بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 03 Januari 2015

KETIKA PUJIAN DATANG MENYAPA



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa ketika ada orang lain sedang memuji kita, maka hal itu terjadi karena mereka belum mengetahui kelemahan kita. Dengan kata lain, karena pada saat itu Allah SWT. sedang menutupi kelemahan kita. Hal itu menunjukkan bahwa orang yang memuji kita tersebut pada dasarnya tidak mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Karena orang yang memuji kita tersebut pada dasarnya hanyalah menduga-duga saja terhadap apa yang tampak dari diri kita.

Dengan demikian jika kita menikmati pujian orang lain, berarti kita sudah bersikap tidak jujur kepada diri kita sendiri. Karena tanpa kita sadari, kita telah membenarkan apa yang telah dikatakannya. Padahal tidak ada satupun diantara kita yang bersih dari perbuatan maksiat, tidak ada satupun diantara kita yang mampu untuk terus menerus menjaga kebersihan hati kita serta tidak ada satupun diantara kita yang mampu untuk terus menerus menjaga ketundukan hawa nafsu kita pada bimbingan Allah SWT. Sehingga wajar jika ada ungkapan dalam Bahasa Arab: “Al-insaanu mahallu al-khatha’ wa an-nisyaan” yang artinya adalah bahwa “manusia itu tempatnya salah dan lupa”.

Kecuali para nabi dan rasul saja yang ma’shum. Mereka para nabi dan rasul itu pasti ma’shum (terpelihara dari dosa / kemaksiatan / kesalahan / kekhilafan). Sebab jika para nabi dan rasul tidak ma’shum (dalam hal penyampaian risalah), maka rusaklah nilai kenabian dan kerasulan secara keseluruhan karena risalah yang seharusnya berfungsi sebagai petunjuk ke jalan yang lurus, telah menyimpang. Hal ini juga berarti: Allah telah membiarkan para utusannya untuk menyesatkan umat manusia. (Subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian!).

Saudaraku…,
Al Qur'an telah menjelaskan bahwa segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu yang diturunkan kepada Beliau.

قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (QS. Al Anbiyaa’. 45).

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى ﴿١﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى ﴿٢﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى ﴿٤﴾ عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى ﴿٥﴾ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى ﴿٦﴾
(1) “Demi bintang ketika terbenam”, (2) “ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru”, (3) “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya”. (4) “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”, (5) “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”, (6) “Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”. (QS. Najm. 1 – 6).

Saudaraku…,
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa seharusnya pujian itu malah menjadikan diri kita malu karena mereka (orang yang memuji kita) telah menyangka sesuatu yang sesungguhnya tidak ada pada diri kita. Sehingga menikmati pujian akan sama saja dengan menikmati sesuatu yang tidak ada pada diri kita, dengan kata lain kita sudah berbuat bohong pada diri kita sendiri. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حُبُّ الثَّنَاءِ مِنَ النَّاسِ يُعْمِى وَيُصِيْمُ (رواه الديلمى)
"Menyukai sanjungan dan pujian dari manusia membuat orang buta dan tuli." (HR. Ad-Dailami).

Saudaraku…,
Disamping hal itu, ada yang lebih berbahaya dari menikmati pujian. Jika kita terlanjur menikmati pujian (bahkan membenarkan apa yang telah dikatakannya), maka hal ini justru bisa membuat kita terpenjara oleh pujian itu. Misal: kita telah menikmati/membenarkan pujian orang yang telah memuji kita sebagai orang yang dermawan. Maka hal ini bisa membuat kita terus menjaga citra kita sebagai orang yang dermawan. Sehingga sedekah yang senantiasa kita lakukan, tiada lain hanyalah agar tetap mendapat pujian agar citra kita sebagai orang dermawan dapat tetap terjaga. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Jika ini yang kita lakukan, maka jelas akan menghilangkan rasa keikhlasan kita dalam beramal. Karena dalam beramal kita akan lebih mengutamakan pujian orang, sehingga sudah tidak murni untuk Allah lagi. Padahal hanya amalan yang kita niatkan karena Allah saja yang bisa membuahkan pahala. Sedangkan jika kita berniat karena ingin mendapat pujian dari orang lain / riya’, maka akan rusaklah amalan kita tersebut. Artinya kita tidak akan beroleh apapun dari sedekah yang kita lakukan. (Na’udzubillahi mindzalika!).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لَا تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَّا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ﴿٢٦٤﴾
”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqarah. 264).

Lebih dari itu semua, bahwa sesungguhnya segala pujian itu hanyalah untuk-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam". (Al Qur’an surat Al Faatihah ayat 2).

Saudaraku…,
Kalaupun kita “punya kelebihan”, maka sesungguhnya kelebihan itu adalah sekedar titipan Allah SWT. Karena semua yang ada di langit dan di bumi ini serta segala apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, semuanya adalah milik Allah SWT, tak terkecuali segala “kelebihan” yang yang ada pada diri kita tersebut. Oleh karena itu, janganlah kita mengingkari kenyataan ini. Perhatikan penjelasan Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 126 serta surat Maryam ayat 64 berikut ini:

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيطًا ﴿١٢٦﴾
“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (QS. An Nisaa’. 126).

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ﴿٦٤﴾
“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. (QS. Maryam. 64).

Saudaraku…,
Dengan mengakui bahwa semuanya adalah milik Allah, maka terhadap kelebihan apapun yang mungkin ada pada diri kita, tentunya tidak ada sedikitpun alasan/kesempatan bagi kita untuk merasa berhak mendapatkan pujian. Karena sesungguhnya semuanya itu adalah milik-Nya semata, maka segala pujian itu juga hanya untuk-Nya. Sedangkan kita hanyalah insan yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Nya, tanpa nikmat yang datang dari-Nya.

... وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“..., dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28).

Lalu bagaimana halnya jika kita mendapati orang lain sedang memuji kita? Sementara kita tidak bisa menahan atas perbuatan yang bersangkutan? Tentunya hal ini tidak masalah. Yang penting kita jangan terjebak, jangan terkecoh, jangan terbelenggu dengan pujian yang tidak cocok untuk kita tersebut. (Wallahu a'lam).

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞