Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat1)
(teman sekolah di SMP 1 dan SMA 1 Blitar) telah menyampaikan pernyataan sebagai berikut: “Pak Imron, maaf mengganggu waktunya. Mau nyuwun pirso (mau
bertanya). Kapan saat yang paling pas kita mengeluarkan zakat maal? Matur nuwun
(terima kasih)”.
TANGGAPAN
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa kita diperintahkan untuk bersegera dalam
amalan yang berkenaan dengan akhirat, yang artinya kita diperintahkan untuk
bersegera dalam semua amal kebajikan. Perhatikan penjelasan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (hadits no. 4176) berikut
ini:
حَدَّثَنَا
الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحَارِثِ
قَالَ الْأَعْمَشُ وَقَدْ سَمِعْتُهُمْ يَذْكُرُونَ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ الْأَعْمَشُ وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التُّؤَدَةُ فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود)
Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Muhammad bin
Ash Shabbah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Affan] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] berkata, telah menceritakan kepada kami
[Sulaiman Al A'masy] dari [Malik Ibnul Harits] -Al A'masy berkata; Aku
mendengar mereka menyebutkan dari [Mush'ab bin Sa'd] dari [Bapaknya] - Al
A'masy berkata, Aku tidak tahu kecuali bahwa itu adalah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Perlahan-lahan dalam segala hal adalah
baik, kecuali dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud no. 4176).
Sedangkan jika terus menunda-nundanya/tidak segera melaksanakan
amalan yang berkenaan dengan akhirat tersebut (tidak segera melaksanakan amal
kebajikan), hal ini bisa menjadi sebab tidak terlaksananya amalan yang sangat
mulia tersebut karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput kita.
Selain itu, bila terus menunda-nunda amal baik (termasuk
menunda-nunda kewajiban mengeluarkan zakat maal),
hal ini bisa menyebabkan niat kita menjadi berubah karena ketika kita
menunda-nunda berbuat baik, hal ini sama saja dengan membuka kesempatan pada
hawa nafsu dan kepada syaitan untuk mengganggu dan menggoda diri kita untuk
tidak melakukan kebaikan karena hawa nafsu dan syaitan senantiasa mengajak
kepada keburukan dan menghalangi kita untuk berbuat kebaikan.
... إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٣﴾
“..., karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf. 53).
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٣٧﴾
Dan sesungguhnya
syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf. 37).
Saudaraku,
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saat yang paling tepat untuk mengeluarkan zakat maal (zakat
harta) adalah: begitu tiba saatnya kewajiban untuk membayar zakat maal, maka
pada saat itu pulalah sebaiknya segera ditunaikan kewajiban dalam mengeluarkan
zakat maal tersebut dan jangan ditunda-tunda lagi.
Saudaraku,
Begitu tiba saatnya jatuh tempo pembayaran zakat maal,
maka bersegeralah untuk menunaikannya agar segera
memperoleh kebaikan dan sebagai upaya untuk menutup kesempatan kepada hawa
nafsu dan kepada syaitan untuk mengganggu dan menggoda diri kita untuk tidak melakukan
kebaikan karena hawa nafsu dan setan memang senantiasa mengajak kepada
keburukan dan menghalanginya untuk berbuat kebaikan.
Sedangkan jatuh tempo pembayaran zakat maal itu
bermacam-macam. Untuk zakat emas dan perak, zakat ternak dan zakat perniagaan, jatuh temponya adalah satu
tahun. Artinya jika harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab dan telah
berjalan
selama setahun, maka kekayaan tersebut wajib zakat.
Saudaraku,
Yang dimaksud dengan hitungan
setahun di sini tidaklah mengikuti hitungan tahun masehi, melainkan mengikuti
hitungan tahun hijriyah. Sebagai contoh: seorang muslim memiliki 85 gram emas
murni (24 karat) atau lebih pada tanggal 1 Muharram 1442 H dan dimiliki selama
setahun yaitu hingga tanggal 1 Muharram 1443 H. Maka pada hari itulah (tanggal
1 Muharram 1443 H) yang bersangkutan wajib membayar zakat atas emas yang
dimilikinya.
Sedangkan dalam zakat hasil pertanian tidak menunggu haul, karena setiap kali panen ada kewajiban zakat. Maksudnya pada setiap kali panen dan hasil panennya memenuhi batas
nishab, maka wajib membayar zakat.
Dan dalam
zakat rikaz (harta karun) serta zakat pada
barang tambang, zakatnya dikeluarkan ketika
ditemukan (saat itu juga) dan tidak ada hitungan haul. Sedangkan
terkait barang
temuan, maka harus diumumkan terlebih dahulu selama satu tahun. Jika ada pemiliknya maka barang
temuan tersebut harus diserahkan kepada pemiliknya,
sedangkan jika tidak ada pemiliknya maka boleh diambil oleh orang yang
memungutnya. Dan pada saat itulah yang bersangkutan (penemu barang) wajib membayar
zakat.
♦ Nishab zakat
harta,
besaran zakatnya dan waktu
membayarnya
Saudaraku,
Untuk menambah wawasan kita terkait zakat
maal, berikut ini kusampaikan nishab zakat harta,
besaran zakatnya dan waktu
membayarnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan nishab adalah batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau tidak. Jika
harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab, maka
kekayaan tersebut wajib zakat. Jika belum mencapai nishab, maka
tidak wajib zakat. Batasan nishab itu sendiri antara sumber zakat yang satu dengan sumber zakat lainnya berbeda-beda.
√ Nishab zakat emas, besaran zakatnya dan waktu membayar zakat
Nishab zakat emas dan
perak
Saudaraku,
Nishab zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar. Satu
dinar setara dengan 4,25 gram emas. Sehingga nishab zakat emas adalah 85 gram emas (murni 24 karat). Jika emas mencapai nishab tersebut atau
lebih dari itu, maka ada zakat. Jika kurang dari itu, maka tidak ada zakat. Sedangkan untuk nishab perak adalah 200
dirham atau seberat 595 gram.
Dari
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا كَانَتْ لَكَ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَحَالَ
عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَلَيْسَ عَلَيْكَ شَىْءٌ –
يَعْنِى فِى الذَّهَبِ – حَتَّى يَكُونَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا فَإِذَا كَانَ
لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا نِصْفُ دِينَارٍ
فَمَا زَادَ فَبِحِسَابِ ذَلِكَ. (رواه ابو داود)
Bila
engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak
memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau
tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun – maksudnya zakat emas – hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau
telah memiliki dua puluh dinar, dan telah berlalu satu tahun (sejak
memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap
kelebihan dari (nishab) itu,
maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu. (HR. Abu Dawud no.
1573).
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
وَلَا فِى أَقَلَّ مِنْ عِشْرِينَ مِثْقَالًا مِنَ
الذَّهَبِ شَىْءٌ وَلَا فِى أَقَلَّ مِنْ مِائَتَىْ دِرْهَمٍ شَىْءٌ
Tidak
ada zakat jika emas kurang dari 20 mitsqol dan tidak ada zakat jika kurang dari
200 dirham. )HR. Ad Daruquthni(
Besaran
zakat emas dan perak
Saudaraku,
Besaran
zakat emas adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishab. Hal ini berdasarkan Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud di atas. Dalam Hadits itu disebutkan bahwa jika kita telah memiliki dua
puluh dinar dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya
dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari nishab itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu.
Untuk perhitungan zakat perak
sama dengan emas, yakni 2,5% dari jumlah perak yang dimiliki. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud di atas.
Waktu membayar zakat emas dan
perak
Saudaraku,
Perlu diperhatikan bahwa
hitungan setahun di sini tidak mengikuti hitungan tahun masehi melainkan
mengikuti hitungan tahun hijriyah. Contoh: seorang muslim memiliki 100 gram
emas murni (24 karat) pada tanggal 1 Muharram 1442 H dan dimiliki selama
setahun, yaitu hingga tanggal 1 Muharram 1443 H. Maka pada hari itulah (tanggal
1 Muharram 1443 H) yang bersangkutan wajib membayar zakat atas emas yang
dimilikinya sebanyak 2,5% x 100 = 2,5 gram emas murni (24 karat).
√ Nishab zakat ternak, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
Saudaraku,
Hewan
ternak yang wajib dizakati itu hanya
tiga, yaitu: unta,
sapi dan kambing. Namun ini bukan berarti hewan ternak lainnya tidak wajib
dizakati. Jika diniatkan untuk diperdagangkan, maka akan masuk dalam hitungan zakat barang dagangan.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْمَلِكِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ صَاحِبِ إِبِلٍ وَلَا بَقَرٍ
وَلَا غَنَمٍ لَا يُؤَدِّي حَقَّهَا إِلَّا أُقْعِدَ لَهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِقَاعٍ قَرْقَرٍ تَطَؤُهُ ذَاتُ الظِّلْفِ بِظِلْفِهَا وَتَنْطَحُهُ ذَاتُ
الْقَرْنِ بِقَرْنِهَا لَيْسَ فِيهَا يَوْمَئِذٍ جَمَّاءُ وَلَا مَكْسُورَةُ
الْقَرْنِ ... (رواه مسلم)
13.26/1650. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair Telah menceritakan kepada kami
bapakku Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Abu Zubair dari Jabir
bin Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah
seorang yang mempunyai unta, sapi atau pun kambing lalu ia tidak menunaikan
haknya, melainkan nanti pada hari kiamat akan didudukkan di suatu tanah datar,
lalu akan diinjak-injak oleh ternak-ternak yang memiliki kuku dengan kukunya
dan ditanduk dengan tanduknya. Pada hari itu tidak ada hewan yang tidak
bertanduk, dan tidak ada pula yang patah tanduknya. ...”. (HR. Muslim).
فِى الْإِبِلِ صَدَقَتُهَا وَفِى
الْغَنَمِ صَدَقَتُهَا وَفِى الْبَقَرِ صَدَقَتُهَا …
“Dalam unta
ada sedekahnya, dalam kambing ada sedekahnya, dan dalam sapi ada sedekahnya …”. (HR. Daruquthni no. 1915 dari
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu).
Nishab zakat ternak dan besaran zakatnya
a. Nishab unta dan besaran zakatnya
Saudaraku,
Terkait nishab unta dan besaran zakatnya, dijelaskan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini (hadits no. 1362):
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ
اللهِ بْنِ الْمُثَنَّى الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ حَدَّثَنِي
ثُمَامَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَنَسٍ أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا
بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَتَبَ لَهُ هَذَا الْكِتَابَ لَمَّا وَجَّهَهُ إِلَى
الْبَحْرَيْنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ هَذِهِ فَرِيضَةُ الصَّدَقَةِ
الَّتِي فَرَضَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى
الْمُسْلِمِينَ وَالَّتِي أَمَرَ اللهُ بِهَا رَسُولَهُ فَمَنْ سُئِلَهَا مِنْ
الْمُسْلِمِينَ عَلَى وَجْهِهَا فَلْيُعْطِهَا وَمَنْ سُئِلَ فَوْقَهَا فَلَا
يُعْطِ فِي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ الْإِبِلِ فَمَا دُونَهَا مِنْ الْغَنَمِ
مِنْ كُلِّ خَمْسٍ شَاةٌ إِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ إِلَى خَمْسٍ
وَثَلَاثِينَ فَفِيهَا بِنْتُ مَخَاضٍ أُنْثَى فَإِذَا بَلَغَتْ سِتًّا
وَثَلَاثِينَ إِلَى خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ فَفِيهَا بِنْتُ لَبُونٍ أُنْثَى فَإِذَا
بَلَغَتْ سِتًّا وَأَرْبَعِينَ إِلَى سِتِّينَ فَفِيهَا حِقَّةٌ طَرُوقَةُ
الْجَمَلِ فَإِذَا بَلَغَتْ وَاحِدَةً وَسِتِّينَ إِلَى خَمْسٍ وَسَبْعِينَ
فَفِيهَا جَذَعَةٌ فَإِذَا بَلَغَتْ يَعْنِي سِتًّا وَسَبْعِينَ إِلَى تِسْعِينَ
فَفِيهَا بِنْتَا لَبُونٍ فَإِذَا بَلَغَتْ إِحْدَى وَتِسْعِينَ إِلَى عِشْرِينَ
وَمِائَةٍ فَفِيهَا حِقَّتَانِ طَرُوقَتَا الْجَمَلِ فَإِذَا زَادَتْ عَلَى
عِشْرِينَ وَمِائَةٍ فَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ وَفِي كُلِّ
خَمْسِينَ حِقَّةٌ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ إِلَّا أَرْبَعٌ مِنْ الْإِبِلِ
فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا
مِنْ الْإِبِلِ فَفِيهَا شَاةٌ ... (رواه البخارى)
13.55/1362. Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Al Mutsanna Al Anshariy berkata, telah
menceritakan kepadaku bapakku dia berkata, telah menceritakan kepada saya
Tsumamah bin 'Abdullah bin Anas bahwa Anas menceritakan kepadanya bahwa Abu
Bakar radliallahu 'anhu telah menulis surat ini kepadanya (tentang aturan
zakat) ketika dia mengutusnya ke negeri Bahrain: “Bismillahir rahmaanir rahiim.
Inilah kewajiban zakat yang telah diwajibkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam terhadap kaum Muslimin dan seperti yang diperintahklan oleh Allah dan
rasul-Nya tentangnya, maka barangsiapa dari kaum Muslimin diminta tentang zakat
sesuai ketentuan maka berikanlah dan bila diminta melebihi ketentuan maka
jangan memberinya, yaitu (dalam ketentuan zakat unta) pada setiap dua puluh
empat ekor unta dan yang kurang dari itu zakatnya dengan kambing. Setiap lima
ekor unta zakatnya adalah seekor kambing. Bila mencapai dua puluh lima hingga
tiga puluh lima ekor unta maka zakatnya satu ekor bintu makhadh betina. Bila
mencapai tiga puluh enam hingga empat puluh lima ekor unta maka zakatnya 1 ekor
bintu labun betina, jika mencapai empat puluh enam hingga enam puluh ekor unta
maka zakatnya satu ekor hiqqah yang sudah siap dibuahi oleh unta pejantan. Jika
telah mencapai enam puluh satu hingga tujuh puluh lima ekor unta maka zakatnya
satu ekor jadza'ah. Jika telah mencapai tujuh puluh enam hingga sembilan puluh
ekor unta maka zakatnya dua ekor bintu labun. Jika telah mencapai sembilan
puluh satu hingga seratus dua puluh ekor unta maka zakatnya dua ekor hiqqah
yang sudah siap dibuahi unta jantan. Bila sudah lebih dari seratus dua puluh
maka ketentuannya adalah pada setiap kelipatan empat puluh ekornya, zakatnya
satu ekor bintu labun dan setiap kelipatan lima puluh ekornya zakatnya satu
ekor hiqqah. Dan barangsiapa yang tidak memiliki unta kecuali hanya empat ekor
saja maka tidak ada kewajiban zakat baginya kecuali bila pemiliknya mau
mengeluarkan zakatnya karena hanya pada setiap lima ekor unta baru ada zakatnya
yaitu seekor kambing. ...”. (HR. Al-Bukhari).
b. Nishab kambing dan besaran zakatnya
Adapun nishab kambing dan besaran zakatnya, dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari berikut ini (hadits no. 1362, kelanjutan dari hadits yang membahas
nishab unta di atas):
... وَفِى صَدَقَةِ الْغَنَمِ فِى
سَائِمَتِهَا إِذَا كَانَتْ أَرْبَعِينَ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا
زَادَتْ عَلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ إِلَى مِائَتَيْنِ شَاتَانِ، فَإِذَا زَادَتْ
عَلَى مِائَتَيْنِ إِلَى ثَلاَثِمِائَةٍ فَفِيهَا ثَلاَثٌ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى
ثَلاَثِمِائَةٍ فَفِى كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا كَانَتْ سَائِمَةُ الرَّجُلِ
نَاقِصَةً مِنْ أَرْبَعِينَ شَاةً وَاحِدَةً فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ، إِلَّا
أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا. (رواه البخارى)
“... Dan pada
zakat domba/kambing yang bersifat sa-imah2), jika jumlahnya 40
hingga 120 ekor, zakatnya satu ekor syah (kambing/domba). Jika jumlahnya lebih
dari 120 hingga 200 ekor, zakatnya dua ekor syah. Apabila jumlahnya lebih dari
200 hingga 300 ekor, zakatnya tiga ekor syah. Jika jumlahnya lebih dari 300
ekor, pada setiap seratus ekor zakatnya satu ekor syah. Jika jumlah sa’imah
seseorang kurang satu ekor saja dari empat puluh, tidak ada zakatnya, kecuali
jika pemiliknya menghendaki (untuk bersedekah).” (HR.
Al-Bukhari, no. 1362).
c. Nishab sapi dan besaran zakatnya
Sedangkan nishab sapi dan besaran zakatnya, dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah berikut ini (hadits no. 1793):
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عِيسَى
الرَّمْلِيُّ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ مُعَاذِ
بْنِ جَبَلٍ قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى
الْيَمَنِ وَأَمَرَنِي أَنْ آخُذَ مِنْ الْبَقَرِ مِنْ كُلِّ أَرْبَعِينَ
مُسِنَّةً وَمِنْ كُلِّ ثَلَاثِينَ تَبِيعًا أَوْ تَبِيعَةً. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin
Numair] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Isa Ar Ramli]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari [Masruq]
dari [Mu'adz bin Jabal] ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengutusku ke Yaman dan memerintahkan aku untuk mengambil zakat, setiap empat
puluh ekor sapi dengan seekor musinnah (sapi betina berumur 2
tahun), dan setiap tiga puluh ekor sapi dengan seekor tabi’ (sapi jantan berumur 1 tahun) atau tabi’ah (sapi betina berumur 1
tahun)”. (HR. Ibnu Majah, no. 1793).
Waktu membayar zakat ternak
Saudaraku,
Jika ternak yang dimiliki oleh
seorang muslim memenuhi batas nishab dan dimiliki dalam satu tahun, maka yang
bersangkut wajib membayar zakat.
حَدَّثَنَا
نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ
حَدَّثَنَا حَارِثَةُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا زَكَاةَ فِي
مَالٍ حَتَّى يَحُولَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami
[Nashr bin Ali Al Jahdlami] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syuja' bin
Al Walid] berkata, telah menceritakan kepada kami [Haritsah bin Muhammad] dari
[Amrah] dari [Aisyah] ia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Tidak
ada zakat harta hingga mencapai haul”. (HR.
Ibnu Majah, no. 1782).
√ Nishab zakat pertanian, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
Nishab zakat pertanian
Saudaraku,
Nishab zakat pertanian adalah 5 wasaq. Sedangkan 1 wasaq = 60 sho’ dan 1 sho’
= 4 mud. Ukuran mud adalah ukuran dua telapak tangan penuh
dari pria sedang.
Lalu
bagaimana konversi nishab zakat
pertanian ini ke dalam
timbangan (kg)? Perlu dipahami bahwa sho’ adalah ukuran untuk takaran. Sehingga sebenarnya konversi satu sho’ ke dalam timbangan (kg) tidak ada ukuran baku untuk semua
benda yang ditimbang, karena
setiap benda memiliki berat jenis
yang berbeda-beda. Yang
paling afdhol untuk mengetahui besaran sho’ adalah setiap barang ditakar terlebih dahulu, kemudian hasilnya dikonversikan ke dalam satuan
kg.
Taruhlah
jika kita menganggap 1 sho’ kurang lebih sama dengan 2,4 kg, maka nishob zakat tanaman = 5 wasaq x 60 sho’ x
2,4 kg = 720 kg.
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ
أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ أَخْبَرَنِي
يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ أَنَّ عَمْرَو بْنَ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ أَخْبَرَهُ
عَنْ أَبِيهِ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا
سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوَاقٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ
خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ. (رواه
البخارى)
13.10/1317. Telah menceritakan
kepada kami Ishaq bin Yazid telah mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Ishaq
telah mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah mengabarkan kepada saya Yahya
bin Abu Katsir bahwa 'Amru bin Yahya bin 'Umarah telah mengabarkannya dari
bapaknya Yahya bin 'Umarah bin Abu Al Hasan bahwa dia mendengar Abu Sa'id
radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam telah bersabda: “Tidak
ada zakat harta dibawah lima wasaq, tidak ada zakat pada unta dibawah lima ekor
dan tidak ada zakat pada hasil tanaman dibawah lima wasaq”. (HR. Bukhari).
Besaran
zakat pertanian
Jika
tanaman diairi dengan air hujan atau dengan air sungai tanpa ada biaya yang
dikeluarkan atau bahkan tanaman tersebut tidak membutuhkan air, maka zakatnya adalah 10%. Sedangkan jika tanaman diairi dengan air yang memerlukan biaya untuk pengairan (misalnya membutuhkan pompa untuk menarik air dari
sumbernya), maka zakatnya adalah 5%.
حَدَّثَنَا
إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ
عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي ذُبَابٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ
وَعَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ الْعُشْرُ
وَفِيمَا سُقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Musa Abu Musa
Al Anshari] berkata, telah menceritakan kepada kami ['Ashim bin Abdul Aziz bin
'Ashim] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Harits bin 'Abdurrahman bin
Abdullah bin Sa'd bin Abu Dubab] dari [Sulaiman bin Yasar] dan [Busr bin Sa'id]
dari [Abu Hurairah] ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Tanaman yang disiram langit (air hujan) dan mata air, zakatnya
adalah seper sepuluh (10%). Sementara
yang diairi oleh tenaga zakatnya adalah dari seper dua puluh (5%)”. (HR.
Ibnu Majah, no. 1806).
Waktu membayar zakat pertanian
Saudaraku,
Dalam
zakat hasil pertanian tidak menunggu haul, karena
setiap kali panen ada kewajiban zakat. Maksudnya pada setiap kali panen dan hasil panennya memenuhi batas
nishab, maka wajib membayar zakat.
وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ جَنَّـــٰتٍ مَّعْرُوشَـــٰتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَـــٰتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ
مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَـــٰبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَـــٰبِهٍ كُلُواْ مِن ثَمَرِهِ إِذَا
أَثْمَرَ وَءَاتُواْ حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلَا تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لَا
يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ﴿١٤١﴾
Dan Dialah yang menjadikan
kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al
An’aam. 141).
√ Nishab zakat perniagaan, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ سُفْيَانَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ
سَعْدِ بْنِ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ
أَبِيهِ سُلَيْمَانَ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُنَا أَنْ نُخْرِجَ
الصَّدَقَةَ مِنْ الَّذِي نُعِدُّ لِلْبَيْعِ. (رواه ابو داود)
Telah menceritakan kepada Kami [Muhammad bin Daud bin
Sufyan], telah menceritakan kepada Kami [Yahya bin Hassan], telah menceritakan
kepada Kami [Sulaiman bin Musa Abu Daud], telah menceritakan kepada Kami
[Ja'far bin Sa'd bin Samurah bin Jundab bin Sulaiman] telah menceritakan
kepadaku [Hubaib bin Sulaiman] dari [ayahnya yaitu Sulaiman] dari [Samurah bin
Jundab], ia berkata: “Adapun selanjutnya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan zakat dari sesuatu yang
Kami persiapkan untuk dijual”. (HR. Abu Dawud no. 1335).
Saudaraku,
Harta perdagangan yang
dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha dikurangi hutang yang
berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih dari
asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan
zakatnya. Sedangkan nisab zakat perdagangan adalah senilai 85 gram emas dengan
tarif zakat sebesar 2,5% dan sudah mencapai satu tahun (haul).
Perhitungan
zakat barang dagangan = nilai barang dagangan* + uang dagang yang ada + piutang
yang diharapkan – hutang yang jatuh tempo**.
Keterangan:
*) Yang dimaksud di sini adalah harga saat jatuh haul, bukan harga
saat beli.
**) Hutang yang dimaksud adalah utang yang jatuh tempo pada tahun tersebut
(tahun pengeluaran zakat), bukan seluruh hutang pedagang yang ada. Jika
mencapai nishob, maka dikeluarkan zakat sebesar 2,5% atau 1/40.
√ Nishab zakat rikaz, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
Saudaraku,
Tidak dipersyaratkan nishob dan
haul dalam zakat rikaz (harta karun). Karena sudah ada kewajiban zakat ketika
harta tersebut ditemukan. Sedangkan besaran zakatnya adalah 20% atau 1/5.
حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَجْمَاءُ عَقْلُهَا
جُبَارٌ وَالْبِئْرُ جُبَارٌ وَالْمَعْدِنُ جُبَارٌ وَفِي الرِّكَازِ الْخُمُسُ. (رواه
البخارى)
67.49/6402. Telah menceritakan
kepada kami Muslim telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Muhammad bin
Ziyad dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Binatang ternak yang mencederai tak berkewajiban membayar
diyat, sumur yang menjadikan celaka juga tak ada diyat, pertambangan yang
menjadikan celaka juga tak ada diyat, dan harta karun zakatnya seperlima”. (HR. Bukhari).
√ Nishab zakat barang tambang, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
Saudaraku,
Adanya kewajiban zakat atas barang tambang, hal ini berdasarkan
penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 267 berikut
ini:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَـــٰتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَلَا تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ مِنْهُ
تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِئَاخِذِيهِ إِلَّا أَن تُغْمِضُواْ فِيهِ وَاعْلَمُواْ
أَنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴿٢٦٧﴾
Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al Baqarah. 267).
Jumhur ulama berpendapat bahwa
kewajiban zakat barang tambang adalah 1/40 atau 2,5%. Hal ini diqiyaskan dengan
emas dan perak. Untuk emas, sebesar 20 dinar atau 85 gram emas murni. Untuk
perak, sebesar 20 dirham atau 595 gram perak murni. Dan zakat tersebut
dikeluarkan ketika ditemukan (saat itu juga) dan tidak ada hitungan haul.
Jadi apabila seseorang telah berhasil menggali emas atau
perak dari pertambangannya sedangkan hasil galiannya mencapai nishab, maka ia
wajib mengeluarkan zakatnya ketika ditemukan dengan besaran zakatnya 1/40 atau 2,5% dari keseluruhan.
√ Nishab zakat barang temuan, besaran zakatnya dan waktu
membayar zakat
Saudaraku,
Terkait barang temuan, maka
harus diumumkan selama satu tahun. Jika ada pemiliknya maka barang temuan
tersebut harus diserahkan kepada pemiliknya, sedangkan jika tidak ada
pemiliknya maka boleh diambil oleh orang yang memungutnya. Perhatikan
penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (hadits no. 1455)
berikut ini3):
... وَسُئِلَ عَنْ اللُّقَطَةِ فَقَالَ مَا
كَانَ مِنْهَا فِي طَرِيقِ الْمِيتَاءِ أَوْ الْقَرْيَةِ الْجَامِعَةِ
فَعَرِّفْهَا سَنَةً فَإِنْ جَاءَ طَالِبُهَا فَادْفَعْهَا إِلَيْهِ وَإِنْ لَمْ
يَأْتِ فَهِيَ لَكَ وَمَا كَانَ فِي الْخَرَابِ يَعْنِي فَفِيهَا وَفِي الرِّكَازِ
الْخُمُسُ ... (رواه ابو داود)
Dan beliau ditanya mengenai barang temuan lalu beliau
menjawab: “Apa yang ditemukan di jalan yang dilalui orang atau jalan sebuah
kampung maka umumkan selama setahun, apabila orang yang mencarinya telah datang
maka harus serahkan kepadanya, apabila tidak datang maka barang tersebut adalah
milikmu. Adapun yang terdapat di lahan yang tak bertuan, maka padanya dan juga
pada barang terpendam zakatnya seperlima”. (HR. Abu Dawud no. 1455).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari
ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi
pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ ) yang juga merupakan bentuk
jamak dari ‘alim
( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa
Indonesia juga telah mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar
mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama' yang kharismatik”.
Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar kalimat berikut ini:
“Beliau adalah seorang ‘alim
yang
kharismatik”.
2) Hewan
ternak yang diambil susu dan digembalakan di padang rumput disebut sa-imah.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْمَلِكِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ صَاحِبِ إِبِلٍ وَلَا بَقَرٍ
وَلَا غَنَمٍ لَا يُؤَدِّي حَقَّهَا إِلَّا أُقْعِدَ لَهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِقَاعٍ قَرْقَرٍ تَطَؤُهُ ذَاتُ الظِّلْفِ بِظِلْفِهَا وَتَنْطَحُهُ ذَاتُ
الْقَرْنِ بِقَرْنِهَا لَيْسَ فِيهَا يَوْمَئِذٍ جَمَّاءُ وَلَا مَكْسُورَةُ
الْقَرْنِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا حَقُّهَا قَالَ إِطْرَاقُ فَحْلِهَا
وَإِعَارَةُ دَلْوِهَا وَمَنِيحَتُهَا وَحَلَبُهَا عَلَى الْمَاءِ وَحَمْلٌ
عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلَا مِنْ صَاحِبِ مَالٍ لَا يُؤَدِّي زَكَاتَهُ
إِلَّا تَحَوَّلَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ يَتْبَعُ صَاحِبَهُ
حَيْثُمَا ذَهَبَ وَهُوَ يَفِرُّ مِنْهُ وَيُقَالُ هَذَا مَالُكَ الَّذِي كُنْتَ
تَبْخَلُ بِهِ فَإِذَا رَأَى أَنَّهُ لَا بُدَّ مِنْهُ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي فِيهِ
فَجَعَلَ يَقْضَمُهَا كَمَا يَقْضَمُ الْفَحْلُ. (رواه مسلم)
13.26/1650. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdullah bin Numair Telah menceritakan kepada kami bapakku Telah menceritakan
kepada kami Abdul Malik dari Abu Zubair dari Jabir bin Abdullah dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidaklah seorang yang mempunyai
unta, sapi atau pun kambing lalu ia tidak menunaikan haknya, melainkan nanti
pada hari kiamat akan didudukkan di suatu tanah datar, lalu akan diinjak-injak
oleh ternak-ternak yang memiliki kuku dengan kukunya dan ditanduk dengan
tanduknya. Pada
hari itu tidak ada hewan yang tidak bertanduk, dan tidak ada pula yang patah
tanduknya. Kami pun bertanya, Ya Rasulullah, apakah haknya? beliau menjawab:
Membibitkan jantannya, menternakkan betinanya, memerah susunya, membawanya ke
air, dan mempergunakannya di jalan Allah. Tidak seorang pun pemilik harta yang
tidak membayar zakatnya, melainkan hartanya itu berubah menjadi ular besar yang
botak, yang mengikuti pemiliknya ke mana saja ia pergi, sedangkan dia sendiri
selalu lari dari ular itu. lalu dikatakanlah kepadanya: 'Inilah hartamu yang
kamu bakhil dengannya.' Setelah dia tahu bahwa dia tidak dapat lari dari ular
itu, maka dimasukkannya tangannya ke mulut ular itu, lalu ular itu menggigitnya
seperti hewan jantan menggigit. (HR. Muslim).
3) Hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud (hadits no. 1455)
selengkapnya adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ عَمْرِو
بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ
الثَّمَرِ الْمُعَلَّقِ فَقَالَ مَنْ أَصَابَ بِفِيهِ مِنْ ذِي حَاجَةٍ غَيْرَ
مُتَّخِذٍ خُبْنَةً فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ وَمَنْ خَرَجَ بِشَيْءٍ مِنْهُ
فَعَلَيْهِ غَرَامَةُ مِثْلَيْهِ وَالْعُقُوبَةُ وَمَنْ سَرَقَ مِنْهُ شَيْئًا
بَعْدَ أَنْ يُؤْوِيَهُ الْجَرِينُ فَبَلَغَ ثَمَنَ الْمِجَنِّ فَعَلَيْهِ الْقَطْعُ
وَذَكَرَ فِي ضَالَّةِ الْإِبِلِ وَالْغَنَمِ
كَمَا ذَكَرَهُ غَيْرُهُ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ
اللُّقَطَةِ فَقَالَ مَا كَانَ مِنْهَا فِي طَرِيقِ الْمِيتَاءِ أَوْ الْقَرْيَةِ
الْجَامِعَةِ فَعَرِّفْهَا سَنَةً فَإِنْ جَاءَ طَالِبُهَا فَادْفَعْهَا إِلَيْهِ
وَإِنْ لَمْ يَأْتِ فَهِيَ لَكَ وَمَا كَانَ فِي الْخَرَابِ يَعْنِي فَفِيهَا
وَفِي الرِّكَازِ الْخُمُسُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْوَلِيدِ يَعْنِي ابْنَ كَثِيرٍ حَدَّثَنِي
عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ بِإِسْنَادِهِ بِهَذَا قَالَ فِي ضَالَّةِ الشَّاءِ قَالَ
فَاجْمَعْهَا حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ بْنِ الْأَخْنَسِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ بِهَذَا بِإِسْنَادِهِ قَالَ
فِي ضَالَّةِ الْغَنَمِ لَكَ أَوْ لِأَخِيكَ أَوْ لِلذِّئْبِ خُذْهَا قَطُّ
وَكَذَا قَالَ فِيهِ أَيُّوبُ وَيَعْقُوبُ بْنُ عَطَاءٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَخُذْهَا حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْعَلَاءِ
حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ عَنْ ابْنِ إِسْحَقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا
قَالَ فِي ضَالَّةِ الشَّاءِ فَاجْمَعْهَا حَتَّى يَأْتِيَهَا بَاغِيهَا. (رواه
ابو داود)
Telah menceritakan kepada Kami [Qutaibah bin Sa'id],
telah menceritakan kepada Kami [Al Laits] dari [Ibnu 'Ajlan] dari ['Amr bin
Syu'aib] dari [ayahnya] dari [kakeknya] yaitu Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash,
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau ditanya mengenai buah
kurma yang masih menggantung dipohon? Beliau menjawab: “Orang yang sangat membutuhkan
yang mengambilnya dan tidak mengambilnya di dalam baju, maka
tidak ada hukuman atasnya. Dan barang siapa yang keluar membawa sebagian
darinya maka ia wajib membayar denda dua kalinya, serta mendapat hukuman. Dan
barang siapa yang mencuri sebagian darinya setelah terkumpul dalam tempat
pengeringan dan mencapai harga tameng maka tangannya dipotong, dan barang siapa
yang mencuri kurang dari itu maka ia berkewajiban membayar denda dua kalinya,
dan mendapatkan hukuman”.
Dan ia menyebutkan mengenai unta dan domba yang hilang sebagaimana yang disebutkan selainnya. Ia
berkata; dan beliau ditanya mengenai barang temuan
lalu beliau menjawab: “Apa yang ditemukan di jalan yang
dilalui orang atau jalan sebuah kampung maka umumkan selama setahun, apabila
orang yang mencarinya telah datang maka harus serahkan kepadanya, apabila tidak
datang maka barang tersebut adalah milikmu. Adapun yang terdapat di lahan yang tak
bertuan, maka padanya dan juga pada barang terpendam zakatnya seperlima”. Telah menceritakan
kepada Kami [Muhammad bin Al 'Ala`], telah menceritakan kepada Kami [Abu
Usamah] dari [Al Walid bin Katsir], telah menceritakan kepadaku ['Amr bin
Syu'aib] dengan sanadnya dengan hadis ini ia mengatakan mengenai domba yang
hilang Beliau menjawab: “Kumpulkanlah”. Telah menceritakan
kepada Kami [Musaddad], telah menceritakan kepada Kami [Abu 'Awanah] dari
['Ubaidullah bin Al Akhnasy] dari ['Amr bin Syu'aib] dengan hadis tersebut
dengan sanadnya, ia berkata mengenai domba yang hilang: “Domba tersebut
adalah milikmu, saudaramu atau serigala. Ambillah domba tersebut”. Begitu juga yang
diriwayatkan oleh [Ayyub] dan [Ya'kub bin 'Atho`] dari ['Amr bin Syuaib] dari
Nabi shalla Allahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata: “Ambillah”. Telah menceritakan
kepada Kami [Musa bin Isma'il], telah menceritakan kepada Kami [Hammad], dan
telah diriwayatkan melalui jalur yang lain: Telah telah menceritakan kepada
Kami [Ibnu Al 'Ala`], telah menceritakan kepada Kami [Ibnu Idris] dari [Ibnu
Ishaq] dari ['Amr bin Syu'aib] dari [ayahnya] dari [kakeknya] dari Nabi shalla
Allahu 'alaihi wa sallam dengan hadis ini, beliau berkata mengenai domba yang
hilang: “Kumpulkanlah
hingga datang orang yang mencarinya”.
(HR. Abu Dawud
no. 1455).