Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Tergesa-gesa adalah kondisi psikologis
seseorang yang secara emosional ingin cepat-cepat melakukan/menyelesaikan
sesuatu, sehingga orang yang tergesa-gesa itu biasanya tidak bisa mengontrol
emosi dan pikirannya. Dua peristiwa berikut ini adalah contoh akibat dari sikap
tergesa-gesa tersebut:
Diduga karena tergesa-gesa
hendak berangkat ke sekolah dan takut terlambat, dua orang pelajar yang
mengendarai sepeda motor menabrak truk yang hendak belok. Akibatnya, seorang
pelajar tewas sementara lainnya mengalami luka parah dan kini kritis.
Kecelakaan ini terjadi di depan SPBU jalur pantura Rejosari Brangsong Rabu
(13/11) pagi. Kedua pelajar yang berboncengan sepeda motor beat H 4558 JU yang
melaju dari arah barat menabrak truk box H 1792 BS yang keluar dari SPBU.
Saudaraku,
Peristiwa seperti di atas akan
terus dan terus terjadi, karena manusia memang dijadikan bertabiat tergesa-gesa.
وَيَدْعُ الْإِنسَانُ
بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنسَـــٰنُ عَجُولًا ﴿١١﴾
“Dan manusia mendo`a untuk kejahatan
sebagaimana ia mendo`a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”.
(QS. Al Israa’. 11).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan manusia mendoa
untuk kejahatan) terhadap dirinya dan keluarganya jika ia menggerutu
(sebagaimana ia mendoa) sebagaimana ia berdoa untuk dirinya sendiri (untuk
kebaikan. Dan adalah manusia) yang dimaksud adalah jenisnya (bersifat
tergesa-gesa) di dalam mendoakan dirinya tanpa memikirkan lebih lanjut akan
akibatnya”.
Saudaraku,
Karena orang yang tergesa-gesa
itu biasanya tidak bisa mengontrol emosi dan pikirannya, maka tidak
mengherankan jika mudharatnya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Dua
contoh kasus di atas, telah memberi gambaran yang sangat jelas akan hal ini.
Hadits berikut ini juga menggambarkan betapa besar dampak
yang harus ditanggung oleh orang yang beribadah, namun tergesa-gesa untuk mendapatkan balasannya di dunia ini (yaitu demi
mendapatkan pujian dari orang lain/karena riya’, dll), sehingga rusaklah amalannya (artinya
dia tidak akan beroleh apapun dari amalan
yang dia lakukan). Seharusnya dia bisa lebih bersabar dengan menundanya untuk mendapat pahala di akhirat nanti, agar amalannya tidak sia-sia.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَفِينَا
الْأَعْرَابِيُّ وَالْأَعْجَمِيُّ فَقَالَ اقْرَءُوا فَكُلٌّ حَسَنٌ وَسَيَجِيءُ
أَقْوَامٌ يُقِيمُونَهُ كَمَا يُقَامُ الْقِدْحُ يَتَعَجَّلُونَهُ وَلَا
يَتَأَجَّلُونَهُ. (رواه ابو داود)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah datang kepada kami,
sedangkan kami membaca Al Qur'an, di antara kami ada orang buta huruf dan orang
asing (non Arab). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Bacalah, bacaan masing-masing (dari kalian) itu baik (semoga
mendapat pahala). Akan datang beberapa kaum, mereka (membacanya) dengan lurus
(benar), sebagaimana anak panah diluruskan, namun mereka tergesa-gesa
mendapatkan balasannya di dunia (karena membacanya demi popularitas, riya' dan lain-lain),
dan mereka tidak menundanya (untuk mendapat pahala di akhirat nanti)”. (HR. Abu Daud no. 830).
Saudaraku,
Mengapa dampak yang harus ditanggung oleh seseorang begitu
besar, sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud di atas?
Hal ini bisa dipahami dengan mudah karena tergesa-gesa itu adalah
perbuatan setan, sedangkan setan itu benar-benar musuh yang nyata bagi kita. Mereka
itu hanya menyuruh kita berbuat jahat dan keji dan mengatakan terhadap Allah apa
yang tidak kita ketahui. Oleh
karenanya, janganlah kita
mengikuti langkah-langkah mereka.
وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اَللهُ عَنْهُمَا قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ . أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَسَنٌ
Dari Sahal
Ibnu Sa'ad Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: “Tergesa-gesa adalah
termasuk perbuatan setan”. Riwayat Tirmidzi. Dia berkata bahwa hadits tersebut
hasan.
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَن
تَقُولُواْ عَلَى اللهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿١٦٩﴾
“Sesungguhnya syaitan itu
hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah. 169).
... وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“... dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).
وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَـــٰنُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٦٢﴾
“Dan janganlah kamu
sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu”. (QS. Az Zukhruf. 62).
Saudaraku,
Demikian nyata akibat dari sikap tergesa-gesa tersebut,
maka wajib atas kita untuk tetap tenang dalam berbagai hal (terutama dalam beribadah), karena
kebaikan itu bukan dengan tergesa-gesa.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَيُّهَا
النَّاسُ، عَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ، فَإِنَّ الْبِرَّ لَيْسَ باِلْإيِضَاعِ
“Wahai sekalian umat manusia,
wajib atas kalian untuk tenang karena kebaikan itu bukan dengan tergesa-gesa.”
(HR. al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu).
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ
عَنْ قُرَّةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَشَجِّ عَبْدِ الْقَيْسِ إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ
يُحِبُّهُمَا اللهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ. (رواه الترمذى)
Muhammad bin Abdullah bin Bazi'
menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Mufaddhal menceritakan kepada kami, dari
Qurrah bin Khalid, dari Abu Jamrah dari Ibnu Abbas: Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais, "Sesungguhnya dalam
dirimu ada dua hal yang Allah sukai: (1) sabar dan (2) pelan-pelan". (HR.
At-Tirmidzi no. 2011).
Saudaraku,
Dalam semua ibadah, termasuk
dalam membaca Al Qur’an, kita tidak boleh tergesa-gesa.
فَتَعَـــٰــلَى اللهُ
الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰ إِلَيْكَ
وَحْيُهُ وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا ﴿١١٤﴾
“Maka Maha Tinggi Allah Raja
Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an
sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS. Thaahaa. 114).
لَا تُحَرِّكْ بِهِ
لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ ﴿١٦﴾ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿١٧﴾
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
﴿١٩﴾
(16). “Janganlah kamu gerakkan
lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya”. (17).
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya”. (18). “Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu”. (19). “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah penjelasannya”. (QS. Al Qiyamah. 16 – 19).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
16. (Janganlah kamu gerakkan untuk membacanya) membaca Alquran, sebelum
malaikat Jibril selesai daripadanya (lisanmu karena hendak cepat-cepat
menguasainya) karena kamu merasa khawatir bacaannya tidak dapat kamu kuasai.
17. (Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya) di dadamu,
maksudnya membuat kamu dapat menghafalnya (dan bacaannya) yakni membuatmu
pandai membacanya; atau membuat mudah dibaca olehmu.
18. (Apabila Kami telah selesai membacakannya) kepada kamu melalui
bacaan malaikat Jibril (maka ikutilah bacaannya itu) artinya, dengarlah dengan
seksama bacaan Jibril kepadamu terlebih dahulu. Sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah itu mendengarkannya terlebih dahulu dengan seksama,
kemudian membacanya.
19. (Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya)
dengan memberikan pemahaman mengenainya kepadamu. Kaitan atau hubungan korelasi
antara ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya ialah bahwasanya ayat-ayat
sebelumnya itu mengandung makna berpaling dari ayat-ayat Allah. Sedangkan pada
ayat ini terkandung pengertian bersegera menguasai ayat-ayat Allah dengan cara
menghafalnya.
Saudaraku,
Saat mendatangi shalat
berjama’ah, kita juga tidak boleh tergesa-gesa. Datangilah shalat berjama’ah
dengan tenang. Apa yang kita dapatkan dari shalat berjama’ah tersebut, maka
ikutilah. Dan apa yang kita tertinggal, maka sempurnakanlah.
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ
أَبِيهِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ جَلَبَةَ رِجَالٍ فَلَمَّا صَلَّى قَالَ مَا شَأْنُكُمْ
قَالُوا اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ فَلَا تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمْ
الصَّلَاةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا
فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. (رواه
البخارى)
“Telah menceritakan kepada kami
Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari
'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya ia berkata, Ketika kami shalat bersama
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mendengar suara gaduh orang-orang.
Maka setelah selesai, beliau bertanya: Ada apa dengan kalian? Mereka menjawab,
Kami tergesa-gesa mendatangi shalat. Beliau pun bersabda: Janganlah kalian
berbuat seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat maka datanglah dengan
tenang, apa yang kalian dapatkan dari shalat maka ikutilah, dan apa yang kalian
tertinggal maka sempurnakanlah”. (HR. Bukhari no. 599).
Saudaraku,
Dalam berdo’a, kita juga tidak
boleh tergesa-gesa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ فَيَقُولُ
قَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي. (رواه ابو داود)
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan
dikabulkan (doa) seseorang dari kamu selama dia tidak tergesa-gesa, yaitu
berkata, Aku telah berdoa, tapi juga belum dikabulkan bagiku”. (HR. Abu Daud no. 1484).
Yang
dimaksudkan dengan tergesa-desa di sini adalah, ketika seseorang telah berdo’a
dan berdo’a, namun kemudian dia berkata: “Aku telah berdoa, aku telah berdoa,
tetapi mengapa aku tidak melihat tanda-tanda do’aku dikabulkan? Sehingga dia
lelah dalam berdo’a dan akhirnya meninggalkan do’anya tersebut.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا
رِشْدِينُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي هَانِئٍ الْخَوْلَانِيِّ عَنْ أَبِي عَلِيٍّ
الْجَنْبِيِّ عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ
فَقَعَدْتَ فَاحْمَدْ اللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ
قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللهَ وَصَلَّى عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ. (رواه الترمذى)
Qutaibah menceritakan kepada
kami, Risydin bin Sa'ad menceritakan kepada kami, dari Abu Hani' Al Khaulani,
dari Abu Ali Al Janbi, dari Fadhalah bin Ubaid, ia berkata: Ketika Rasulullah
sedang duduk, tiba-tiba seorang lelaki masuk, lalu shalat dan berdo'a, "Ya
Allah, ampunilah aku dan kasihanilah aku." Rasulullah kemudian bersabda,
"Engkau tergesa-gesa wahai mushalli (orang yang shalat). Apabila engkau
shalat kemudian duduk, maka pujilah Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya.
Bacalah shalawat atasku, lalu berdo'alah!" Selepas itu, seorang lelaki
yang lain shalat, memuji Allah, dan membaca shalawat kepada Nabi. Maka Nabi pun
bersabda, "Wahai mushalli, berdo'alah (engkau kepada Allah). niscaya
(do'amu) akan dikabulkan”. (HR.
At-Tirmidzi
no. 3476).
Abu Isa berkata, "Hadits ini
adalah hadits hasan" Haiwah bin Syuraih meriwayatkan hadits ini dan
Abu Hani Al Khaulani. Nama Abu Hanf adalah Humaid bin Hani'. Nama Abu Ali Al
Jani adalah Amr bin Malik.
Saudaraku,
Demikianlah,
kita tidak boleh tergesa-gesa. Tetaplah tenang dalam
berbagai hal (terutama dalam beribadah), karena kebaikan itu bukan
dengan tergesa-gesa.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Yang dimaksud dengan udzur
syar'i, yaitu udzur (alasan) yang dibenarkan agama (artinya ada dalil yang
mendasarinya).