Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang dosen senior di Universitas Trunojoyo Madura
telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut: “Sholat
wajib afdhol di masjid. Sholat sunnah afdhol
dirumah (semoga tidak salah). Jika sholat qobliyah terutama subuh di rumah baru jama'ah subuhnya di
masjid. Apa lebih baik semuanya dilakukan di masjid, Pak Imron? Matur nuwun”.
Saudaraku,
Benar sekali apa yang panjenengan sampaikan bahwa sholat wajib itu afdhol (lebih utama, lebih baik) di masjid,
sedangkan sholat sunnah afdhol di rumah. Hal ini sesuai
dengan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (hadits no. 412) dan Imam Bukhari (hadits no. 689) serta Abu
Dawud (hadits no. 1044) berikut ini:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ
بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ عَنْ بُسْرِ بْنِ
سَعِيدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أَفْضَلُ صَلَاتِكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ.
(رواه الترمذى)
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar]
telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada
kami [Abdullah bin Sa'id bin Abu Hindi] dari [Salim bin Abu Nadlr] dari [Busr
bin Sa'id] dari [Zaid bin Tsabit] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: “Shalat
yang paling utama adalah di rumah kalian kecuali shalat maktubah (shalat
fardhu)”. (HR.
At-Tirmidzi, no. 412).
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ
حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ
سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً قَالَ حَسِبْتُ
أَنَّهُ قَالَ مِنْ حَصِيرٍ فِي رَمَضَانَ فَصَلَّى فِيهَا لَيَالِيَ فَصَلَّى
بِصَلَاتِهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ
فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ قَدْ عَرَفْتُ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ صَنِيعِكُمْ
فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ
الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ قَالَ عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ
حَدَّثَنَا مُوسَى سَمِعْتُ أَبَا النَّضْرِ عَنْ بُسْرٍ عَنْ زَيْدٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه البخارى)
10.122/689. telah menceritakan
kepada kami 'Abdul A'la bin Hammad berkata, telah menceritakan kepada kami
Wuhaib berkata, telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Salim Abu
An Nadlr dari Busr bin Sa'id dari Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membuat satu ruangan. Busr
berkata, Aku menduga Zaid bin Tsabit berkata, 'Membuat tikar pada bulan
Ramadan, lalu beliau melaksakan shalat malam di (kamar atau tikar) tersebut
dalam beberapa malam. Kemudian para sahabat mengikuti shalat beliau. Ketika
mengetahui apa yang mereka lakukan beliau pun berdiam di rumah, setelah itu
beliau keluar seraya berkata kepada mereka: Sungguh
aku telah mengetahui sebagaimana aku lihat apa yang kalian lakukan. Wahai
manusia, shalatlah kalian di rumah-rumah kalian, sesungguhnya shalat yang
paling utama adalah shalatnya seseorang yang dilakukannya di rumahnya, kecuali
shalat fardlu. 'Affan berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhaib
telah menceritakan kepada kami Musa aku mendengar Abu An Nadlr dari Busr dari
Zaid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. Bukhari).
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاتِهِ فِي مَسْجِدِي هَذَا إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ. (رواه ابو داود)
Dari Zaid bin Tsabit,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seseorang di rumahnya lebih utama
dari shalatnya di masjidku ini, kecuali shalat fardhu”. (HR. Abu Dawud, no. 1044).
Saudaraku,
Rasulullah juga mengingatkan
agar kita tidak menjadikan rumah kita seperti kuburan yang tidak pernah
digunakan untuk shalat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah radhiyallahu
‘anha dalam
Musnad Ahmad.
حَدَّثَنَا
حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ عَنْ
عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يَقُولُ اجْعَلُوا مِنْ صَلَاتِكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ وَلَا تَجْعَلُوهَا
عَلَيْكُمْ قُبُورًا. (رواه أحمد)
Telah menceritakan kepada kami [Hassan] Telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Lahi'ah] berkata; Telah menceritakan kepada kami
[Abu Al-Aswad] dari [Urwah] dari [Aisyah] bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: “Jadikanlah shalat sunnah kalian di
rumah-rumah kalian dan jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan”. (HR. Ahmad, no. 23230).
♦ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
mengijinkan sahabatnya yang ingin pindah rumah agar lebih dekat masjid
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim
(hadits no. 1067 dan no. 1068) berikut ini:
و حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ
الشَّاعِرِ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ
إِسْحَقَ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ
قَالَ كَانَتْ دِيَارُنَا نَائِيَةً عَنْ الْمَسْجِدِ فَأَرَدْنَا أَنْ نَبِيعَ
بُيُوتَنَا فَنَقْتَرِبَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَنَهَانَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ خَطْوَةٍ دَرَجَةً.
(رواه مسلم)
6.260/1067. Dan telah
menceritakan kepada kami Hajjaj bin Asy Syair telah menceritakan kepada kami
Rauh bin 'Ubadah telah menceritakan kepada kami Zakariya bin Ishaq telah
menceritakan kepada kami Abu Zubair katanya; aku mendengar Jabir bin Abdullah
mengatakan: “Rumah kami terpencil dari masjid, maka kami ingin menjual rumah
kami dengan harapan untuk kami pindahkan dekat masjid”. Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami seraya berujar: “Setiap langkah, kamu akan memperoleh pahala”. (HR. Muslim).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ قَالَ سَمِعْتُ
أَبِي يُحَدِّثُ قَالَ حَدَّثَنِي الْجُرَيْرِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ خَلَتْ الْبِقَاعُ حَوْلَ الْمَسْجِدِ فَأَرَادَ بَنُو
سَلِمَةَ أَنْ يَنْتَقِلُوا إِلَى قُرْبِ الْمَسْجِدِ فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُمْ إِنَّهُ بَلَغَنِي
أَنَّكُمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَنْتَقِلُوا قُرْبَ الْمَسْجِدِ قَالُوا نَعَمْ يَا
رَسُولَ اللهِ قَدْ أَرَدْنَا ذَلِكَ فَقَالَ يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ
تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ. (رواه مسلم)
6.261/1068. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdusshamad
bin Abdul Warits katanya; aku mendengar Ayahku menceritakan, katanya; telah
menceritakan kepadaku Al Jurairi dari Abu Nadlrah dari Jabir bin Abdullah
katanya; Di sekitar masjid ada beberapa bidang
tanah yang masih kosong, maka Bani Salamah berinisiatif untuk pindah dekat
masjid. Ketika berita ini sampai ke telinga Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Rupanya telah sampai berita kepadaku bahwa
kalian ingin pindah dekat masjid”. Mereka menjawab:
“Benar wahai Rasulullah, kami memang ingin seperti itu”. Beliau lalu bersabda: “Wahai Bani Salamah,
pertahankanlah rumah kalian, sebab langkah kalian akan dicatat, pertahankanlah
rumah kalian, sebab langkah kalian akan dicatat”. (HR. Muslim).
Saudaraku,
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim (hadits no. 1067 dan no. 1068) di atas diperoleh penjelasan bahwa ternyata Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengijinkan sahabatnya yang ingin pindah
rumah agar lebih dekat masjid.
Di sisi lain, dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 1070) berikut
ini juga diperoleh penjelasan bahwa bagi siapa saja yang bersuci di rumahnya, kemudian
berjalan menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka dari
kedua langkahnya yang satu menghapus kesalahan dan yang satunya lagi meninggikan
derajat.
حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا
زَكَرِيَّاءُ بْنُ عَدِيٍّ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو عَنْ
زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ
الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ
إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً.
(رواه مسلم)
6.263/1070.
Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami
Zakariya bin 'Adi, telah mengabarkan kepada kami 'Ubaidullah yaitu Ibnu 'Amru
dari Zaid bin Abu Unaisah dari 'Adi bin Tsabit dari Abu Hazim Al Asyaj dari Abu
Hurairah katanya; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bersuci di rumahnya,
kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan
kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan
dan satunya lagi meninggikan derajat”. (HR.
Muslim).
♦ Tidak benar jika
sholat qobliyah lebih
baik dilakukan di masjid sekalian sholat fardlu berjama’ah
Saudaraku,
Setelah memperhatikan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak benar jika sholat qobliyah itu lebih baik dilakukan di masjid sekalian melaksanakan sholat
fardlu berjama’ah.
Yang lebih
baik adalah sholat qobliyah dilakukan di rumah, baru kemudian melangkahkan kaki ke masjid untuk sholat
fardlu berjama’ah. Termasuk sholat qobliyah subuh (sebagaimana yang panjenengan tanyakan) lebih baik juga dilakukan di
rumah terlebih dahulu, baru kemudian melangkahkan kaki ke masjid untuk melaksanakan
sholat subuh berjama’ah.
Kecuali bagi yang rumahnya jauh dari masjid sehingga
apabila sholat qobliyah terlebih dahulu di
rumah baru kemudian melangkahkan kaki ke masjid, yang bersangkutan bisa
kehilangan kesempatan untuk ikut sholat fardlu berjama’ah.
Untuk kasus seperti ini, maka solusinya bukan dengan pindah rumah ke dekat
masjid karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengijinkannya,
bahkan malah memerintahkan untuk mempertahankan rumah tersebut (perhatikan
kembali penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
pada hadits no. 1067 dan no. 1068 di atas).
Untuk kasus seperti ini, maka
solusinya adalah: yang bersangkutan sebaiknya datang ke masjid lebih awal
sehingga masih punya kesempatan untuk melaksanakan sholat qobliyah di
masjid sebelum dikumandangkan iqomah. (Wallahu ta’ala a'lam).
و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَرْقَاءَ
عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ
فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ. (رواه مسلم)
7.56/1160. Telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Warqa' dari 'Amru bin Dinar dari
'Atha` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda: “Jika iqamat telah dikumandangkan,
maka tak ada shalat selain shalat wajib”. (HR. Muslim).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.