Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini adalah tanda-tanda orang beriman:
1. Ittiba’ rasul.
2. Mendahulukan hukum Allah daripada
yang lain.
3. Membenarkan apapun yang datangnya
dari Allah & Rasul-Nya.
4. Menghidupkan sunnah, menampakkan
risalah di muka bumi serta mendakwahkannya.
Mari kita kaji tanda-tanda orang beriman tersebut secara
lebih terperinci.
1. Ittiba’ rasul.
Saudaraku,
Yang dimaksud dengan ittiba’ rasul adalah meneladani dan
mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keyakinan, perkataan,
perbuatan serta dalam perkara-perkara yang ditinggalkan. Sedangkan dalam
rangkaian ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, perhatikan
firman Allah SWT. dalam surat An Nisaa’ ayat 80 serta
surat Al Hasyr pada bagian akhir ayat 7
berikut ini:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَن
تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَـــٰـكَ عَلَيْهِمْ
حَفِيظًا ﴿٨٠﴾
“Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.
(QS An Nisaa’. 80).
... وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ
فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ
شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS Al
Hasyr. 7).
2. Mendahulukan hukum Allah daripada
yang lain.
Saudaraku,
Bagi orang yang beriman, maka apapun yang dia lakukan (shalatnya,
ibadahnya, hidupnya dan matinya) semuanya hanyalah untuk Allah semata. Oleh
karenanya, dia akan mendahulukan hukum Allah daripada yang lain.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
(162) Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (163) tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS Al An’aam. 162 – 163).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ
يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Hujuraat. 1).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian mendahului) berasal dari lafal Qadima yang maknanya sama dengan lafal
Taqaddama artinya, janganlah kalian mendahului baik melalui perkataan atau
perbuatan kalian (di hadapan Allah dan Rasul-Nya) yang menyampaikan wahyu
dari-Nya, makna yang dimaksud ialah janganlah kalian mendahului Allah dan
Rasul-Nya tanpa izin dari keduanya (dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar) semua perkataan kalian (lagi Maha Mengetahui) semua
perbuatan kalian. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perdebatan antara Abu
Bakar r.a., dan sahabat Umar r.a. Mereka berdua melakukan perdebatan di hadapan
Nabi SAW. mengenai pengangkatan Aqra' bin Habis atau Qa'qa' bin Ma'bad”. (QS Al Hujuraat. 1).
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُواْ
بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُواْ
إِلَى الطَّــــٰغُوتِ وَقَدْ أُمِرُواْ
أَن يَكْفُرُواْ بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَـــٰنُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا ﴿٦٠﴾ وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ
إِلَىٰ مَا أَنزَلَ اللهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَـــٰـفِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُودًا ﴿٦١﴾
(60) Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada
apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (61) Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS An Nisaa’. 60 – 61).
3. Membenarkan apapun yang datangnya
dari Allah & Rasul-Nya.
Saudaraku,
Bagi orang yang beriman, maka apapun yang datang
dari-Nya, maka sikapnya adalah: سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
(kami mendengar dan kami patuh). Artinya apapun yang datang dari-Nya, akan
dia terima dan dia laksanakan apa adanya (seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar
sedikitpun.
Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat
51:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى
اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami
patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An
Nuur. 51)
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 36, Allah
SWT. berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ
اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia
telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)
4. Menghidupkan sunnah, menampakkan
risalah di muka bumi serta mendakwahkannya.
Saudaraku,
Bagi orang yang beriman, maka dia akan senantiasa menghidupkan
sunnah, menampakkan risalah di muka bumi serta mendakwahkannya. Perhatikan
penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah berikut ini:
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid
al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ
عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا. (رواه ابن ماجه)
“Barangsiapa yang menghidupkan
satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia
akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya,
dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun“. (HR. Ibnu Majah no. 209).
Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, baik ucapan, perbuatan maupun penetapan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditujukan sebagai syariat bagi umat Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan menghidupkan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah memahami petunjuk Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, mengamalkan dan menyebarkannya serta menganjurkan orang lain
untuk mengikutinya dan melarang dari menyelisihinya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dari ajaranku walau hanya satu ayat”. (HR.
Bukhari dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 104 dan
ayat 114, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤﴾
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang
munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104).
يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَــٰرِعُونَ فِي الْخَيْرَٰتِ وَأُوْلَـــٰــئِكَ مِنَ الصَّـــٰـلِحِينَ ﴿١١٤﴾
”Mereka beriman kepada Allah
dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf*, dan mencegah dari
yang munkar** dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ali ’Imran. 114).
*) Yang dimaksud dengan
ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah SWT. **) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah memuji
semua perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menamakannya
sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah).
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzaab. 21).
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berarti dia telah menempuh
ash-shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan membawanya untuk
mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Ta’ala. (Wallahu
a'lam).
Semoga bermanfaat.