Saudaraku…,
Dari tulisan terdahulu yang berjudul “Belajar Dari Kisah Fir’aun (I)”, diperoleh penjelasan bahwa dengan kekuasaan yang demikian besar yang telah dimilikinya, Fir’aun justru telah berbuat semena-mena dengan menimpakan kepada Bani Israil siksaan yang seberat-beratnya. Bahkan Fir’aun telah membunuh / menyembelih setiap anak-anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, hanya karena kekhawatirannya bahwa kerajaannya akan dihancurkan oleh Bani Israil. Dan ternyata tindakan Fir’aun yang telah teramat melampaui batas ini, dapat terus berlangsung hingga bertahun-tahun.
Sampai di sini, dengan melupakan peringatan-peringatan yang telah diberikan-Nya kepada Fir’aun, nampaklah bahwa semua pintu-pintu kesenangan duniawi justru telah dibukakan untuk mereka (Fir’aun dan pengikut-pengikutnya). Seolah hal itu semua telah menjadi pembenaran dari ketakaburan mereka.
Hingga pada puncaknya, yaitu ketika Fir’aun menghadapi sakaratul maut, Allah telah melupakannya, meski Fir’aun telah menyatakan beriman kepada Allah (percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil) serta berserah diri kepada-Nya (kepada Allah). Padahal, pada saat menghadapi sakaratul maut itulah, kebutuhan seorang hamba akan pertolongan-Nya mencapai puncaknya.
”Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan*.” (QS. Al Baqarah. 50). *) Waktu Nabi Musa A.S. membawa Bani Israel keluar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir’aun, mereka harus melalui Laut Merah sebelah utara. Maka Allah memerintahkan kepada Nabi Musa A.S. memukul laut itu dengan tongkatnya. Perintah itu dilaksanakan oleh Nabi Musa A.S. hingga terbelahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya ditengah-tengahnya dan Nabi Musa A.S melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sedangkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi diwaktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu seperti semula, lalu tenggelamlah mereka.
”Kemudian (Fir`aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia (Fir`aun), serta orang-orang yang bersama-sama dia seluruhnya”, (QS. Al Israa’. 103).
”Maka Fir`aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka”. (QS. Thaahaa. 78).
Saudaraku…,
Sekali lagi, ketika Fir’aun sedang menghadapi sakaratul maut, maka Allah telah melupakannya sebagaimana dahulu Fir’aun telah lupa kepada Allah. Hingga pada akhirnya, Fir’aun termasuk golongan orang-prang yang merugi dan akan beroleh siksa yang teramat pedih (na’udzubillahi mindzalika!).
”Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan”. (QS. Al A’raaf. 103).
”Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”, (QS. An Naazi’aat. 17). ”(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". (QS. An Naazi’aat. 24). ”Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia”. (QS. An Naazi’aat. 25).
”(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir`aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya”. (QS. Ali ’Imran. 11).
”(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir`aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya”. (QS. Al Anfaal. 52).
”(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir`aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir`aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim”. (QS. Al Anfaal. 54).
”Maka Fir`aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat”. (QS. Al Muzammil. 16).
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf** dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”. (QS. At Taubah. 67). **) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Saudaraku…,
Dari kisah Fir’aun tersebut, sesungguhnya terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Allah. ”Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)”. (QS. An Naazi’aat. 26).
Saudaraku…,
Dari kisah Fir’aun tersebut, sesungguhnya terdapat pesan bagi kita semua agar senantiasa mawas diri (instrospeksi) ketika pintu-pintu kesuksesan duniawi terbuka di depan mata kita, apakah kita telah meraihnya dengan jalan yang benar. Karena bisa jadi ketika pintu-pintu kesuksesan duniawi terbuka di depan mata kita, justru kita tengah berada dalam ancaman siksa Allah, khususnya ketika kita telah meraihnya dengan jalan yang tidak benar (na’udzubillahi mindzalika!). Bukankah Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al An’aam ayat 44 …???
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44). Na’udzubillahi mindzalika!
Dan yang paling mengerikan adalah ketika seorang hamba sedang menghadapi sakaratul maut, sementara Allah telah melupakannya sebagaimana dahulu dia telah lupa kepada Allah (na’udzubillahi mindzalika!). Padahal pada saat menghadapi sakaratul maut itulah, kebutuhan seorang hamba akan pertolongan-Nya mencapai puncaknya. Karena jika hal ini sampai terjadi (jika Allah telah melupakannya ketika dia sedang sakaratul maut), maka kesulitan yang teramat sangat akan menantinya (na’udzubillahi mindzalika!).
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).
Semoga bermanfaat.
NB.
Fir’aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar