Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa dakwah adalah pekerjaan terbaik. Karena orang yang paling baik perkataan dan perbuatannya adalah orang yang
mengajak manusia kepada Allah SWT., membimbing mereka kepada-Nya, mengajari
mereka urusan agama mereka, memberikan pemahaman agama kepada mereka, bersabar
dalam menjalankannya, dan mengamalkan apa yang didakwahkanya.
Saudaraku,
Allah sendiri yang mengatakan bahwa dakwah adalah
pekerjaan terbaik, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat Fushshilat ayat 33 berikut ini:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللهِ
وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٣٣﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”. (QS. Fushshilat. 33).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): (Siapakah yang lebih baik
perkataannya) maksudnya, tiada seorang pun yang lebih baik perkataannya
(daripada seorang yang menyeru kepada Allah) yakni mentauhidkan-Nya
(mengerjakan amal yang saleh dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?").
Saudaraku,
Bagaimana mungkin dakwah tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang
terbaik? Sementara dakwah adalah pekerjaan makhluk terbaik, yakni para nabi dan rasul ‘alaihimussalam?
قُلْ هَــٰــذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَـــٰنَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf. 108).
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ
قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا ﴿٥﴾
Nuh berkata: “Ya Tuhanku
sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang”, (QS. Nuh. 5).
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِئَايَــــٰــتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِيْهِ
فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَـــٰـــلَمِينَ ﴿٤٦﴾ فَلَمَّا جَاءَهُم بِئَايَــــٰــتِنَا إِذَا هُم مِّنْهَا
يَضْحَكُونَ ﴿٤٧﴾
(46) Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Musa dengan membawa mu`jizat-mu`jizat Kami kepada Fir`aun dan
pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan dari
Tuhan seru sekalian alam”. (47) Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan
membawa mu`jizat-mu`jizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (QS.
Az Zukhruf. 46 – 47).
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَىٰ بِالْبَيِّنَـــٰتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم
بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَـخْتَلِفُونَ فِيهِ
فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ ﴿٦٣﴾ إِنَّ اللهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ
فَاعْبُدُوهُ هَــٰـذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ ﴿٦٤﴾
(63) Dan tatkala Isa datang
membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan
membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu
berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”.
(64) Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini
adalah jalan yang lurus. (QS. Az Zukhruf. 46 – 47).
Saudaraku,
Benar bahwa pintu kenabian dan kerasulan memang sudah
tertutup selama-lamanya karena sudah tidak
ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga
hari kiamat, sebagaimana penjelasan Allah
dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 40 berikut ini:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـــٰــكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾
“Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”. (QS. Al Ahzab. 40).
Sekali lagi, benar bahwa pintu kenabian dan kerasulan memang sudah
tertutup selama-lamanya karena sudah tidak
ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga
hari kiamat. Namun pekerjaan dan tugas mulia mereka para rasul tersebut masih terus diwariskan, sehingga terbuka peluang bagi siapa saja yang mau mengemban pekerjaan mulia
tersebut.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْنَاراً وَلاَ دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Dan
sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi
tidak pernah mewariskan dinar dan tidak pula dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah
mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud, no. 3641)
Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Abu Dawud (hadits no. 3641) selengkapnya adalah sebagai berikut:
عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ
جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ
يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ
الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. (رواه ابو داود)
3641. Dari Katsir bin Qais, dia
berkata: Ketika aku duduk-duduk bersama Abu Ad-Darda' dalam sebuah masjid di
Damaskus, seorang lelaki mendatangi, Abu Ad-Darda', dia berkata, "Wahai
Abu Ad-Darda', aku datang dari kotanya Rasulullah lantaran suatu hadits yang
telah kamu ceritakan dari Rasulullah. Aku ke sini untuk keperluan itu (mencari
tahu dan memastikan kebenarannya)!" Abu Ad-Darda lalu berkata,
"Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan memperjalankannya di antara jalan-jalan yang ada di surga, sedangkan
malaikat akan meletakkan sayapnya (memberikan doa) lantaran senang dengan para
penuntut ilmu seluruh penghuni langit serta bumi dan ikan-ikan di dasar laut
akan memintakan ampunan kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, karena
kelebihan dan keutamaan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan atas ahli ibadah
bagaikan keutamaan bulan pada malam purnama atas bintang-bintang di sekitarnya.
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewariskan
dinar atau dirham, melainkan mewariskan ilmu pengetahuan. Barangsiapa
mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak. (HR. Abu Daud).
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa tidak ada
satupun perintah Allah yang gratis, melainkan Allah pasti akan memberikan
imbalan, yang tentu saja hal ini juga berlaku pada perintah dakwah. Dan karena dakwah adalah pekerjaan terbaik sebagaimana uraian di atas, maka
sudah pasti Allah akan memberikan imbalan/balasan yang besar dan berlipat ganda.
Hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari (hadits no. 2787) berikut ini menunjukkan bahwa usaha seseorang dalam
menyampaikan hidayah kepada orang lain adalah sesuatu yang amat besar nilainya
di sisi Allah SWT., lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap
kendaraan mewah miliknya.
Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, sungguh Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berbicara
kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
فَوَاللهِ
لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ
النَّعَمِ. (رواه البخارى)
Demi Allah, bila ada satu orang
saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu lebih baik bagimu dari pada
unta-unta merah (yang paling bagus). (HR.
Bukhari). *) Unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi
kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari (hadits no. 2787) selengkapnya adalah sebagai
berikut:
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيُّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي سَهْلٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ قَالَ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ
الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ فَبَاتَ النَّاسُ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَى
فَغَدَوْا كُلُّهُمْ يَرْجُوهُ فَقَالَ أَيْنَ عَلِيٌّ فَقِيلَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ
فَبَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ
فَأَعْطَاهُ فَقَالَ أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا فَقَالَ انْفُذْ
عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ
وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ
رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. (رواه البخارى)
38.214/2787. Telah bercerita
kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Ya'qub bin 'Abdur
Rahman bin Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Qoriy dari Abu Hazim berkata telah
mengabarkan kepadaku Sahal radliallahu 'anhu, yakni putra dari Sa'ad berkata;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika perang Khaibar: Sungguh
bendera perang ini akan aku berikan esok hari kepada seseorang yang peperangan
ini akan dimenangkan melalui tangannya. Orang itu mencintai Allah dan Rosul-Nya
dan Allah dan Rosul-Nya juga mencintainya. Maka orang-orang melalui malam
mereka dengan bertanya-tanya siapa yang akan diberikan kepercayaan itu.
Keesokan harinya setiap orang dari mereka berharap diberikan kepercayaan itu.
Maka Beliau berkata: Mana 'Ali? Dijawab: Dia sedang sakit kedua matanya. Maka
(setelah 'Ali datang) Beliau meludahi kedua matanya lalu mendo'akannya hingga
sembuh seakan-akan belum pernah terkena penyakit sedikitpun. Lalu Beliau
memberikan bendera perang kepadanya kemudian bersabda: Perangilah mereka hingga
mereka menjadi seperti kita (Muslim) . Beliau melanjutkan: Melangkahlah ke
depan hingga kamu memasuki tempat tinggal mereka lalu serulah mereka ke dalam
Islam dan beritahu kepada mereka tentang apa yang diwajibkan atas mereka. Demi
Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu
lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah (yang paling bagus).
(HR. Bukhari).
Sedangkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (hadits
no. 2685),
diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Rasulullah
shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ
حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
رواه الترمذي
عن أبي أمامة الباهلي.
(رواه الترمذى)
Sesungguhnya
Allah SWT memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi,
sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain. (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah
Al-Bahili).
Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi (hadits
no. 2685) selengkapnya adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى
الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ
جَمِيلٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى
أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ
فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ
الْخَيْرَ. (رواه الترمذى)
2685. Muhammad bin Abdul A'la
Ash-Shan'ani menceritakan kepada kami, Salamah bin Raja' menceritakan kepada
kami, Al Walid bin Jamil menceritakan kepada kami, Al Qasim Abu Abdurrahman
menceritakan kepada kami, dari Abu Umamah Al Bahili. la berkata,
"Rasulullah pemah dicentakan tentang dua orang. yang sara adalah seorang
ahli ibadah sedangkan yang lain adalah orang yang benlmu."' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: “Keutamaan orangyang berilmu atas ahli ibadah seperti
keutamaan diriku terhadap orang yang paling rendah di antara kalian”. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan: “Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit
dan bumi, hingga semut yang ada di lubang sarangnya dan ikan paus akan
bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR.
At-Tirmidzi).
Dalam Kitab Shahih Sunan Tirmdizi, aku dapati bahwa beliau
(Imam Tirmidzi) setelah
menyebutkan hadits di atas (hadits no. 2685) juga mengutip ucapan Fudhail bin ‘Iyadh yang mengatakan:
عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Seorang
yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang
besar (mulia) di kerajaan langit.”
Saudaraku,
Berapakah
jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa besar
kebaikan yang diperoleh oleh seseorang
yang menyampaikan dakwah,
dengan do’a
mereka semua.
Saudaraku,
Demikian luar-biasanya pekerjaan dakwah tersebut (karena dakwah adalah pekerjaan
terbaik), sehingga Allah tidak hanya akan memberikan imbalan/balasan yang besar dan berlipat ganda sebagaimana uraian di atas, bahkan Allah juga akan memberikan ganjaran yang terus-menerusnya mengalir kepada para pendakwah meskipun yang bersangkutan telah wafat.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
“Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak
pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Sebaliknya,
barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak
yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikitpun”. (HR.
Muslim).
Saudaraku,
Lebih dari itu semua, dakwah
juga dapat menjadi penyelamat dari azab Allah SWT. Dimana dengan aktivitas dakwah yang telah dilakukan,
seseorang akan mempunyai alasan (pelepas tanggung-jawab) kepada Allah
dan Allah akan menyelamatkan orang-orang yang telah menyampaikan dakwah tadi
dari azab/siksaan yang keras.
وَسْئَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ
الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ
سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَٰلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ ﴿١٦٣﴾ وَإِذْ
قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِـمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ
مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُواْ مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿١٦٤﴾ فَلَمَّا
نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا
الَّذِينَ ظَلَمُواْ بِعَذَابٍ بَـــــئِيسٍ بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ ﴿١٦٥﴾
(163) Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri
yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di
waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka
terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan
itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan
mereka berlaku fasik. (164) Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka
berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau
mengazab mereka dengan azab yang amat keras?”. Mereka menjawab: “Agar kami
mempunyai alasan (pelepas tanggung-jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka
bertakwa”. (165) Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada
mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka
selalu berbuat fasik. (QS. Al A’raaf. 163 – 165).
Saudaraku,
Demikian utamanya serta demikian mulianya pekerjaan
dakwah itu di sisi Allah, sehingga aktivitas dakwah itu tidak
boleh dipandang sebagai pekerjaan sampingan atau pengisi waktu-waktu senggang
yang bisa dikerjakan seenaknya.
Setiap kaum muslimin harus
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dakwah tanpa terkecuali. Terlebih
lagi karena kewajiban untuk berdakwah itu memang telah Allah
bebankan atas setiap muslim. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman
ayat 17 berikut ini:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ
وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman. 17).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Hai
anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya yang
demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan
untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang
wajib”. (QS. Luqman. 17).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa
setiap kaum muslimin harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dakwah
tanpa terkecuali. Disamping karena
kewajiban untuk berdakwah itu telah Allah bebankan atas setiap muslim, dakwah ternyata
juga merupakan kontrol sosial yang harus
dilakukan oleh setiap kaum muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh
kebaikan.
Sedangkan jika kebatilan sudah mendominasi kehidupan, maka hal ini akan menyebabkan turunnya adzab dari Allah SWT. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari (hadits no. 2313) berikut ini:
حَدَّثَنَا
أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ قَالَ سَمِعْتُ عَامِرًا يَقُولُ سَمِعْتُ
النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللهِ وَالْوَاقِعِ
فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ
أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا
اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا
خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ
وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا
وَنَجَوْا جَمِيعًا. (رواه البخارى)
30.11/2313. Telah menceritakan
kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Zakariyya' berkata, aku
mendengar 'Amir berkata, aku mendengar An-Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Perumpamaan orang yang
menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya seperti sekelompok orang
yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari mereka ada yang mendapat
tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu. Lalu orang yang berada
di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum mereka harus melewati
orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata; Seandainya boleh kami
lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian kami sehingga kami tidak
mengganggu orang yang berada di atas kami. Bila orang yang berada di atas
membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang di bawah itu maka mereka
akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah dengan tangan mereka maka
mereka akan selamat semuanya. (HR. Al Bukhari(.
Sebagai penutup tulisan ini,
berikut ini kusampaikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Maryam pada bagian
awal ayat 31:
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ
مَا كُنتُ ... ﴿٣٢﴾
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana
saja aku berada, ...”. (QS. Maryam.
31).
Tafsir Ibnu Katsir:
Mujahid dan Amr ibnu
Qais serta As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menjadikan
Isa seorang pengajar kebaikan. Menurut riwayat yang lain dari Mujahid, Isa
adalah seorang mujahid yang banyak memberikan manfaat.
Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abdul Jabbar, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makhzumi; ia
pernah mendengar Wuhaib ibnul Ward (bekas budak Bani Makhzum) mengatakan bahwa
seorang yang berilmu bersua dengan seorang yang berilmu lagi lebih daripadanya,
lalu orang yang berilmu lebih tinggi itu bertanya kepadanya: “Semoga Allah merahmati
kamu, apakah yang kelihatan dari amal perbuatanku (menurutmu)?”. Ia menjawab: “Memerintahkan
kepada kebajikan dan mencegah perkara mungkar. Karena sesungguhnya perbuatan
tersebut merupakan agama Allah yang disampaikan oleh para nabi-Nya kepada
hamba-hamba-Nya”.
Ulama
fiqih telah sepakat tentang makna firman-Nya:
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ
مَا كُنتُ ... ﴿٣٢﴾
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana
saja aku berada, ...”. (QS. Maryam.
31).
Ketika ditanyakan: “Apakah keberkatannya?”.
Yang ditanya menjawab: “Amar
ma'ruf dan nahi munkar di mana pun ia berada”.
Saudaraku,
Berdasarkan Tafsir
Ibnu Katsir surat Maryam pada bagian
awal ayat 31 di atas, diperoleh penjelasan bahwa penyebab utama
kehidupan Nabi Isa AS (serta para Nabi lainnya) diberkahi oleh Allah SWT adalah
pekerjaan mereka sebagai orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk
mendakwahkan ajaran-Nya kepada umat manusia.
Oleh karena itu, lakukan pula pekerjaan mereka para nabi
sebagai orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT tersebut (yaitu dengan ikut
berperan serta aktif dalam mendakwahkan ajaran-Nya kepada umat manusia) agar
kita juga mendapatkan keberkahan dalam hidup kita
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.