لتطفئ
عن أهلها حر القبور وإنما يستظل المؤمن يوم القيامة في ظل صدقته.
(رواه أحمد)
“Sesungguhnya
sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari kiamat,
seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya.” (HR Ahmad).
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ
أَبِي حَبِيبٍ عَنْ مَرْثَدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْيَزَنِيِّ حَدَّثَنِي بَعْضُ
أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ ظِلَّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ. (رواه أحمد)
Telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] telah
mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ishaq] dari [Yazid bin Abu Habib] dari
[Martsad bin Abdullah Al Yazani] telah menceritakan kepadaku [sebagian sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam], bahwa ia mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang menjadi naungan seorang
mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya." (HR. Ahmad no. 17351).
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
... الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ
وَالصَّلَاةُ قُرْبَانٌ... (رواه أحمد)
“... Puasa adalah perisai, sedekah
memadamkan api neraka dan sholat adalah persembahan ...”. (HR. Ahmad no. 13919).
ü Bukankah perjalanan untuk
menuntut ilmu itu akan
memudahkan jalan menuju surga?
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan, katanya: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
...
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ
طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، ... (رواه مسلم)
“... Dan barangsiapa
yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkannya jalan menuju surga, ...”. (HR. Muslim).
ü Bukankah haji yang ikhlas karena Allah itu
sebagai penghapus dosa dan haji yang mabrur itu
pahalanya adalah surga?
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَنْ حَجَّ لِلّٰهِ عزوجل فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ
رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ. (رواه البخارى ومسلم)
‘Barangsiapa melakukan haji ikhlas karena Allah Azza wa Jalla tanpa berbuat
keji dan kefasiqan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan
oleh ibunya.’
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ
لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ.
(رواه البخارى ومسلم)
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur
tidak ada pahala baginya selain surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
ü Demikian seterusnya.
Saudaraku,
Dari berbagai perkara yang aku sampaikan di atas,
semuanya berujung pada peluang untuk menjemput surga di alam akhirat nanti.
Sedangkan dunia itu jika dibandingkan dengan akhirat
hanyalah
seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, maka yang tersisa di
jarinya jika ia keluarkan dari laut itulah dunia. Bahkan dunia itu
di sisi Allah hanyalah sebanding dengan sayap nyamuk.
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad
–semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ
إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ
يَرْجِعُ؟ (رواه مسلم)
“Demi Allah,
tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian
mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia
keluarkan dari laut?”
(HR Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا
كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ
بِمَا يَرْجِعُ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ. (رواه أحمد)
“Perumpamaan
antara dunia dengan akhirat ibarat seorang diantara kalian mencelupkan jarinya
ke dalam lautan, maka hendaklah ia melihat apa yang menempel padanya. Lalu
beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya”. (HR. Ahmad).
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ
بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ
عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ. (رواه
الترمذى)
Qutaibah menceritakan kepada
kami. Abdul Hamid bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dari Abu Hazim. dari
Sahal bin Sa'ad, ia berkata, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Seandainya dunia ini di sisi Allah sebanding (seluas) sayap nyamuk,
niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir meski hanya satu
tetes air". (HR Tirmidzi, no. 2320).
Saudaraku,
Jika perkara-perkara yang menjanjikan keuntungan duniawi
saja begitu banyak orang yang berlomba-lomba untuk mengejarnya serta memburunya
(sebagaimana yang telah disampaikan pada bagian awal tulisan ini), lalu kenapa
perkara-perkara yang berujung pada peluang untuk menjemput surga di alam
akhirat malah tidak kita kejar?
Padahal dunia itu jika dibandingkan akhirat
hanyalah
seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, maka yang tersisa di
jarinya jika ia keluarkan dari laut itulah dunia? Bahkan dunia itu
di sisi Allah hanyalah sebanding dengan sayap nyamuk?
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَهَا هَذَا الدُّعَاءَ اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا
عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ
عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.
(رواه ابن ماجه)
Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan doa ini
kepadanya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan, baik yang cepat (di
dunia) maupun yang ditangguhkan (di Akhirat), yang aku ketahui maupun yang
tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang
cepat (di dunia) maupun yang ditangguhkan (di Akhirat), yang aku ketahui maupun
yang tidak aku ketahui. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang
dimohonkan hamba-Mu dan Nabi-Mu kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari
keburukan yang hamba-Mu dan Nabi-Mu berlindung darinya kepada-Mu. Ya Allah, aku
sungguh memohonkan surga kepada-Mu, dan semua yang mendekatkan diriku kepadanya
dari perkataan atau perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan
semua yang mendekatkan diriku kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Serta aku
memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan semua ketentuan yang Engkau tentukan
kepadaku sebagai kebaikan”. (HR. Ibnu Majah).
Semoga bermanfaat.