Assalamu’alaikum
wr. wb.
Seorang akhwat (staf
pengajar/dosen di Manado) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai
berikut:
“Ada pendukung
berat Fulan*), muslim, dosen lagi, nantang, bilangin dia tidak mempan
ditakut-takuti untuk tidak disholati kalau
mati karena milih Fulan.
Dengan sesumbar (beliau) mengatakan: biar dibilang munafik, biar ditakut-takuti, tidak pengaruh bagi dirinya, dia tetap dengan pendiriannya.
Muslim seperti inilah yang membuat perjuangan Islam jadi rusak. Sedih melihatnya. Semoga Allah
memberikan hal yang terbaik bagi umat Islam di Negeri ini. Amin”.
Tanggapan
Lhawong
yang memvonis dia munafik bukan kita, tapi Allah SWT. Masih berani sesumbar?
بَشِّرِ الْمُنَـــٰـفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٣٨﴾ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ
الْكَـــٰــفِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ
لِلّٰهِ جَمِيعًا ﴿١٣٩﴾
(138) “Kabarkanlah kepada
orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”, (139) “(yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. (QS. An
Nisaa’. 138 – 139).
Beliau mengatakan: “Hebat ya Pak, orangnya. Kalau hati sudah ditutup, tidak bisa melihat yang benar”.
Betul.
Beliau mengatakan: “Sedih saya, Pak. (Sudah) nggak mempan Pak ditakut-takuti katanya”.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa
Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Hijr
ayat 39:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al
Hijr. 39).
Beliau mengatakan: “Benar
sekali Pak Imron. Menurut saya, kalaupun benar dia milih Fulan, janganlah
terlalu diperlihatkan. Ini malah nantang”.
Saudaraku,
Dia
telah “memandang
baik”
perbuatannya memilih Fulan. Pas banget dengan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al
Hijr ayat 39 di atas. Na’udzubillahi mindzalika!
Beliau mengatakan: “Benar, Pak Imron. Terimakasih pencerahannya, Pak”.
Iya, sama-sama Bu.
Saudaraku,
Terhadap saudara kita
tersebut, sebaiknya sampaikan kepadanya bahwa yang bersangkutan harus bersegera
datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya, sebelum murka Allah menghentikan kesombongannya.
Sampaikan kepadanya bahwa dia
harus segera kembali kepada Allah
dan berserah diri kepada-Nya. Dan dia
juga harus mengikuti dengan
sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah sebelum
datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba.
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ
لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi)”. (QS. Az Zumar. 54).
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم
مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan
ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum
datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”, (QS. Az
Zumar. 55).
Meskipun demikian, dalam
berdakwah kita tidak harus mentargetkan sedemikian rupa sehingga kita sukses
membawanya untuk kembali ke dalam jalan-Nya yang lurus. Karena kewajiban kita
hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat
Ali ‘Imran ayat 20:
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَــــٰبَ وَالأُمِّيِّينَ ءَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ
وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَـــٰـغُ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka
mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan
diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan
katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang
yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).
Saudaraku,
Tidak ada satupun diantara
kita yang bisa menghentikan kesombongannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
saja tidak dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang beliau kasihi
(yaitu paman beliau Abu Thalib), apalagi kita?
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَــٰـكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya kamu (hai
Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al Qashash. 56)
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan keinginan
Nabi saw. akan keimanan pamannya yaitu Abu Thalib. (Sesungguhnya kamu tidak
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi) supaya ia mendapat
hidayah (tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah
lebih mengetahui) yakni mengetahui (orang-orang yang mau menerima petunjuk)”.
Sekali lagi, tidak ada
satupun diantara kita yang bisa menghentikan kesombongannya. Karena hanya
Allah-lah yang bisa memberi hidayah kepada seseorang sehingga oleh karenanya dia
bisa selamat dari ancaman api neraka. Karena hanya Allah-lah yang bisa menolak
mudharat dan memberi manfaat, sedangkan para malaikat, para nabi, orang-orang
shalih, para wali serta semua makhluk lainnya tidak ada yang bisa menolak
mudharat dan mendatangkan manfaat.
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا
مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ
وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita
gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): (Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku sendiri) untuk mendapatkannya (dan tidak pula menolak kemudaratan)
mampu menolaknya (kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui
yang gaib) apa-apa yang gaib dariku (tentulah aku membuat kebaikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan) berupa kemiskinan
dan lain sebagainya karena sebelumnya aku telah bersiap-siap menghadapinya
dengan cara menghindari kemudaratan-kemudaratan itu (tidak lain) (aku ini
hanyalah pemberi peringatan) dengan neraka bagi orang-orang kafir (dan pembawa
berita gembira) dengan surga (bagi orang-orang yang beriman").
Saudaraku,
Kewajiban kita hanyalah
menyampaikan ayat-ayat Allah. Sedangkan perkara hasilnya, itu sudah menjadi urusan-Nya.
Demikian yang bisa
kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan/kesalahan.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Fulan (nama samaran/bukan
nama sebenarnya) adalah salah satu calon gubernur non-muslim dalam Pilkada DKI
Jakarta periode tahun 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar