Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Tanda-tanda orang beriman berikutnya adalah bahwa dia
akan selalu berupaya untuk memberantas kemungkaran dengan segala kemampuannya. Sedangkan
yang dimaksud
dengan
perbuatan mungkar adalah
segala jenis perbuatan yang dilarang dalam Agama
Islam seperti:
berjudi, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berzina, dll.
Saudaraku,
Orang beriman saat melihat suatu kemungkaran yang terjadi
dimanapun, kapanpun dan dilakukan oleh siapapun, maka dia akan selalu berupaya
untuk memberantas kemungkaran tersebut dengan segala kemampuannya.
Pertama dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
memberantas kemungkaran tersebut dengan tangannya (dengan kekuasaan yang ada
pada dirinya).
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَكُونُ
فِي قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا
عَلَيْهِ فَلَا يُغَيِّرُوا إِلَّا أَصَابَهُمْ اللهُ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَمُوتُوا. (رواه ابو داود)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Tidaklah seorang lelaki yang berada di dalam sebuah kaum yang terdapat
kemasiatan yang dikerjakan di dalamnya kemudian (mereka menyadari bahwa) mereka
mampu merubahnya, namun mereka tidak melakukannya, melainkan Allah akan
menimpakan sebuah adzab kepada mereka sebelum mereka meninggal dunia." (HR. Abu
Daud).
Namun jika
dia tidak
mampu memberantas kemungkaran tersebut dengan tangannya (artinya
tidak ada kekuasaan
pada dirinya untuk memberantas kemungkaran tersebut), maka dia akan berupaya
semaksimal mungkin untuk memberantas kemungkaran tersebut dengan lisannya. Artinya jika
dia mempunyai bekal ilmu yang cukup, maka dia akan mengajaknya
untuk berdiskusi dengan menyertakan hujjah (keterangan, alasan, bukti, atau argumentasi) yang
kuat disertai dengan dalil-dalil yang mendasarinya, dengan
harapan agar yang bersangkutan bisa segera meninggalkan perbuatan
mungkarnya.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴿٧٨﴾ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوْنَ
عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ ﴿٧٩﴾
(78) “Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil
dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas”. (79) “Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu”. (QS. Al Maa-idah. 78 – 79).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
78. (Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel
melalui lisan Daud) yaitu Nabi Daud mendoakan/menyerapah mereka hingga mereka
berubah ujud menjadi kera-kera; mereka adalah orang-orang dari kalangan Bani
Israel yang menduduki tanah Ailah (dan Isa putra Maryam) yaitu Nabi Isa
mendoakan/menyerapah mereka sehingga mereka berubah ujud menjadi babi-babi;
mereka adalah orang-orang Bani Israel yang memiliki Al-Maidah/hidangan yang
didatangkan dari langit (yang demikian itu) adalah laknat (disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas).
79. (Mereka satu sama lain tidak pernah melarang) artinya
sebagian di antara mereka tidak pernah melarang sebagian lainnya (dari)
kebiasaan (tindakan mungkar yang biasa mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat) kebiasaan mereka dalam melakukan
perbuatan mungkar itu. (QS. Al Maa-idah. 78 – 79).
Saudaraku,
Memberantas kemungkaran dengan mempergunakan lisan bisa
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung, yaitu lewat tulisan
untuk kemudian disampaikan kepada yang bersangkutan melalui sms/whatsapp/email/facebook/media
lainnya.
Terakhir jika
memberantas kemungkaran dengan lisan tidak mampu juga, maka minimal hatinya
mengingkari kemungkaran tersebut. Artinya dia akan membenci perbuatan mungkar tersebut
dengan menjauhkan diri dari perbuatan mungkar tersebut. Namun tindakan ini
tergolong orang yang memiliki iman setipis-tipisnya.
عَنْ الْعُرْسِ
ابْنِ عَمِيرَةَ الْكِنْدِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عُمِلَتْ
الْخَطِيئَةُ فِي الْأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا فَكَرِهَهَا وَقَالَ مَرَّةً
أَنْكَرَهَا كَانَ كَمَنْ غَابَ عَنْهَا وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ
كَمَنْ شَهِدَهَا. (رواه ابو داود)
Dari Al 'Urs bin 'Amirah Al
Kindi, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Jika
kemaksiatan telah dikerjakan di muka bumi, maka bagi orang yang menyaksikannya
dan ia benar-benar membencinya (dari dalam hatinya), maka ia seperti orang yang
tidak melihatnya (tidak berdosa). Dan orang yang tidak menyaksikannya, akan
tetapi ia merestui perbuatan tersebut, maka ia (dihukumi) seperti orang yang
menyaksikannya." (HR. Abu Daud).
Sedangkan
jika hatinya saja sudah tidak mengingkari kemungkaran tersebut, maka sudah
tidak ada lagi tanda-tanda keimanan pada dirinya. (Na’udzubillahi
mindzalika).
Dari Abu Sa’id Al Khudry
radhiyallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam bersabda:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَٰلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيْمَانِ. (رواه مسلم)
“Barang
siapa di
antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya.
Jika tidak mampu dengan tangannya, dengan lisannya. Jika tidak mampu dengan
lisannya, dengan hatinya; dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
Sebagai penutup, ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu (yaitu yang sempurna keimanannya) adalah mereka yang apabila
disebut Allah (yakni ancaman-Nya), gemetarlah hati mereka karena takut dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah keimanan mereka
kepada-Nya dan hanya kepada Allah sajalah mereka bertawakal.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَــــٰــتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَـــٰـــنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَــٰهُمْ يُنفِقُونَ
﴿٣﴾ أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَـــٰتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٤﴾
(2) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”, (3) “(yaitu) orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
(4) “Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki
(ni`mat) yang mulia”. (QS. Al Anfaal. 2 – 4).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(2) “(Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu) yang
sempurna keimanannya (adalah mereka yang apabila disebut Allah) yakni
ancaman-Nya (gemetarlah) karena takut (hati mereka dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah keimanan mereka) kepercayaan mereka (dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakal) hanya kepada Rabblah mereka percaya bukan
kepada selain-Nya”. (3) “(Yaitu orang-orang yang mendirikan salat) mereka
menunaikannya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya (dan sebagian dari apa yang
telah Kami berikan kepada mereka) Kami anugerahkan kepada mereka (mereka
menafkahkannya) demi taat kepada Allah”. (4) “(Itulah) orang-orang yang berciri
khas seperti tadi (mereka orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya)
yang tidak diragukan lagi keimanannya. (Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian) kedudukan-kedudukan di surga (di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezeki yang mulia) di surga”. (QS. Al Anfaal. 2 – 4).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar