Seorang teman muallaf telah menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Pak Imron, ana mau nanya perihal Al Qur'an:
1. Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. adalah surat Al ‘Alaq, tapi mengapa pada penyusunannya menjadi surah Al Faatihah yang pertama di Al Qur'an?
2. Bagaimana kisah surah Al Faatihah bisa menjadi Ummul Kitab?
3. Mengapa surah Al Faatihah bisa menjadi bacaan wajib shalat? Bagaimana kisahnya?
4. Bagaimana kisah penamaan surat-surat pada Al Qur'an, seperti Al Baqarah, An Nahl, Al Kahfi, dll? Dan mengapa demikian?
-----
1. Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al ‘Alaq, tapi mengapa pada penyusunannya menjadi surah Al Faatihah yang pertama di Al Qur'an?
Saudaraku...,
Memang wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. adalah surah Al ‘Alaq. Namun yang turun hanyalah ayat 1 – 5 dari total 19 ayat dalam surat Al ‘Alaq. Sedangkan Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat, adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam Al Qur’an.
Namun terlepas dari hal itu, ketahuilah bahwa jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an adalah 114 surat, yang nama-namanya dan batas-batas tiap surat serta susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah sendiri. Sebagian dari surat-surat dalam Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama*.
2. Bagaimana kisah surah Al Faatihah bisa menjadi Ummul Kitab?
Saudaraku...,
Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam Al Qur’an dan termasuk golongan Surat Makiyyah. Surat ini disebut Surat Al Faatihah (Pembukaan) karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Qur’an.
Surat ini dinamakan juga dengan Ummul Qur’an (induk Al Qur’an) atau Ummul Kitab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk bagi semua isi Al Qur'an serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur'an.
3. Mengapa surah Al Faatihah bisa menjadi bacaan wajib shalat? Bagaimana kisahnya?
Saudaraku...,
Sebagaimana penjelasan pada pertanyaan no. 2, bahwa surat ini dinamakan juga dengan Ummul Qur’an (induk Al Qur’an) atau Ummul Kitab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk bagi semua isi Al Qur'an serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur'an dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap sholat. Dinamakan pula As Sab’ul Matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena jumlah ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat.
a. Keimanan
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu ni’mat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala ni’mat yang terdapat di alam ini.
Diantara ni’mat itu ialah: ni’mat menciptakan, ni’mat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata “Rabb” dalam kalimat “Rabbul ‘aalamiin” tidak hanya berarti Tuhan dan Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala ni’mat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhanlah yang berkuasa di alam ini.
Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah serta berguna bagi masyarakat.
Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan syarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin (Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan)”.
Yang dimaksud dengan “Yang menguasai hari pembalasan” ialah bahwa pada hari itu Allah-lah Yang Berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap ni’mat dan takut kepada siksa-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. ’Ibaadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah. Na’budu diambil dari kata ’ibaadat: kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan tentang kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
b. Hukum-hukum
Membahas tentang jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud hidayah di sini adalah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai keyakinan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.
c. Kisah-kisah
Membahas tentang kisah-kisah para nabi dan kisah-kisah orang-orang terdahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al Qur’an memuat kisah-kisah para nabi dan kisah-kisah orang-orang terdahulu yang menentang Allah. Yang dimaksud dengan orang-orang yang diberi ni’mat dalam surat ini ialah para nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), para syuhadaa (orang-orang yang mati syahid), para shaalihiin (orang-orang yang saleh). Sedangkan yang dimaksud dengan ”orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat” ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Perincian dari uraian di atas, terdapat dalam ayat-ayat Al Qur’an pada surat-surat yang lain.
4. Bagaimana kisah penamaan surat-surat pada Al Qur'an, seperti Al Baqarah, An Nahl, Al Kahfi, dll? Dan mengapa demikian?
Saudaraku...,
Sebagaimana penjelasan pada pertanyaan no. 1, bahwa jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an adalah 114 surat, yang nama-namanya dan batas-batas tiap surat serta susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah sendiri. Sebagian dari surat-surat dalam Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama*.
Mengapa demikian? Karena Al Qur’an adalah sebuah kitab suci yang didalamnya terdapat kalam Allah SWT., yang merupakan mu’jizat, yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Oleh karenanya, nama-nama surat-surat di dalamnya dan batas-batas tiap surat serta susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah sendiri berdasarkan petunjuk Allah SWT. (wallahu a'lam).
Saudaraku...,
Sebagai kitab suci, tentu saja Al Qur’an tidak boleh sedikitpun ada campur tangan manusia. Semuanya (baik jumlah suratnya, nama-nama surat-surat di dalamnya dan batas-batas tiap surat serta susunan ayat-ayatnya) haruslah berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah sendiri. Hal ini berbeda dengan keberadaan ketiga kitab suci sebelum Al-Quran (Kitab Zabur, Kitab Taurat, serta Kitab Injil) yang pada saat ini telah diubah karena adanya campur tangan manusia, sehingga keberadaan ketiga kitab suci tersebut pada saat ini sudah tidak lagi terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia**.
Saudaraku...,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah-lah yang telah menurunkan Al Qur'an dan Allah pula yang memeliharanya. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya***.” (QS. Al Hijr. 9).
Demikian,
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Untuk lebih jelasnya, silahkan membaca penjelasan dalam muqaddimah tiap-tiap surat pada Al Qur’an dan Terjemahannya versi Departemen Agama RI.
**) Penjelasan lebih lengkap, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2010_11_01_archive.html
***) Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur'an untuk selama-lamanya.