Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang teman dari Sulawesi, telah memberi komentar terhadap artikel yang
berjudul “Kesempurnaan Agama Islam (I)”
dengan komentar sebagai berikut:
Agama itu bukan Tuhan, ia
makhluk (ciptaan) jadi tidak sempurna. Yang mengatakan agama Islam sempurna
sesungguhnya sudah menisbahkan sifat yang menjadi hak Tuhan kepada makhluk-Nya.
Syirik bersembunyi di mana-mana, termasuk dalam agama Islam.
Agama Islam tidak sempurna,
salah satu ketidak-sempurnaannya adalah bahwa seperti ciptaan lainnya ia punya
efek samping, contohnya: terorisme. Kita bisa bersilat lidah soal WTC, tapi apa
yang bisa anda jelaskan tentang kasus-kasus yang lainnya? (Beliau memberikan
contoh beberapa kasus yang lainnya. Maaf tidak aku sampaikan di
sini, karena khawatir akan menimbulkan kesalahpahaman diantara kita).
Sembahlah Tuhan atau apapun
yang anda sebut: Allah atau apapun nama-Nya... Jangan
menyembah agama!!!
-----
Saudaraku...,
Perhatikan penjelasan Al
Qur’an dalam surat Al Maa-idah pada bagian akhir ayat 3 berikut ini:
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي
مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣﴾
“… Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).
Surat Al Maa-idah ayat 3 selengkapnya adalah sebagai
berikut:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ
الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ
وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ
إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ
بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن
دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ
اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ ﴿٣﴾
“Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 108,
diperoleh penjelasan sebagai berikut:
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
﴿١٠٨﴾
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf. 108).
Saudaraku...,
Sifat kesempurnaan agama Islam, tentu saja tidak
sama dengan sifat kesempurnaan Allah Sang Maha Pencipta.
Sebagai ilustrasi, perhatikan
pula penjelasan Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 25 berikut ini:
وَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ
رِّزْقاً قَالُواْ هَـذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَأُتُواْ بِهِ
مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
﴿٢٥﴾
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah. 25).
Dari surat Al Baqarah ayat 25 tersebut,
diperoleh penjelasan bahwa mereka para ahli surga itu, akan hidup kekal di
dalamnya. Namun
kekekalan para ahli surga tersebut tidaklah sama dengan kekekalan Allah Sang
Maha Pencipta. Mereka
bisa hidup kekal di dalam surga karena (pemberian) Allah. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Berikut ini penjelasan Al Qur'an surat Al Ikhlash
ayat 1 – 4 :
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ
كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
1.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4.
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Tentang adanya fenomena
seperti yang saudaraku sampaikan, aku melihat bahwa hal itu bisa terjadi karena
tingkat pemahaman terhadap agama Islam yang berbeda-beda diantara kita. Hal itu
juga bisa disebabkan oleh tingkat ketaatan kita yang berbeda-beda dalam
menjalankan perintah-Nya serta tingkat ketaatan kita yang berbeda-beda dalam
menjauhi larangan-Nya.
Saudaraku mengatakan:
”Sembahlah Tuhan atau apapun yang anda sebut: Allah atau apapun nama-Nya...
Jangan menyembah agama!!!”
Saudaraku...,
Tidak ada sedikitpun dari
tulisanku yang menyarankan untuk menyembah selain Allah. Justru dengan
pemahaman agama Islam yang baik dan benar, bisa dipastikan bahwa kita akan
menyembah Allah semata, bukan yang lain serta bukan beserta yang lain.
إِنَّنِي أَنَا اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa.
14).
Dalam surat Thaahaa ayat 14 tersebut, Allah telah memerintahkan kita untuk
menyembah-Nya, dimana Allah menggunakan kata ganti "AKU" (bukan
”KAMI”) dalam perintah-Nya. Hal ini menunjukkan, bahwa kita memang
diperintahkan untuk menyembah Allah saja, tidak boleh beserta yang lainnya.
(Wallahu a’lam).
-----
Ya… Tuhan kami,
Bimbinglah
kami,
Sehingga
kami tetap mampu untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang semua ajaran
Islam, sesuai dengan yang Engkau ajarkan kepada kami.
اللَّهُّمَ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai
kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu
sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya.”
Ya… Tuhan kami,
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ
الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).
Demikian penjelasan yang bisa aku sampaikan. Semoga bermanfaat. Mohon
koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan. Juga mohon
maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
{Tulisan
ke-2 dari 2 tulisan}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar