Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat
muallaf1 telah menanyakan tentang adanya berbagai kelompok/aliran di dalam Agama
Islam. Kondisi ini tentu bisa membingungkan muallaf dan tidak tertutup
kemungkinan berpotensi membuatnya kembali ke agama terdahulu.
Beliau mengatakan: “Jangankan
ana yang bingung, saudara kita muallaf yang lain juga
begitu. Apalagi mereka yang calon-calon muallaf. Bagaimana kiranya ana dapat
menyampaikan ini pada mereka, yah? Mohon sarannya”.
Saudaraku,
Marilah kita perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat
Ali ‘Imraan ayat 103 berikut ini:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواْ
وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَــــٰــتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali ‘Imraan. 103).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Berpegang
teguhlah kamu dengan tali Allah) maksudnya agama-Nya (kesemuanya dan janganlah
kamu berpecah-belah) setelah menganut Islam (serta ingatlah nikmat Allah) yakni
karunia-Nya (kepadamu) hai golongan Aus dan Khazraj (ketika kamu) yakni sebelum
Islam (bermusuh-musuhan, maka dirukunkan-Nya) artinya dihimpun-Nya (di antara
hatimu) melalui Islam (lalu jadilah kamu berkat nikmat-Nya bersaudara) dalam
agama dan pemerintahan (padahal kamu telah berada dipinggir jurang neraka)
sehingga tak ada lagi pilihan lain bagi kamu kecuali terjerumus ke dalamnya dan
mati dalam kekafiran (lalu diselamatkan-Nya kamu daripadanya) melalui iman
kalian. (Demikianlah) sebagaimana telah disebutkan-Nya tadi (Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya supaya kamu beroleh petunjuk)”.
Saudaraku,
Berdasarkan surat Ali ‘Imraan ayat 103 di atas, diperoleh
penjelasan bahwa Allah telah mempersatukan kita, sehingga dalam Islam
seharusnya tidak boleh ada perpecahan.
Dalam surat Al An’aam ayat 159, diperoleh penjelasan
sebagai berikut:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا
لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم
بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ ﴿١٥٩﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan
mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung
jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada
Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat”. (QS. Al An’aam. 159).
Berdasarkan surat Al An’aam ayat 159 di atas, diperoleh
penjelasan bahwa dalam Islam, berpecah-belah dan membuat kelompok-kelompok
sendiri, hukumnya adalah haram. Oleh karenanya tidak boleh ada muslim dengan
nama yang berbeda-beda. Karena yang benar hanya ada muslim saja, tanpa adanya
tambahan lainnya.
Saudaraku,
Jika seseorang atau sekelompok orang membuat organisasi
yang berbeda, seperti sekelompok orang bekerja dalam bidang pendidikan kemudian
membuat sebuah organisasi sebagai wadahnya, sekelompok orang bekerja/berjuang dalam
bidang agama kemudian membuat sebuah organisasi sebagai wadah untuk berjuang di
bidang agama, sekelompok orang bekerja/membantu orang-orang miskin kemudian
membuat sebuah organisasi sebagai wadah untuk bekerja/membantu orang-orang
miskin tersebut, maka dalam hal ini tidak apa-apa. Melakukan hal-hal itu semua
secara jama’ah (dengan membuat organisasi-organisasi), tentu tidak apa-apa.
Tetapi sebagai sebuah agama, kita tidak boleh
bercerai-berai, tidak boleh ada sekte/kelompok-kelompok. Al Qur’an telah menjelaskan
bahwa kita tidak boleh terpecah-belah. Karena hanya ada satu Agama Islam.
... فَقُولُواْ
اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٦٤﴾
“... maka katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim2". (QS. Ali
‘Imraan. 64).
Ya, Al Qur’an menjelaskan bahwa
hanya ada satu Agama Islam. Al Qur’an tidak pernah menjelaskan adanya Islam versi
ini dan versi itu.
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا ... ﴿٣﴾
“… Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu ...”. (QS.
Al Maa-idah. 3).
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الْإِسْلَــٰمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـــٰبَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن
يَكْفُرْ بِئَايَـــٰتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٩﴾
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali ‘Imraan. 19).
Saudaraku,
Ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul-Nya serta para
‘ulama’. Kemudian jika mereka para ‘ulama’ itu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul-Nya (Hadits).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللهَ
وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَـــٰــزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan
ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri3 di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
(QS. An Nisaa’. 59).
Saudaraku,
Ke-empat imam besar, yaitu Imam Abu Hanifah,
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik dan Imam Syafi’i, mereka semua berkata: “Jika
engkau menemukan fatwaku yang bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya, maka
buanglah fatwaku”.
Sehingga apapun yang dikatakan orang tentang
Islam adalah nol (tidak ada artinya sama sekali) jika tidak bersandar kepada Al Qur’an
dan Hadits. Karena yang harus kita ikuti adalah Al Qur’an dan Hadits.
Saudaraku,
Semua muslim harus berpegang pada Al Qur’an dan Hadits.
‘Ulama’ manapun jika mereka mengatakan sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadits, silahkan diikuti. Sedangkan jika tidak sesuai/bertentangan dengan Al
Qur’an dan Hadits, silahkan ditinggalkan.
هَـــٰـذَا بَلَـــٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَــــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah
penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).
Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Sahabat yang menyampaikan
pertanyaan di atas, dulunya adalah aktivis gereja. Alhamdulillah, beberapa
tahun yang lalu beliau telah mendapat hidayah dan telah masuk Islam sekeluarga
bersama isteri dan anak-anaknya. Saat menyampaikan pertanyaan ini, usia beliau
sekitar 40
tahun.
2) Muslim adalah orang yang berserah
diri kepada Allah SWT.
3) Menurut Dr. Zakir
Naik (seorang ahli perbandingan agama dari India), yang dimaksud dengan ulil
amri (pemegang-pemegang urusan) adalah orang-orang yang berpengetahuan agama,
para ‘ulama’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar