Assalamu’alaikum wr. wb.
Dik Fulan (nama samaran/mahasiswa Jurusan Teknik Industri
Universitas Trunojoyo Madura) telah
menyampaikan pertanyaan sebagai berikut: “Salam sejahtera Pak Imron, saya ingin bertanya pada
bapak. Jika apa yang kita mau atau
inginkan kepada Allah, Allah
belum jawab atau bahkan Allah
berikan hal yang lain dan hal ini yang membuat kita sedih atau
kecewa, kita harus bagaimana Pak? Terimakasih bapak”.
Sebelum menjawab
pertanyaan yang Dik Fulan sampaikan, marilah
kita perhatikan terlebih dahulu uraian berikut ini:
Dik Fulan yang dicintai Allah,
Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu, sebagaimana
penjelasan Al Qur’an berikut ini:
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).
Sementara kalimat-kalimat-Nya
adalah tidak terbatas. Tidak mungkin bagi kita untuk menuliskan semuanya. Meski
telah disediakan tinta sebanyak lautan yang ada di bumi ini untuk menuliskan
kalimat-kalimat-Nya, maka pasti akan habis tinta itu sebelum habis ditulis
kalimat-kalimat-Nya. Bahkan seandainya didatangkan tambahan tinta sebanyak itu
lagi, tetap saja, pasti akan habis lagi tinta itu sebelum habis ditulis
kalimat-kalimat-Nya.
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَــٰـتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـــٰـتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا ﴿١٠٩﴾
“Katakanlah:
"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al Kahfi.
109).
Bahkan
dalam ayat yang lainnya, diperoleh penjelasan bahwa seandainya pohon-pohon di
bumi ini dijadikan pena dan laut menjadi tintanya untuk menuliskan kalimat-kalimat
Allah, kemudian ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya,
niscaya tetap tidak akan pernah habis-habisnya dituliskan kalimat Allah
tersebut.
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَــــٰمٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَــٰـتُ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٢٧﴾
“Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”. (QS. Luqman. 27).
Di sisi
lain, ilmu pengetahuan yang kita miliki ternyata sangatlah terbatas. Semakin tinggi
pendidikan kita, justru semakin menyadarkan kita, bahwa semakin banyak ilmu
pengetahuan yang tidak kita ketahui. Teramat banyak ilmu pengetahuan yang tidak
kita kuasai, karena pada kenyataannya kita memang tidak mungkin menguasai semua
ilmu, meski setinggi apa-pun pendidikan kita.
...
وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Ayat lain yang menggambarkan betapa ilmu kita
(termasuk semua makhluk Allah yang lain) adalah sangat terbatas, adalah QS. Al
Israa’ ayat 88. Karena terbatasnya ilmu yang dimiliki, maka seandainya semua
makhluk berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Qur'an (kitab suci yang benar-benar datang dari
Allah, Tuhan yang ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu), niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al Qur'an, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ
عَلَىٰ أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَـــٰـذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ
بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا ﴿٨٨﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia
dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al Israa’. 88).
Dik Fulan yang dicintai Allah,
Selain penjelasan Al Qur'an sebagaimana uraian di atas, bukti-bukti yang
ada juga menunjukkan betapa ilmu kita adalah sangat
terbatas.
Teori Geosentris yang menganggap bumi adalah pusat alam
semesta, misalnya. Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan manusia pada saat itu, teori
geosentris sempat dianggap sebagai “suatu kebenaran”. Bahkan berlangsung hingga
ratusan tahun. Hingga akhirnya ditumbangkan oleh teori Heliosentris yang
menganggap bahwa matahari adalah pusat alam semesta.
Namun, pada saat ini-pun terbukti bahwa alam
semesta tidaklah berpusat pada matahari. Karena matahari sendiri ternyata hanya
salah satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang
yang juga disebut galaxy (galaxy Bima Sakti / Milky Way). Bersama
bintang-bintang yang lain, ternyata matahari juga berputar mengelilingi pusat galaxy
Bima Sakti. Demikian seterusnya.
Dengan demikian, nampaklah bahwa teori ilmiah
tidak akan pernah final. Apa yang dianggap benar pada saat ini, pada suatu saat
bisa saja dianggap salah dan sebaliknya. Dan (sekali lagi) ini benar-benar
suatu tanda betapa ilmu kita adalah sangat
terbatas. Artinya tidak ada kebenaran mutlak pada teori ilmiah ciptaan manusia.
Belum lagi untuk urusan alam ghaib. Tentang roh kita, misalnya. Teramat
sedikitlah yang kita ketahui.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ
مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al
Israa’. 85).
Dik Fulan yang dicintai Allah,
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Allah
adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu (tidak terbatas), sedangkan
ilmu kita adalah sangat terbatas.
Nah karena
Allah adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu sedangkan ilmu kita
adalah sangat terbatas, maka ketika kita merasa do’a kita belum Allah kabulkan atau bahkan Allah berikan hal yang lain yang
justru membuat kita sedih atau kecewa, maka yang sesungguhnya terjadi
adalah karena ilmu/logika kita belum mencukupi untuk memahami kehendak Allah
tersebut.
Jadi bukan
karena Allah tidak mau mengabulkan do’a kita, karena Allah telah berjanji dalam
Al Qur’an surat Ghafir ayat 60 berikut ini:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
﴿٦٠﴾
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku* akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir.
60). *) Yang dimaksud dengan “menyembah-Ku” di sini adalah “berdo’a kepada-Ku”.
Sedangkan Allah adalah Tuhan Yang Maha
Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Dik Fulan yang dicintai Allah,
Allah yang
ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, pasti lebih mengetahui apa yang terbaik untuk
kita.
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ
الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa
atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sebaliknya
karena ilmu kita sangat terbatas, seringkali kita tidak bisa memahami kehendak
Allah tersebut. Terhadap hal ini, maka sikap kita adalah tetap berbaik sangka
kepada Allah, karena Allah adalah
Tuhan Yang Maha Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم)
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan
dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).
Demikian,
Semoga bermanfaat.