بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 01 Juni 2018

ORANG MUNAFIK DALAM PERJALANAN DAKWAH RASULULLAH




Assalamu’alaikum wr. wb.

Saat aku sedang menikmati perjalanan dengan kereta api dari Blitar menuju Surabaya, seorang akhwat (dosen sebuah perguruan tinggi negeri di Manado) telah menyampaikan pesan via WhatsApp di sebuah grup dosen dengan pesan sebagai berikut: “Mau tanya Pak Imron. Waktu perjuangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu, adakah orang yang abu abu, yang pura-pura baik sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tapi dibelakang Nabi ingin menghancurkan Nabi. Pingin tahu sejarahnya”.

Saudaraku,
Semua orang munafik dalam perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada didalamnya. Salah satunya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Berikut ini kisahnya:

dakwatuna.com – Di dalam buku-buku sirah nabawiyah sudah banyak dijelaskan kisah masyhur orang munafik di kalangan Rasulullah dan para sahabatnya di Madinah. Ya, dialah sang tokoh munafik Madinah, Abdullah bin Ubay bin Salul.

Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kedua suku besar di Madinah yaitu suku Aus dan Kajraj ingin memulai sebuah perdamaian dengan akan diangkatnya seorang pemimpin dari kalangan mereka. Setelah bermusyawarah mereka-pun sepakat untuk mengangkat Abdullah bin Ubay bin Salul untuk menjadi pemimpin besar kedua suku tersebut.

Hingga pemimpin itu sudah dipersiapkan untuk upacara pembai’atan, datanglah Rasulullah SAW yang hijrah dari Mekah menuju Madinah. Kaum muslimin di Madinah pun menyambutnya dengan suka cita. Dengan datangnya seorang Rasul di kalangan mereka, maka otomatis pemimpin tertinggi kaum muslimin adalah Rasulullah SAW. Dengan begitu gugurlah jabatan Abdullah bin Ubay bin Salul untuk menjadi pemimpin mereka.

Dari kejadian tersebut muncullah dalam diri Abdullah bin Ubay bin Salul perasaan kecewa, dengki, iri dan marah atas gagalnya ia menjadi pemimpin Madinah. Perasaan itu senantiasa ia bakar dengan perbuatan-perbuatan yang tujuannya merusak kesolidan kaum muslimin.

Walaupun ia juga ikut masuk Islam, namun hatinya menolaknya. Ia berpura-pura baik terhadap kaum muslimin, juga senantiasa mengikuti ibadah-ibadah yang dilaksanakan kaum muslimin. Namun di sisi lain ia terus mengobarkan kebencian dan menghasut semua sahabat-sahabat Rasulullah untuk membenci Rasulullah. Allah menutup pintu hatinya dari hidayah, hingga ia matipun masih dalam keadaan munafik.

Dengan melihat kisah tersebut, kita tahu bahwa di dalam barisan dakwah yang dipimpin seorang Rasulullah-pun masih ada orang munafik yang tumbuh subur dan menggerogoti barisan dari dalam. Di antara tujuan mereka melakukan adalah: membuat kekacauan di kalangan internal, memprovokasi dan menebarkan perpecahan dalam barisan para pejuang. Dan yang paling berbahaya adalah mereka meneliti rencana para dai dan rahasia para pejuang dan memberikan informasi-informasi berharga tersebut kepada pihak-pihak tertentu dari musuh-musuh dakwah.

Salah seorang pakar tafsir Prof. Dr. Zaid Umar al ‘Ishi ketika menjelaskan Surat Al Munafiqun beliau menyatakan bahwa Surat Al-Munafiqun adalah surat yang menjelaskan tentang pergerakan dan manuver kaum munafik. Isi dari surat ini adalah menjelaskan tentang bagaimana penyusupan kaum munafik dalam kehidupan kaum muslimin. Berkaitan akan bahaya tipu daya dan manuver mereka, maka Allah memberikan rambu-rambu sebagaimana dalam firman-Nya:

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَـــٰــتَلَهُمُ اللهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٤﴾
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka (orang-orang munafik) itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al-Munaafiquun. 4).

Kisah tentang kaum munafik bukanlah sebatas dongeng pengantar tidur. Namun, kisah tentang munafik harus dijadikan pelajaran bahwa kalangan ini akan terus eksis selama di sana masih ada yang namanya komunitas mukmin. Dan ini sebenarnya bisa diatasi dengan adanya filter ketat, baik ketika masih berada dalam fase dakwah, persiapan maupun ketika dalam kondisi meletusnya semangat berjuang.

Nashir Al Jullail menyatakan: “Hendaknya barisan kaum muslimin dibentengi dari infiltran yang menampakkan keshalehan, kecintaannya kepada dakwah dan jihad. Sehingga mereka (kalangan munafik) tidak bisa masuk menembus barisan para da’i. Karena mereka akan berusaha masuk lebih jauh hingga sampai kepada pemangku kebijakan atau dalam level yang bisa memberikan pengaruh dalam perjalanan dakwah”.

Adapun saran yang ditawarkan oleh Al Jullail selain yang sudah disebutkan sebelumnya, agar terbebas dari infiltrasi adalah: peduli akan terbentuknya pribadi-pribadi yang kokoh, melakukan pembinaan dan pendidikan terhadap para kader meskipun memakan waktu yang cukup panjang, tidak memberikan posisi yang strategis kecuali sosok-sosok yang sudah teruji pendidikannya, kesabaran, keutamaan, ketaqwaan dan kejujurannya, serius dalam pendidikan dan pembinaan serta cermat dalam memilih, tetap hati-hati terhadap kalangan yang mempunyai rekam jejak ada kemunafikan meskipun mereka sudah terlihat saleh, juga harus waspada dengan sosok-sosok yang namanya langsung melambung secara mendadak, mencari faktor yang melambungkan namanya, apakah karena jerih payah amalnya atau karena ada pihak-pihak tertentu yang mengorbitkan dan melejitkannya, jangan sekali-kali memberikan posisi dakwah kepadanya.

Dakwah karena Allah yang dilakukan bersama-sama adalah tujuan yang yang sangat mulia, jangan sampai barisan yang telah kita susun rapi dan solid dihancurkan oleh orang munafik yang dilakukan dari dalam tubuh kita sendiri. Sikap waspada terhadap apapun adalah langkah awal untuk mencegah hal-hal yang dapat merusak barisan dakwah. Wallahu a’lam. (dikutip dari: http://www.dakwatuna.com/2014/10/16/58492/orang-munafik-dalam-barisan-dakwah/#axzz4hhL4aXiy )

_____

Seorang sahabat (staf pengajar/dosen, tinggal di Solo) telah memberikan tanggapan: “Iman itu sederhana. Menjalankan semua perintah dan meninggalkan larangan. Sampai dengan hari ini saya belum bisa melakukan semua itu. Terkadang malu sendiri. Yang terberat belum bisa melaksanakan sekedar yang disampaikan (misal di kelas), jadi saya kadang munafik juga. Masih belum bisa lepas dari godaan dunia yang semakin hari semakin berat. Sudah punya hp yang baik masih dalam hati kecil tergoda untuk beli hp keluaran terbaru. Dan banyak sekali yang lainnya”.

Sahabatku,
Yang aku maksudkan di atas (terkait pertanyaan Ibu Dosen dari Manado) adalah munafik secara aqidah/keyakinan, yaitu orang yang tidak beriman namun berpura-pura beriman. Atau orang yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ؛ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ. (رواه البخارى ومسلم)
“Tanda orang munafik ada tiga: Jika bicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, dan jika berjanji menyelisihinya”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Meskipun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunjukkan tanda-tanda orang munafik, kita tidak boleh asal tuduh saja kepada orang lain yang dalam dirinya terdapat tanda-tanda tersebut. Sebagai ilustrasi: adanya mendung yang gelap, adalah tandanya mau turun hujan. Namun pada kenyataannya, belum tentu hujan benar-benar turun, meski tanda-tandanya sudah sangat jelas.

Saudaraku,
Ketahuilah, bahwa nifak itu ada dua macam, yaitu nifak kecil dan nifak besar. Nifak kecil ialah berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang munafik, seperti yang tersebut dalam hadits di atas, dengan tetap ada iman dalam hati. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, namun termasuk sarana menuju kekufuran. Jika perilaku-perilaku tersebut terus ia lakukan, tidak menutup kemungkinan ia akan terjerembab dalam kemunafikan.

Sedangkan jenis kedua ialah nifak besar atau nifak yang berkaitan dengan keyakinan, yaitu apabila seseorang menampakkan keimanan dan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dalam hati. Cukup banyak ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan untuk mencela dan mengkafirkan mereka yang memiliki sifat ini (nifak besar) serta mengabarkan bahwa orang yang memiliki sifat ini akan dikembalikan ke dalam kerak api neraka.

... إِنَّ اللهَ جَامِعُ الْمُنَـــٰـفِقِينَ وَالْكَـــٰــفِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا ﴿١٤٠﴾
“... Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (QS. An Nisaa’. 140).

إِنَّ الْمُنَـــٰـفِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا ﴿١٤٥﴾
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisaa’. 145).

Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat mudah dipahami bahwa akan sangat berbahaya jika kita asal tuduh saja kepada orang lain yang dalam dirinya terdapat tanda-tanda tersebut sebagai orang munafik, karena kita tidak tahu apa isi hati setiap manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan bahayanya tuduhan seperti ini dalam sebuah hadits berikut ini:

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا أَكْفَرَ رَجُلٌ رَجُلًا إِلَّا بَاءَ أَحَدُهُمَا بِهَا إِنْ كَانَ كَافِرًا وَإِلَّا كَفَرَ بِتَكْفِيْرِهِ. (روه ابن حبان)
“Tidaklah seseorang memvonis kafir (mengkafirkan) orang lain kecuali salah seorang dari keduanya kembali dengan hal tersebut. Apabila benar kafir (maka menuju kepada orang yang dikafirkannya tersebut), namun bila tidak, maka ia kafir dengan sebab pengkafirannya tersebut”. (HR. Ibnu Hibban).

Kecuali jika yang bersangkutan telah melakukan kemunafikan secara nyata. Perhatikan firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 138 – 139 berikut ini:

بَشِّرِ الْمُنَـــٰـفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٣٨﴾ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَـــٰــفِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيعًا ﴿١٣٩﴾
(138) “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”, (139) “(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. (QS. An Nisaa’. 138 – 139).

Tanggapan seorang akhwat lainnya (staf pengajar/dosen, tinggal di Depok): “Matursuwun Pak Imron Kuswandi M., pemaparan tentang (orang) munafiq berikut dengan kasus konkritnya membuat kita semakin jelas dan faham. Mudah-mudahan kita bisa menyikapi hal ini terutama di internal grup kita sendiri.

Alhamdulillah, terimakasih kembali. Semoga bermanfaat.
Amin, ya rabbal 'alamin!

Tanggapan balik dari ibu dosen dari Manado (akhwat yang pertama kali bertanya di atas): ”Apakah surat Al Maa-idah ayat 51 dan seterusnya itu berhubungan dengan kejadian ini? Tambah ingin tahu. “Sudah nyampe, Pak Imron? Kalau masih di kereta, dilanjutkan”.

Masih separuh perjalanan/masih nyampai Stasiun Malang, Bu. Surat Al Maa-idah ayat 51 terkait larangan bagi kita kaum muslimin untuk mengambil orang-orang Yahudi dan nasrani (serta orang-orang kafir) menjadi pemimpin, Bu.

Tanggapan beliau (ibu dosen dari Manado): “Oh ya? Itu mengenai kepemimpinan, ya?

Betul. Kecuali jika terpaksa, Bu. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imraan ayat 28 berikut ini:

لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَـــٰــفِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَن تَتَّقُواْ مِنْهُمْ تُقَىٰةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللهِ الْمَصِيرُ ﴿٢٨﴾
“Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)”. (QS. Ali ‘Imraan. 28).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin) yang akan mengendalikan mereka (dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barang siapa melakukan demikian) artinya mengambil mereka sebagai pemimpin (maka tidaklah termasuk dalam) agama (Allah sedikit pun kecuali jika menjaga sesuatu yang kamu takuti dari mereka) maksudnya jika ada yang kamu takuti, kamu boleh berhubungan erat dengan mereka, tetapi hanya di mulut dan bukan di hati. Ini hanyalah sebelum kuatnya agama Islam dan berlaku di suatu negeri di mana mereka merupakan golongan minoritas (dan Allah memperingatkanmu terhadap diri-Nya) maksudnya kemarahan-Nya jika kamu mengambil mereka itu sebagai pemimpin (dan hanya kepada Allah tempat kamu kembali) hingga kamu akan beroleh balasan dari-Nya”.

Tanggapan beliau (ibu dosen dari Manado): “Kalau saya termasuk yang terpaksa ya Pak Imron, (karena) yang ada mereka semua (orang-orang Nasrani). Milih siapa lagi? Paling kalau ada yang bilang dia naik sama muslim, ya itu yang dipilih. Muslim di sini muslim yang paling nurut, kalau diperhatikan. Tidak pernah protes meskipun ditekan kiri-kanan.

Inggih, Bu (termasuk dalam keadaan terpaksa).

Tanggapan beliau (ibu dosen dari Manado): “Pak Imron memang hebat ya, punya banyak jawaban kalau ada yang nanya. Salut buat Pak Imron dan terimakasih atas jawaban-jawabannya. Sepertinya Al Quran sudah hafal semua, ya Pak? Grup ini harus bangga nich, punya Pak Imron.

Alhamdulillah pernah sekolah madrasah selama 12 tahun, Bu. (Baca buku: Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits, Jilid 1, sub-bab 6.8. Ketika Pujian Datang Menyapa, halaman 152 – 156).

Demikian diskusi ini,
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞