“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali ‘Imran. 134).
“Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raaf. 199).
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura. 40).
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Asy Syuura. 43).
Saudaraku…,
Bagaimanakah keadaan kita saat ini? Apakah ketika kita kuasa untuk melampiaskan amarah, kita masih mampu untuk menahan amarah kita? Apakah ketika kita sedang berada di atas angin (karena pada posisi yang benar), kita masih mampu menahan diri untuk tidak memanfaatkannya demi mengumbar hawa nafsu amarah kita?
Saudaraku…,
Hanya orang-orang yang kuatlah, yang mampu menahan amarah ketika kesempatan untuk itu ada di depan mata. Ingatlah, bahwa jika kita berbuat baik, sesungguhnya kita telah berbuat baik bagi diri kita sendiri dan jika kita berbuat jahat maka sesungguhnya kejahatan itu adalah bagi diri kita sendiri. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”, (QS. Al Israa’. 7).
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)”. (QS. Fushshilat. 46).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar