Saudaraku…,
Ketika pekerjaan kita diserobot oleh keserakahan orang lain,
Ketika jabatan kita dirampas oleh ambisi orang lain,
Ketika harta kita dicuri oleh ketamakan* orang lain,
Ketika masa depan kita melayang oleh kerakusan orang lain,
Dan ketika hak-hak kita yang lainnya terenggut oleh keserakahan orang lain,
Maka jika kita mempunyai kemampuan untuk memberantas semua kemungkaran / kekejian / ketidakadilan / keserakahan / kedholiman ini, kita harus lakukan semaksimal mungkin.
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).
Namun jika kebetulan kita berada pada pihak yang lemah, sehingga kita tidak bisa berbuat banyak dalam menghadapi situasi yang demikian sulit ini, maka kita tidak perlu berkecil hati. Karena sesungguhnya, Allah adalah Tuhan Yang Maha Adil. ”Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan)...” (QS. Asy Syuura. 17).
Dan cepat atau lambat, Allah pasti akan menunjukkan keadilan-Nya. Karena sesungguhnya janji-janji Allah adalah “pasti”. Dan Allah lebih mengetahui kapan saat yang tepat untuk melaksanakan janji-janji-Nya. "Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).
Lebih dari itu, seharusnya kita tidak perlu terlalu bersedih hati. Santai saja wahai Saudaraku…, biarkan saja mereka bekerja untukmu...!!!
Karena ketika seseorang telah menyerobot pekerjaan kita dengan cara yang tidak halal, maka pada hakekatnya orang tersebut hanyalah ”meminjam” pekerjaan kita. Dan selama dia ”meminjam” pekerjaan kita, sesungguhnya tanpa dia sadari, dia telah bekerja untuk kita. Karena hak-hak yang melekat pada pekerjaan tersebut tetaplah menjadi hak kita dan pada suatu saat, dia tetap harus mengembalikan pekerjaan yang dipinjamnya beserta hak-hak yang ada di dalamnya.
Jika dia tidak bersedia untuk mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Karena pada hakekatnya dia tetap tidak pernah berhak untuk memilikinya.
Demikian juga halnya ketika seseorang telah mencuri harta kita (sepeda motor, mobil, HP, komputer, dll), karena didorong oleh ketamakannya. Maka pada hakekatnya orang tersebut hanyalah ”meminjam” harta kita. Dan selama dia ”meminjam” harta kita, apalagi jika sampai digunakan sebagai “modal” untuk bekerja dan / mencari uang, maka tanpa dia sadari, sesungguhnya dia juga telah bekerja untuk kita. Karena harta kita tersebut beserta hak-hak yang melekat padanya, tetaplah menjadi hak kita. Dan pada suatu saat, dia tetap harus mengembalikan harta yang dipinjamnya beserta hak-hak yang melekat padanya. Demikian seterusnya…!!!
”Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al A’raaf. 33).
Semoga bermanfaat!
NB.
*) Tamak adalah ketergantungan hati kita terhadap apa yang ada di tangan orang lain.
betu, cak. saya sering mengalami hal yang demikian.Bahkan tidak jarang mereka menyerobot dengan terang-terangan
BalasHapus^_^
BalasHapus