Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini lanjutan dari artikel: “Sekilas Renungan Tentang Kebenaran Alkitab? (I)”:
10. Isa berkuasa di dunia dan
akhirat (QS.
3: 45)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 3: 45 (Al
Qur’an surat nomer 3 [surat Ali ‘Imraan] ayat 45):
إِذْ قَالَتِ الْمَلَـــٰــئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ
مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ ﴿٤٥﴾
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”, (QS. Ali ‘Imraan. 45).
Saudaraku,
Dari ayat di atas, diperoleh penjelasan bahwa Nabi Isa AS
adalah seorang terkemuka di dunia dan di akhirat. Hal ini terkait dengan
statusnya sebagai Nabi/Rasul/utusan Allah, yang mana hal ini juga berlaku untuk
seluruh Nabi/Rasul/utusan Allah yang lainnya (jadi tidak hanya dikhususkan
untuk Nabi Isa AS saja).
إِنَّ اللهَ اصْطَفَىٰ ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ عِمْرَانَ
عَلَى الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿٣٣﴾
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga `Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”,
(QS. Ali ‘Imraan. 33).
11. Isa adalah satu-satunya
Imam Mahdi (Hadist
Ibnu Hajah)
Saudaraku,
Mohon maaf, kalimat tersebut tidak dapat aku temukan
dalam hadits manapun. Jika memang
itu hadist shahih,
seharusnya penulis tulisan di atas bisa menunjukkan sanad lengkapnya sampai ke
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
12. Isa mati dan bangkit ke
surga (QS.
3: 45)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 3: 45 (Al
Qur’an surat nomer 3 [surat Ali ‘Imraan] ayat 45):
إِذْ قَالَتِ الْمَلَـــٰــئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ
مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ ﴿٤٥﴾
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah)”, (QS. Ali ‘Imraan. 45).
Saudaraku,
Terkait point 12 yang menyatakan bahwa Nabi Isa AS
mati dan bangkit ke surga, maka ayat yang lebih tepat yang menyatakan bahwa Nabi
Isa AS mati adalah surat Ali ‘Imran ayat 185, dimana dalam ayat ini
dinyatakan bahwa tiap-tiap yang berjiwa pasti akan
merasakan mati (termasuk Nabi Isa AS).
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَـــٰـمَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).
Sedangkan ayat yang lebih tepat yang menyatakan bahwa Nabi
Isa bangkit ke surga adalah surat Ghafir ayat 51, dimana dalam ayat ini diperoleh
penjelasan bahwa bahwa Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya (termasuk Nabi
Isa AS) dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan
pada hari kiamat nanti, yang artinya Allah akan menyelamatkannya dari api
neraka dan dimasukkan ke dalam surga yang dipenuhi dengan berbagai kenikmatan
abadi.
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي
الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).
13. Isa lahir, mati dan dihidupkan
kembali (QS.
19: 33)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 19: 33 (Al
Qur’an surat nomer 19 [surat Maryam] ayat 33):
وَالسَّلَـــٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا ﴿٣٣﴾
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali”. (QS. Maryam. 33).
Saudaraku,
Terkait point 13, secara umum bisa diterima karena
berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat Maryam ayat 33 di atas,
diperoleh penjelasan bahwa Nabi Isa AS memang lahir, mati dan dihidupkan kembali.
14. Isa akan diimani oleh semua
Ahli Kitab (
QS. 4: 159)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 4: 159 (Al
Qur’an surat nomer 4 [surat An Nisaa’] ayat 159):
وَإِن مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ
قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا ﴿١٥٩﴾
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan
beriman kepadanya (`Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti `Isa itu
akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. An Nisaa’. 159).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan
tidak ada di antara Ahli Kitab) seorang pun juga (kecuali akan beriman
kepadanya) yakin kepada Isa (sebelum meninggalnya) artinya sebelum ahli Kitab
itu meninggal di waktu ia melihat malaikat maut, tetapi keimanannya itu sudah
tidak berguna lagi. Atau sebelum wafatnya Isa, yakni ketika dia turun dekat
datangnya hari kiamat sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis (Dan pada hari
kiamat itu, ia) yakni Isa (akan menjadi saksi terhadap mereka) mengenai apa
yang mereka lakukan sewaktu ia diutus kepada mereka dahulu”.
Saudaraku,
Benar bahwa Nabi Isa akan diimani oleh semua
Ahli Kitab sebagaimana pernyataan pada point 14 di atas. Namun
keimanan tersebut terjadi di waktu yang bersangkutan melihat malaikat maut, sehingga
keimanannya sudah tidak berguna lagi.
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla akan
menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR.
At-Tirmidzi).
Atau sebelum wafatnya Isa, yakni ketika dia turun dekat
datangnya hari kiamat sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis (Dan pada hari
kiamat itu, ia) yakni Isa (akan menjadi saksi terhadap mereka) mengenai apa
yang mereka lakukan sewaktu ia diutus kepada mereka dahulu, sebagaimana penjelasan
Tafsir Jalalain di atas.
15. Isa adalah hakim pada akhir zaman (
Hadist Shahih Muslim)
Saudaraku,
Mohon maaf, kalimat tersebut tidak dapat aku temukan
dalam hadits manapun. Jika memang
itu hadist shahih,
seharusnya penulis tulisan di atas bisa menunjukkan sanad lengkapnya sampai ke
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi, isi hadits
(matan hadits) di atas jelas-jelas bertentangan dengan penjelasan Al Qur’an
dalam surat At Tiin ayat 8, sehingga bisa dipastikan bahwa hadits di atas
adalah hadits palsu.
أَلَيْسَ اللهُ بِأَحْكَمِ الْـحَـــٰـكِمِينَ ﴿٨﴾
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”. (QS. At
Tiin. 8).
Mengapa setiap hadits yang matan haditsnya bertentangan
dengan Al Qur’an bisa dipastikan merupakan hadits palsu?
Karena Al Qur'an telah menjelaskan bahwa segala apa yang
disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak lain adalah
wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berkata-kata
tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu yang diturunkan
kepada Beliau.
قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ
الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya
memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang
yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (QS. Al
Anbiyaa’. 45).
Sehingga jika sebuah hadits itu memang benar-benar
bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dipastikan isi
hadits (matan hadits) tidak mungkin bertentangan dengan Al Qur’an, karena
segala yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu
yang diturunkan kepada Beliau.
16. Isa itu yang awal dan yang akhir (QS. 57: 3)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 57: 3 (Al
Qur’an surat nomer 57 [surat Al Hadiid] ayat 3):
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٣﴾
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang
Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadiid. 3).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dialah
Yang Awal) sebelum segala sesuatu ada, keawalan Dia tidak ada permulaannya (dan
Yang Akhir) sesudah segala sesuatu berakhir, keakhiran-Nya tanpa batas (dan
Yang Maha Zahir) melalui bukti-bukti yang menunjukkan kezahiran Nya (dan Yang
Batin) yakni tidak dapat dilihat dan ditemukan oleh panca indra (dan Dia Maha Mengetahui
atas segala sesuatu)”.
Saudaraku,
Sebenarnya ayat di atas (surat Al Hadiid ayat 3)
merupakan kelanjutan/masih terkait dengan 2 ayat sebelumnya, yaitu surat Al
Hadiid ayat 1 – 2:
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١﴾ لَهُ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٢﴾
(1) Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi
bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (2) Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia
menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al
Hadiid. 1 – 2).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(1)
(Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah)
memahasucikan-Nya dari semua yang tidak layak bagi-Nya. Huruf Lam adalah
Zaidah, dan dipakai lafal Ma bukannya Man karena memandang dari segi
mayoritasnya. (Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha
Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya. (2) (Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan
bumi, Dia menghidupkan) melalui penciptaan (dan mematikan) sesudah itu (dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu)”.
Saudaraku,
Dari penjelasan ketiga ayat di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan yang awal dan yang akhir sebagaimana pernyataan pada
point 16 tersebut bukanlah Nabi Isa AS, melainkan Allah SWT. Allah telah ada sebelum
segala sesuatu ada (awal) dan Allah juga akan tetap ada ketika yang lain telah musnah
(akhir).
17. Taurat dan Injil harus
dituruti (QS.
5: 68)
Berikut ini firman Allah dalam QS. 5: 68 (Al
Qur’an surat nomer 5 [surat Al Maa-idah] ayat 68):
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَىٰ شَيْءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُواْ التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن
رَّبِّكُمْ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ
طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ﴿٦٨﴾
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang
beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al
Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang
diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati
terhadap orang-orang yang kafir itu. (QS. Al Maa-idah. 68).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): (Katakanlah
"Hai Ahli Kitab! Kamu tidaklah berada dalam sesuatu agama) tidak dianggap
beragama (hingga kamu menjalankan Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu) yakni dengan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya,
di antaranya beriman kepadaku. (Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu hanyalah akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan
mereka) maksudnya bahwa disebabkan kekafiran mereka tadi, maka Alquran yang
diturunkan padamu itu hanyalah menambah kekafiran dan kedurhakaan mereka, jadi
bukan petunjuk dan keimanan. (Maka janganlah kamu berduka-cita) atau bersedih
hati (terhadap orang-orang yang kafir.") jika mereka tak mau beriman,
tidak usah mereka itu dihiraukan.
Saudaraku,
Benar bahwa Taurat dan Injil itu harus dituruti. Namun
yang dimaksud di sini adalah Kitab Taurat dan Kitab Injil yang masih asli, yang
masih terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur
tangan manusia. Sedangkan pada saat ini, keberadaan kitab
suci - kitab suci tersebut sudah tidak terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan
manusia.
Surat Al Maa-idah ayat 41 serta
surat Ali ‘Imraan ayat 78 berikut ini memberi penjelasan tentang kitab suci - kitab suci terdahulu yang sudah
tidak lagi terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan
manusia:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنكَ الَّذِينَ
يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُواْ آمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ
وَلَمْ تُؤْمِن قُلُوبُهُمْ وَمِنَ الَّذِينَ هَادُواْ سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ
سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ آخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِن بَعْدِ
مَوَاضِعِهِ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَـٰذَا فَخُذُوهُ وَإِن لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُواْ وَمَن
يُرِدِ اللهُ فِتْنَتَهُ فَلَن تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللهِ شَيْئًا أُوْلَـٰــئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللهُ أَن يُطَهِّرَ
قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ
عَظِيمٌ ﴿٤١﴾
”Hai Rasul, janganlah
hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:
"Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga)
di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar
(berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain
yang belum pernah datang kepadamu; mereka merubah* perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka
mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka)
kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka
hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka
sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada
Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati
mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan
yang besar”. (QS. Al Maa-idah. 41).
*) Maksudnya:
mengubah arti kata-kata, tempat, atau menambah dan mengurangi.
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم
بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ
وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَيَقُولُونَ
عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿٧٨﴾
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang
memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya
itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia
bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka
mengetahui”. (QS. Ali ‘Imraan 78)
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa setiap kali seorang nabi wafat (atau
dibunuh kaumnya), ajaran yang dibawanya dari waktu ke waktu selalu mengalami
pelunturan, dari yang paling sederhana hingga yang paling parah. Seringkali
para nabi dan orang shalih yang awalnya dihormati, kemudian malah dijadikan
sesembahan selain Allah SWT.
Setiap kali ajaran nabi terdahulu mengalami penyimpangan
berat, Allah mengutus nabi berikutnya untuk meluruskannya kembali. Dan begitu Allah
telah mengutus nabi berikutnya, maka ajaran yang dibawa nabi sebelumnya yang
sudah mengalami penyimpangan berat tersebut, tidak berlaku lagi. Semua kaum
yang pernah diturunkan kepada mereka syariat (ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan) sebelumnya yang sudah mengalami penyimpangan berat
tersebut, diwajibkan untuk meninggalkannya dan
berpindah masuk ke dalam syariat terbaru.
Saudaraku,
Berhala-berhala di masa Nabi
Nuh,
tidak lain asalnya adalah dari
patung-patung orang shalih di zamannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
aqidah (keyakinan)
umat Nabi Nuh sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga
akhirnya terjadi
penyimpangan berat sampai menyembah patung-patung orang shalih tersebut.
قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَن
لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا ﴿٢١﴾ وَمَكَرُوا مَكْرًا
كُبَّارًا ﴿٢٢﴾ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ ءَالـِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا
وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ﴿٢٣﴾
(21) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka
telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, (22) dan
melakukan tipu-daya yang amat besar". (23) Dan mereka berkata:
"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwaa`, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr". (QS. Nuh. 21 – 23)
Ibnu Abbas r.a. menjelaskan:
أَسْمَاءُ
رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا
هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ
الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ
فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ. (رواه البخارى)
Mereka adalah nama-nama orang-orang soleh di kalangan
kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat
prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan memberi nama
prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya. Namun
prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal,
dan pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini
disembah. (HR. Bukhari).
Saudaraku,
Ketika Nabi Isa diangkat, awalnya belum ada orang yang
menyatakan beliau sebagai Tuhan (baca Al Qur’an surat Maryam ayat 30 serta
surat Az Zukhruf ayat 59 di bawah ini). Namun dengan seiring berjalannya waktu,
aqidah umat Nabi Isa sedikit demi sedikit mulai mengalami penyimpangan hingga
akhirnya terjadi penyimpangan berat sampai menjadikan beliau Tuhan (baca surat An
Nisaa’ ayat 171 di bawah ini).
قَالَ
إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَـــٰنِيَ الْكِتَـــٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ﴿٣٠﴾
Berkata Isa: "Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi”. (QS. Maryam. 30)
إِنْ
هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَـــٰـهُ مَثَلًا لِّبَنِي
إِسْرَائِيلَ ﴿٥٩﴾
“Isa tidak lain hanyalah
seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni`mat (kenabian) dan Kami jadikan
dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil”. (QS. Az Zukhruf.
59).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلَا
تَقُولُواْ عَلَى اللهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ رَسُولُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُواْ بِاللهِ وَرُسُلِهِ
وَلَا تَقُولُواْ ثَلَاثَةٌ اِنتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللهُ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَىٰ بِاللهِ وَكِيلًا ﴿١٧١﴾
”Wahai Ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu*, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali
yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah
dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya** yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan)
roh dari-Nya***. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya
dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan
itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (QS. An Nisaa’ ayat 171).
*) Maksudnya:
Janganlah kamu mengatakan Nabi ’Isa itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh
orang-orang Nasrani.
**) Maksudnya:
Membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat ”kun”
(jadilah) tanpa bapak, yaitu Nabi ’Isa AS.
***) Disebut
tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
Nah, jika masalah aqidah (keyakinan) yang paling
esensial sampai mengalami deviasi yang parah, apatah lagi masalah detail teknis
syar’iah, tentunya jauh mengalami
penyimpangan luar biasa.
Al Qur’an banyak mengupas
tentang adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Salah satu ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang penyimpangan-penyimpangan tersebut
adalah surat An Nisaa’ ayat 171 di atas.
Nah, karena ajaran-ajaran umat
terdahulu mengalami penyimpangan, maka
hanya satu penjelasan yang bisa diterima, yaitu sumber dari keyakinan tersebut (yaitu
kitab suci-nya) juga terdapat penyimpangan/kesalahan. Dan penyimpangan-penyimpangan/kesalahan-kesalahan
ini tidak mungkin terjadi jika kitab suci - kitab suci terdahulu masih terjamin
kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia. (Baca
kembali penjelasan surat Al Maa-idah ayat 41 serta surat Ali ‘Imraan ayat
78 di atas).
Berbeda dengan ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
terdahulu yang dengan berjalannya waktu selalu mengalami penyimpangan dari yang
paling sederhana hingga yang paling parah sehingga Allah mengutus nabi
berikutnya untuk meluruskannya kembali, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam telah Allah jaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan
manusia hingga hari akhir nantinya karena Nabi Muhammad adalah nabi terakhir
dari seluruh nabi.
Tidak ada lagi nabi setelah
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga
hari kiamat, karena Nabi Muhammad adalah penutup para nabi (Nabi
Muhammad adalah nabi yang terakhir). Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur’an
surat Al Ahzaab ayat 40:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ
وَلَـــٰــكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾
“Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”. (QS. Al Ahzaab. 40).
Nah, karena Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir, maka
sudah tidak ada lagi kitab suci setelah Al Qur'an hingga hari
kiamat. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab suci itu adalah sebuah
kitab yang di dalamnya berisi firman-firman Allah yang diwahyukan hanya kepada
para Nabi/Rasul-Nya saja. Artinya tidak ada seorangpun yang bisa menerima wahyu
dari-Nya, kecuali para Nabi/Rasul-Nya.
Karena sudah tidak ada lagi
nabi setelah Nabi Muhammad hingga hari kiamat nanti (sebagaimana penjelasan Al
Qur’an surat Al Ahzab ayat 40 di atas), maka hal ini sekaligus juga menunjukkan
bahwa Al Qur'an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan ke muka bumi ini
hingga akhir zaman.
Berbeda dengan kitab suci – kitab suci terdahulu, Al
Qur'an sebagai kitab suci terakhir, Allah yang berjanji untuk memeliharanya sehingga
tetap terjaga kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia hingga hari
akhir nantinya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَـــٰــفِظُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya*.” (QS.
Al Hijr. 9).
*) Ayat
ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur’an untuk
selama-lamanya.
Lebih dari itu, karena Nabi
Muhammad adalah nabi yang terakhir, maka sudah tidak ada lagi nabi berikutnya yang diutus
Allah untuk meluruskan/merevisi Al Qur’an karena Al
Qur’an memang sudah dijaga oleh Allah sehingga mustahil akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sebagaimana kitab suci – kitab suci terdahulu. Penjelasan
selengkapnya, bisa dibaca pada artikel yang telah kutulis dengan judul: “Benarkah
Al Qur’an Itu Perlu Direvisi?” (silakan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.co.id/2015/06/benarkah-al-quran-itu-perlu-direvisi.html )
{ Bersambung; tulisan ke-2 dari 3
tulisan }