Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Seorang sahabat muallaf telah menyampaikan sebuah foto yang
menggambarkan kondisi Masjidil Aqsha pada saat ini yang sedang berada dalam cengkeraman penjajah Yahudi.
-----
Saudaraku…,
Masjidil Aqsha adalah salah
satu masjid yang disebutkan secara jelas namanya (selain Masjidil Haram) di
dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al Israa’ ayat 1 berikut ini:
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴿١﴾
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya* agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami*. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.
(QS. Al Israa’. 1).
Di tempat suci inilah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (pemimpin kita yang teramat kita cintai) melakukan Isra' dan dari tempat suci ini pula
beliau
berangkat Mi'raj ke langit bersama Malaikat Jibril AS.
Saudaraku…,
Sebagai tempat
suci ketiga umat Islam, Masjidil Aqsha juga merupakan kiblat pertama
umat Islam sebelum akhirnya dipindahkan ke Baitullah
(Ka’bah) di Makkah sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat
142 – 144 berikut ini:
سَيَقُولُ السُّفَهَاء مِنَ النَّاسِ مَا
وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُواْ عَلَيْهَا قُل لِّلّهِ الْمَشْرِقُ
وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara
manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari
kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS Al Baqarah. 142).
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً
لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن
يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ
لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللّهُ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ
إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٣﴾
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan
kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia”. (QS Al Baqarah. 143).
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ
الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ
وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ ﴿١٤٤﴾
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS Al Baqarah. 144).
Saudaraku…,
Dari surat Al Baqarah ayat 142
di atas, diperoleh penjelasan bahwa setelah Rasulullah Muhammad SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah, Allah SWT. telah
memerintahkan Rasulullah SAW. untuk
menghadapkan wajahnya ke Masjidil Haram (Ka’bah)
dari yang sebelumnya menghadap ke Masjidil
Aqsha.
Dari perpindahan arah kiblat ini menunjukkan bahwa bagi
seorang muslim, menghadap Masjidil Haram atau Masjidil Aqsha pada
saat melakukan ibadah shalat itu bukanlah semata-mata sebagai tujuan, melainkan
(tujuan utamanya) menghadapkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, dari
perpindahan arah kiblat ini sekaligus juga menjadikan Ka’bah
sebagai pemersatu umat Islam di seluruh dunia dalam menentukan arah kiblat
semenjak perintah tersebut diturunkan hingga saat ini dan untuk selamanya,
sebagaimana penjelasan surat Al Baqarah ayat 144 di atas.
Saudaraku…,
Terkait
kondisi Masjidil Aqsha yang saat ini sedang
berada dalam cengkeraman penjajah Yahudi, perhatikanlah penjelasan surat Al
Israa’ dalam tiga ayat
berikutnya (QS. Al Israa’. 2 – 4) berikut ini:
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ
هُدًى لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلاً ﴿٢﴾
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْداً شَكُوراً ﴿٣﴾
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ
مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوّاً كَبِيراً ﴿٤﴾
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami
jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman):
"Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”, (2). “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama
Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur”. (3). “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani
Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka
bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan
yang besar". (4).
Dari surat Al Israa’ ayat 2 – 4 tersebut,
diperoleh penjelasan bahwa Allah telah menetapkan (Allah telah mewahyukan) terhadap
Bani Israel dalam kitab Taurat,
bahwa sesungguhnya mereka akan membuat kerusakan di muka bumi ini (khususnya di
negeri Syam**) dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan pasti mereka akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar, mereka akan menimbulkan
kelaliman yang besar. Dan pada hari ini, kita semua telah menyaksikan bagaimana
perbuatan-perbuatan mereka serta kesombongan mereka. Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Melihat kedzaliman ini, tentunya sebagai saudara sesama
muslim, kita tidak boleh tinggal diam. Lakukan yang terbaik untuk membantu
saudara-saudara kita di sana, semampu yang bisa kita lakukan. Jika kita mampu membantu
saudara-saudara kita di sana dengan tenaga / harta kita, lakukan itu. Sedangkan
jika tidak mampu, maka setidaknya panjatkan do’a untuk saudara-saudara kita di
sana. Karena Rasulullah SAW. telah bersabda:
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)
“Perumpamaan kaum mukminin
dalam hal kecintaan, sikap saling menyayangi, dan saling peduli di antara
mereka bagaikan satu jasad. Apabila satu anggota jasad itu merasa sakit,
seluruh jasad yang lainnya ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.”
(HR. Muslim)
Sedangkan dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW. juga
telah bersabda:
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (رواه البخارى)
“Seorang mukmin terhadap mukmin
lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Bukhari).
Demikian,
Semoga bermanfaat!
NB.
*) Yang telah Kami berkahi sekelilingnya dengan banyaknya
buah-buahan dan sungai-sungai agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
tanda-tanda Kami, yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami
(Tafsir Jalalain).
**) Negeri Syam yang dimasa Rasulullah SAW. merupakan
satu wilayah / satu kesatuan / satu negara, saat ini telah terpecah menjadi
empat negara, yaitu: Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar