Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat telah
bertanya: “Pak
Imron,
saya mau tanya. Misalnya saya shalat maghrib
lantas saya lupa dan
mengerjakanya
4 raka'at. Setelah saya salam, saya baru sadar
bahwa saya melakukan
4 raka'at. Apakah saya harus
mengulang kembali shalat saya tersebut? Dan waktu shalat kadang lupa sudah berapa raka'at yang telah saya lakukan
(kayak sudah cukup, kayak belum). Yang demikian itu bagaimana baiknya, apakah
saya harus mengulanginya lagi karena kadang terganggu oleh suara gaduh / berisik.
Atas penjelasannya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya”.
-----
Dari apa
yang saudaraku sampaikan tersebut, nampaknya saudaraku telah menanyakan dua
hal, yaitu:
1. Saya shalat maghrib
lantas saya lupa dan
mengerjakannya
4 raka'at. Setelah saya salam, saya baru sadar
bahwa saya melakukan
4 raka'at. Apakah saya harus
mengulang kembali shalat saya tersebut?
2. Waktu shalat
kadang lupa sudah berapa raka'at yang telah saya lakukan (kayak sudah cukup, kayak
belum). Yang demikian itu bagaimana sebaiknya, apakah saya harus mengulanginya
lagi karena kadang terganggu oleh suara gaduh / berisik?
Saudaraku…,
Sebelumnya kusampaikan
terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Dan semoga
semangat untuk belajar tersebut tidak akan pernah padam hingga akhir hayat kita. Amin, ya
rabbal ‘alamin!
1. Saya shalat maghrib
lantas saya lupa dan
mengerjakanya
4 raka'at. Setelah saya salam, saya baru sadar
bahwa saya melakukan
4 raka'at. Apakah saya harus
mengulang kembali shalat saya tersebut?
Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa disaat kita menjadi ragu-ragu ketika
mengerjakan shalat sehingga kita tidak mengetahui lagi berapa rakaat yang telah kita kerjakan
(tiga rakaat ataukah empat rakaat, dua rakaat ataukah tiga rakaat, dst),
sesungguhnya hal ini terjadi akibat ulah syaitan yang telah mengganggu kita.
Jika suatu ketika kita mengalami kasus seperti ini, maka hendaklah melakukan
sujud sahwi. Demikian penjelasan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut
ini:
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
نُودِىَ بِالأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ
الأَذَانَ فَإِذَا قُضِىَ الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ
فَإِذَا قُضِىَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ
يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا. لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ
الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِى كَمْ صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى
فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ. (رواه البخارى ومسلم)
“Apabila
adzan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak
mendengar adzan tersebut. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia pun
kembali. Apabila dikumandangkan iqamah,
setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun
kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata,
“Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak
mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Sedangkan yang dimaksud dengan sujud sahwi adalah sujud yang
dilakukan di akhir shalat (sebelum salam) atau setelah shalat (setelah salam) untuk menutupi cacat
dalam shalat karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan atau mengerjakan
sesuatu yang dilarang, yang kesemuanya itu dilakukan dengan tidak sengaja.
Lalu bagaimanakah jika saudaraku melakukan shalat maghrib
lantas saudaraku lupa sehingga mengerjakannya sampai 4 raka'at dan baru
menyadarinya setelah salam? Apakah saudaraku harus mengulang kembali shalat tersebut?
Jawabnya adalah: jika saudaraku melakukan shalat maghrib
lantas saudaraku lupa sehingga mengerjakannya sampai 4 raka'at dan baru
menyadarinya setelah salam, maka segera setelah saudaraku menyadarinya, lakukan
sujud sahwi dan tidak perlu mengulang kembali shalat tersebut.
Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud:
صَلَّى
بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ أَزِيدَ فِى
الصَّلاَةِ قَالَ « وَمَا ذَاكَ ». قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا. قَالَ « إِنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ
». ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ. (رواه مسلم)
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami lima raka’at. Kami pun
mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menambah dalam shalat?” Lalu
beliau pun mengatakan, “Memang ada apa tadi?” Para sahabat pun menjawab,
“Engkau telah mengerjakan shalat lima raka’at.” Lantas beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia semisal kalian. Aku bisa memiliki ingatan
yang baik sebagaimana kalian. Begitu pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun
demikian.” Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud sahwi.” (HR. Muslim)
Hadits
Ibnu Mas’ud:
أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ
لَهُ أَزِيدَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ » . قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا .
فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ. (رواه البخارى ومسلم)
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat Dhuhur lima raka’at. Lalu ada menanyakan kepada beliau,
“Apakah engkau menambah dalam shalat?” Beliau pun menjawab, “Memangnya apa yang
terjadi?” Orang tadi berkata, “Engkau shalat lima raka’at.” Setelah itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali setelah ia salam tadi.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2. Waktu shalat
kadang lupa sudah berapa raka'at yang telah saya lakukan (kayak sudah cukup,
kayak belum). Yang demikian itu bagaimana sebaiknya, apakah saya harus mengulanginya
lagi karena kadang terganggu oleh suara gaduh / berisik?
Jika saudaraku lupa sudah berapa raka'at yang telah saudaraku
lakukan, maka buanglah keraguan tersebut dan ambilah yang yakin, kemudian lakukan sujud sahwi dua kali sebelum salam.
Yang dimaksud
dengan membuang keraguan dan mengambil yang yakin adalah: ketika saudaraku merasa ragu saat melaksanakan shalat hingga saudaraku
tidak
tahu satu rakaat atau dua rakaat yang telah saudaraku kerjakan,
maka hendaknya saudaraku hitung satu rakaat. Jika tidak tahu dua rakaat atau tiga
rakaat yang telah saudaraku kerjakan, maka hendaklah saudaraku hitung dua
rakaat. Dan jika tidak tahu tiga rakaat atau empat rakaat yang telah saudaraku
kerjakan,
maka hendaklah saudaraku hitung tiga rakaat. Kemudian lanjutkan shalat dengan
menggenapkan rakaat sisanya hingga ketika shalat akan berakhir (sebelum salam),
lakukan sujud sahwi.
Dari Abu
Sa’id Al Khudri r.a.,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ
أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ
سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ
صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا
لِلشَّيْطَانِ. (رواه مسلم)
“Apabila
salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan
ambilah yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia
shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika
ternyata shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai
penghinaan bagi syaitan.” (HR. Muslim)
Hadits
‘Abdurahman bin ‘Auf, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِذَا
سَهَا أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ
فَلْيَبْنِ عَلَى وَاحِدَةٍ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلاَثًا
فَلْيَبْنِ عَلَى ثِنْتَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلاَثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا
فَلْيَبْنِ عَلَى ثَلاَثٍ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ. (رواه
الترمذى وابن ماجه)
“Jika salah seorang dari kalian merasa
ragu dalam shalatnya hingga tidak tahu satu rakaat atau dua rakaat yang telah
ia kerjakan, maka hendaknya ia hitung satu rakaat. Jika tidak tahu dua atau
tiga rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung dua rakaat. Dan
jika tidak tahu tiga atau empat rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah
ia hitung tiga rakaat. Setelah itu sujud dua kali
sebelum salam.” (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah).
BACAAN SUJUD SAHWI
Bacaan ketika sujud sahwi adalah
seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan
seperti:
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى. (رواه
مسلم)
“Subhaana rabbiyal a’laa”.
Artinya: “Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi”. (HR. Muslim)
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا
وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى. (رواه البخارى ومسلم)
“Subhaanakallahumma robbanaa wa
bi hamdika, allahummagh firlii”. Artinya: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb
kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Meskipun demikian, sebagian ‘ulama’
menganjurkan membaca do’a ini ketika sujud sahwi:
سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا
يَسْهُو
“Subhana man laa yanaamu wa laa
yas-huu”. Artinya: “Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa”. Bacaan
sujud sahwi semacam ini di antaranya disebutkan oleh An Nawawi rahimahullah dalam
Raudhatuth Thalibiin, 1/116, Mawqi’ Al Waroq.
Terkait masalah-masalah fiqih seperti ini, memang tidak
jarang dijumpai terjadinya perbedaan pendapat dikalangan 'ulama'. Menghadapi
hal seperti ini, maka sikap kita adalah: mengambil satu pendapat yang kita
condong kepadanya, kemudian tidak serta merta menyalahkan pendapat yang lain.
(Wallahu a'lam).
Sedangkan untuk duduk antara dua
sujud sahwi, insya Allah tidak ada bacaannya. (Wallahu a’lam).
TATA CARA SUJUD SAHWI
Cara melakukan sujud sahwi
sebelum salam dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin Buhainah:
فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ
سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ. (رواه
البخارى ومسلم)
“Setelah beliau menyempurnakan
shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan
sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Cara melakukan sujud sahwi
sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah:
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ
كَبَّرَ وَرَفَعَ. (رواه البخارى ومسلم)
“Lalu beliau shalat dua rakaat
lagi (yang tertinggal), kemudian beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir,
lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir
kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau
bangkit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi ketika melakukan sujud
sahwi: bertakbir untuk sujud pertama, lalu sujud. Kemudian bertakbir lagi untuk
bangkit dari sujud pertama dan duduk sebagaimana duduk antara dua sujud (duduk
iftirasy). Setelah itu bertakbir dan sujud kembali. Lalu bertakbir kembali,
kemudian duduk tawaruk. Setelah itu langsung diakhiri dengan salam, tanpa
tasyahud lagi sebelumnya.
Demikian penjelasan
yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar