Assalamu’alaikum wr. wb.
Dalam sebuah diskusi, Pak Fulan (nama samaran/bukan nama
sebenarnya/dosen senior fakultas teknik universitas negeri terkemuka di Malang)
telah menyampaikan informasi sebagai berikut: “Sepengetahuan saya, Isa AS menurut
pengertian mereka bukan Tuhan. Hasil
diskusi dengan pendeta, Tuhan
tetap sang pemilik jagat”.
Yth. Pak Fulan,
Meskipun hasil diskusi bapak
dengan pendeta tersebut mengatakan bahwa Isa AS menurut pengertian mereka bukan
Tuhan, namun Al Qur'an memberikan informasi yang berbeda sebagaimana penjelasan
2 ayat berikut ini:
Ayat pertama:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلَا
تَقُولُواْ عَلَى اللهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُواْ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُواْ
ثَلَاثَةٌ اِنتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللهُ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللهِ وَكِيلًا
﴿١٧١﴾
”Wahai Ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu*, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah
utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya** yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya***. Maka berimanlah kamu kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)
tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara”. (QS. An Nisaa’ ayat 171)
*) Maksudnya: Janganlah kamu
mengatakan Nabi ’Isa itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh orang-orang
Nasrani.
**) Maksudnya: Membenarkan
kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat ”kun” (jadilah) tanpa
bapak, yaitu Nabi ’Isa AS.
***) Disebut tiupan dari Allah
karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
Ayat kedua:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ
وَقَالَتِ النَّصَــٰــرَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم
بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَــٰهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَـــٰـــتَلَهُمُ
اللهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair
itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera
Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka;
bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah. 30).
Nah, karena info dari Al Qur'an
berbeda dengan info dari pendeta tersebut, tentunya kita harus lebih percaya
pada info dari Al Qur'an, karena Al Qur'an tidak mungkin berbohong.
Demikian, mohon maaf jika ada
tutur kata yang kurang berkenan. Hal ini semata2 karena keterbatasan ilmu saya.
Harapan saya, jalinan ukhuwah di antara kita dapat tetap terjaga.
Beliau mengatakan: “Terimakasih,
itu yang saya dapatkan penjelasan dari bapak pendeta. Sayapun tidak berhak
menghakimi bapak pendeta itu. Saat itupun saya berdiskusi sesuai dengan apa
yang ada dalam penjelasan ilmu jawa, saya bukan sebagai ustadz. Walaupun saya
mengerti ilmu Jawa, sayapun mengaji Al Qur’an tidak sebatas hanya diucapkan
secara lisan, saya berusaha mentafsirkan sesuai dengan hikmah dan pengalaman
yang telah Allah cerahkan kedalam setiap langkah hidup saya, in sya Allah atas
hidayah-Nya ayat per ayat sesuai dengan kehidupan yang nyata ini. Maksud saya, penjelasan
pendeta (tersebut) tidak sedikitpun mengganggu batin saya. Bagi saya hidup ber-Tuhan
adalah kasunyatan, harus dinyatakan dalam bentuk nyata dalam diri saya, bukan
sekedar teori. Mohon maaf bila ada salah kata. Mari kita mengaji kehidupan ini
dengan benar. Semua manusia pasti akan mencari kebenaran dalam dirinya”.
Kita sama-sama belajar, Pak.
Saling memaafkan jika ada tutur kata yang kurang berkenan, tentu adalah
perbuatan yang mulia. Dan sesuai dengan yang sudah saya sampaikan di atas, bahwa
saya tetap berharap, semoga jalinan ukhuwah di antara kita dapat tetap terbina
dengan baik. Harapan kita semua, semoga Allah senantiasa membimbing kita, sehingga
kita tetap berada di jalan-Nya yang lurus. Amin!
Beliau mengatakan: “Amin, Pak.
Terimakasih Pak, in sya Allah saya tetap lurus. Sampai sekarangpun saya tetap
mendaki kebenaran dalam bentuk nyata. Dan tebing semakin tinggi, harus awas
eling lan waspada. Sirotol mustaqim itu harus sinergi antara Kawula + Gusti Allah.
Alif Lam Mim, in sy Allah Allah SWT maringi pengayoman. Salam satu jiwa.
Alhamdulillah!
Saling mendo'akan, Pak.
Demikian,
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar