JIKA KITA BERBUAT BAIK SESUNGGUHNYA KITA TELAH BERBUAT BAIK BAGI DIRI KITA SENDIRI, DAN JIKA KITA BERBUAT KEJAHATAN SESUNGGUHNYA KEJAHATAN ITU ADALAH BAGI DIRI KITA SENDIRI
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Pada saat ini, (mungkin) kita dengan mudah bisa menyaksikan, betapa begitu banyak orang yang menghadapi problematika kehidupan ini dengan nafsu belaka. Ditambah dengan keserakahannya, hal ini telah membuat mereka dengan mudahnya berbuat aniaya kepada pihak lain.
Memang...,
Sepertinya dengan mengurangi timbangan, sang pedagang dapat mengeruk keuntungan lebih besar dengan mudah. Juga, sepertinya dengan melakukan kecurangan via KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) atau cara lainnya, sang pelamar kerja dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Juga, sepertinya dengan melakukan korupsi, sang karyawan dapat memperoleh tambahan penghasilan dengan mudah. Dan sepertinya dengan melakukan KKN atau cara lainnya, sang karyawan dapat memperoleh promosi jabatan dengan mudah. Demikian seterusnya.
Namun ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka semuanya telah berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri.
”Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad. 14).
”Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa. 16). Semoga bermanfaat!
Sebaliknya...,
Sepertinya dengan berlaku jujur dalam timbangan, sang pedagang hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit. Juga, sepertinya dengan bersaing secara fair, sang pelamar kerja akan lebih sulit untuk memperoleh pekerjaan. Juga, sepertinya dengan berlaku amanah, sang karyawan akan lebih sulit untuk memperoleh tambahan penghasilan. Dan sepertinya dengan berlaku jujur serta bersaing secara fair, sang karyawan juga akan lebih sulit untuk memperoleh promosi jabatan. Demikian seterusnya.
Namun ketahuilah, bahwa ketika mereka berbuat kebaikan, maka sesungguhnya mereka telah berbuat kebaikan untuk diri mereka sendiri
Saudaraku…,
Dengan berlaku jujur dalam timbangan, dengan bersaing secara fair, serta dengan berlaku amanah dalam segala hal (dan seterusnya), hal itu menunjukkan bahwa mereka semuanya hanya berharap kepada Allah semata. Dia menyandarkan seluruh hidupnya hanya kepada-Nya. Karena dia menyadari, bahwa: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. 112. 2). Karena “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40).
Menyadari hal itu, maka mereka senantiasa berupaya untuk selalu bertakwa kepada-Nya, selalu berupaya untuk menjalankan semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Dia juga senantiasa berdzikir / ingat kepada-Nya serta setiap saat memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya serta senantiasa berbaik sangka kepada-Nya. Karena Dia adalah Pelindungnya dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).
Sebagai ilustrasi, jika dia adalah pencari kerja, maka dia tidak akan berlaku curang. Dia akan berupaya secara maksimal sambil menyerahkan semuanya hanya kepada-Nya. Jika pada akhirnya dia diterima, maka dia akan bersyukur. Sedangkan jika ternyata gagal, dia akan bersabar dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Mungkin kegagalan itu hanyalah karena Allah akan memilihkan pekerjaan lain yang lebih baik / lebih cocok untuknya dibelakang hari.
Sedangkan jika yang bersangkutan adalah seorang karyawan, ketika ada promosi jabatan, maka dia juga tidak akan berupaya melakukan kecurangan demi memenuhi ambisinya untuk mendapatkan jabatan itu. Semuanya dia serahkan kepada-Nya. Yang lebih penting baginya adalah bekerja dengan baik, lillahi ta’ala. Jika kemudian dinilai pantas untuk menduduki jabatan itu, maka dia akan berupaya untuk menjalankannya dengan penuh amanah. Dan jika ternyata harus orang lain yang diberi kesempatan, maka dia akan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Mungkin saja hal ini karena Allah berkehendak untuk meyelamatkannya dari fitnah yang menjerumuskan.
Demikian seterusnya…! Sehingga hal ini semua senantiasa membuat hidupnya menjadi tenang. Tidak dipenuhi oleh ambisi jahiliyah...!!!
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”, (QS. Al Israa’. 7).
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al Israa’. 15).
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)”. (QS. Fushshilat. 46).
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan”. (QS. Al Jaatsiyah. 15).
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman. 12).
Semoga bermanfaat!
NB.