Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Alhamdulillah, aku diberi pengalaman cukup panjang berdialog dengan
teman-teman Nasrani. Berikut ini kusampaikan sebagian diantaranya. Semoga kita
bisa mengambil pelajaran darinya. Amin, ya rabbal ‘alamin!
√ Seorang teman
Nasrani dari kalangan Tionghoa telah mengambil sikap sangat keras terhadap Islam ketika
berdialog denganku. Saat bermain ke rumahnya, aku diajak masuk ke dalam
kamarnya dimana di dalam kamar tersebut terpasang sebuah salib besar yang
ukurannya bahkan terlalu besar jika dibanding dengan ukuran kamarnya. Seolah beliau
ingin menunjukkan bahwa beliau adalah salah seorang penganut Nasrani yang taat.
Menghadapi
sikap kerasnya tersebut, tentunya kita harus tetap tenang dan tetap mengambil
sikap untuk berdialog dengan cara yang
paling baik (QS. Al ‘Ankabuut. 46), tetap menghindari untuk memaki sembahan-sembahan yang beliau sembah selain Allah (QS. Al
An’aam: 108), serta tetap berupaya untuk memberi pelajaran yang baik
dan membantahnya dengan bantahan yang baik pula dengan menyampaikan hujjah-hujjah
(keterangan, alasan, bukti, atau argumentasi) yang jelas (QS. An Nahl. 125).
وَلَا تُجَـــٰـدِلُوا أَهْلَ الْكِتَـــٰبِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ
ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ
إِلَيْكُمْ وَإِلَـــٰـهُنَا وَإِلَــٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ﴿٤٦﴾
”Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli
Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim* di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan
kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".
(QS. Al ‘Ankabuut. 46**).
وَلَا تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن
دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ...﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu
memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan ...” (QS. Al An’aam: 108).
اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَـــٰدِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن
سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah***
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (QS. An Nahl. 125).
Saudaraku,
Dengan sikapnya yang demikian kasar terhadap Islam tersebut,
siapa sangka jika pada akhirnya beliau berbalik arah dan mengambil
keputusan untuk memeluk Agama Islam. Kini, bahkan beliau telah menunaikan
ibadah haji ke tanah suci.
√ Seorang
teman Nasrani yang lainnya telah mengambil sikap biasa-biasa saja saat berdialog
tentang akidah denganku. Dari diskusi yang sangat panjang dan berulangkali, alhamdulillah
aku diberi kemudahan untuk mematahkan berbagai argumen yang telah beliau sampaikan. Semakin lama diskusi berlangsung/semakin
sering diskusi dilakukan, semakin nampaklah kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada agamanya. Sebaliknya, semakin sering diskusi dilakukan, justru
semakin nampak kebenaran agama kita.
Namun dengan berjalannya
waktu, dimana beban kuliah terasa semakin berat dan tugas-tugas kuliah juga
semakin banyak, maka lambat laun kami tidak pernah lagi berdiskusi tentang
masalah akidah.
Saudaraku,
Setelah sekian lama aku tidak
pernah terlibat diskusi masalah akidah dengannya,
tiba-tiba aku dikejutkan oleh pernyataannya. Pada suatu saat, aku mampir ke kos-kosannya. Tanpa
kuduga sebelumnya, tiba-tiba beliau mengingatkan lagi tentang diskusi-diskusi masalah akidah
yang dahulu sering kami lakukan.
Beliau sendiri menyimpulkan,
bahwa pada akhirnya beliau mengakui jika agama yang beliau yakini terdapat banyak
kejanggalan/kesalahan, sambil beliau memberikan contoh sebagian dari kejanggalan/kesalahan
tersebut. Kemudian beliau mengakhiri penjelasannya dengan kalimat
dalam Bahasa Jawa: “Tapi nggak ngerti yo Mron, atiku kok iso nompo”, yang
artinya adalah: “Tapi nggak ngerti ya Mron, hatiku kok bisa menerima”.
Saudaraku,
Mendengar
penuturannya
tersebut, bagi
orang lain, bisa jadi itu hal biasa saja. Namun bagi kita orang-orang yang beriman,
itu sungguh luar biasa karena telah menyadarkan kita akan nikmat terbesar yang
telah Allah anugerahkan kepada seorang hamba (yaitu nikmat iman), yang ternyata
tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Ya Tuhan
kami,
Betapa bersyukurnya kami,
karena Engkau telah memberi hidayah kepada kami. Logika kami menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar dan hati kami juga bisa menerima kebenaran agama Islam!
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـــٰبَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ
وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَــٰـغُ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam),
maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada
orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi:
"Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).
Semoga bermanfaat.
{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2
tulisan}
NB.
*) Yang dimaksud dengan ”orang-orang zalim”
ialah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan
penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan
membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
**) Yang membedakan
antara kita kaum muslimin dengan Ahli Kitab (kaum Yahudi dan kaum Nasrani) adalah
sebagaimana penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 berikut ini:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ
وَقَالَتِ النَّصَـــٰــرَى
الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَٰلِكَ
قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَـــٰـهِؤُونَ
قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَـــٰــتَلَهُمُ اللهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
”Orang-orang Yahudi
berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al
Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At
Taubah. 30).
***) Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar