(ORANG YANG BERIMAN ITU HARUS BERHATI-HATI!)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Sesungguhnya Allah hanya akan melihat amal-amal kita, jika semua amal-amal tersebut hanya kita ikhlaskan kepada-Nya (bukan karena riya kepada manusia). Hal ini hanya bisa kita capai jika kita benar-benar bisa menjaga kemurnian iman kita (tidak mencampur-adukkan antara iman dengan kezaliman/syirik). “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al An’aam. 82).
Saudaraku…,
Jika kita tidak bisa menjaga kemurnian iman kita, maka akan sia-sialah semua amal perbuatan kita. ”… Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqarah. 264).
Saudaraku…,
Dalam surat Al Anfaal Allah telah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”, (QS. Al Anfaal. 2).
Sedangkan dalam surat Al Ahzab Allah juga telah berfirman: “Dan tatkala orang-orang mu'min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (QS. Al Ahzab. 22).
Saudaraku…,
Dari surat Al Anfaal ayat 2 tersebut diperoleh keterangan bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman itu apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, akan bertambahlah iman mereka karenanya. Sedangkan dalam surat Al Ahzab ayat 22 juga menunjukkan bahwa iman seseorang bisa bertambah. Nah..., jika iman seseorang bisa bertambah, tentunya hal ini juga menunjukkan bahwa iman seseorang itu juga bisa menurun pada kondisi yang lain. Bahkan (jika tidak berhati-hati) seseorang bisa saja benar-benar telah meninggalkan Allah, yaitu ketika imannya benar-benar telah hilang hingga menuju kepada kekafiran (na’udzubillahi mindzalika).
Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati. Jangan sampai iman kita terus menurun hingga kita semakin menjauh dari Allah. Ingatlah, bahwa sesungguhnya syaitan itu akan selalu berupaya untuk mendatangi kita dari segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita sebagaimana keterangan dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 16-17 berikut ini: “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”. (QS. Al A’raaf. 16-17).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 39-40, diperoleh keterangan sebagai berikut: ”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39). ”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka". (QS. Al Hijr. 40). *) Yang dimaksud dengan “mukhlis” ialah orang-orang yang yang diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah.
Saudaraku…,
Disamping kita harus senantiasa berhati-hati agar jangan sampai iman kita terus menurun hingga kita semakin menjauh dari Allah, pada saat yang sama kita juga harus senantiasa berusaha untuk memperkuat tingkat keimanan kita. Sering-seringlah membaca kalimah "La ilaha illallah". Semoga Allah meneguhkan keimanan kita hingga ajal menjemput kita! Dan semoga kelak kita dapat menggapai "khusnul khotimah". Amin!!!
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik* seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”, (QS. Ibrahim. 24). *) Termasuk dalam “kalimat yang baik” ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti kalimat “laa ilaaha illallaah”.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh* itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (QS. Ibrahim. 27). *) Maksudnya ialah: kalimatuth thoyyibah seperti yang disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 24 di atas. Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar