Saudaraku...,
Seorang sahabat (dosen Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya / ITS) telah membuat pernyataan sebagai berikut: “Dari pagi sampai petang, kebanyakan manusia menyuruh Tuhan untuk menerima amal ibadahnya, memaksa Tuhan untuk berdagang dengannya karena Ia seolah butuh amal ibadahnya, bahkan menganggap Tuhan sebagai asisten pribadinya yang harus mengabulkan doa-doanya”.
-----
Semuanya itu sangat tergantung dari cara pandangnya, wahai saudaraku...!!!
Jika seorang hamba menyuruh Tuhannya untuk menerima amal ibadahnya atau mengharuskan Tuhannya untuk mengabulkan doa-doanya, maka tanpa dia sadari dia telah memposisikan dirinya sebagai tuan dan memposisikan Tuhannya sebagai "asisten pribadinya" sebagaimana yang saudaraku sampaikan. (Na’udzubillahi mindzalika!).
Namun jika seorang hamba menyadari akan kelemahan dirinya (sebagai makhluk yang tidak mempunyai kemampuan apapun dihadapan Allah) serta menyadari bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, sehingga karenanya dia merasa sangat memerlukan pertolongan dan ampunan dari-Nya, tentunya ini adalah sikap yang sangat mulia. Dan memang demikianlah seharusnya sikap seorang hamba kepada Tuhannya. (Wallahu a'lam).
Saudaraku...,
Dalam Al Qur'an surat Al A'raaf ayat 55 – 56 dan surat Al Mu’min ayat 60 serta surat Al A'raaf ayat 128, diperoleh penjelasan (yang artinya) sebagai berikut:
"Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. Al A'raaf. 55).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al A'raaf. 56).
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku* akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al Mu’min. 60). *) Yang dimaksud dengan “menyembah-Ku” di sini adalah “berdo’a kepada-Ku”.
“Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raaf. 128).
Sedangkan dalam Al Qur'an surat Al Ikhlash ayat 1 – 4, diperoleh penjelasan (yang artinya) sebagai berikut:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.
Semoga bermanfaat!