Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat (teman sekolah di
SMPN 1 Blitar) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, ada yang ingin saya sampaikan ganjalan hati saya. Maaf sebelumnya kalau mengganggu, ini mengenai ibu saya. Setiap ada tamu
saya ke rumah, tanggapannya tidak mengenakkan bahkan cenderung mengusir mereka,
padahal mereka hanya ingin silaturrahim, baik cewek maupun cowok, apalagi yang
sudah beristri, padahal kadang mereka hanya (ingin) mampir. Ini membuat saya
sering bertengkar dengan ibu saya, bahkan pernah saya dilarang ikut berbagi
kegiatan karena rumah ibu jadi kotor alasannya. Apa yang harus saya lakukan, Pak
Imron?”.
Saudaraku,
Jika memang benar demikian keadaannya, maka yang pertama
harus saudaraku lakukan adalah memberikan pengertian kepada sang bunda agar
jangan banyak berprasangka. Sampaikan kepada ibunda tercinta agar menjauhi
kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا
مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ... ﴿١٢﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, ...”.
(QS. Al Hujuraat. 12).
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ
إِخْوَانًا.
(رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Bisyr bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan
kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, karena
prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling
mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling
membelakangi, serta saling membenci, tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara”. (HR. Imam Bukhari(.
Saudaraku,
Sampaikan kepada ibunda tercinta bahwa kita tidak boleh menyakiti
saudara sesama mu'min tanpa kesalahan yang mereka perbuat (seperti mengusir kedatangan mereka padahal mereka hanya ingin
silaturrahim).
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَـــٰتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَــــٰـــنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا ﴿٥٨﴾
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan
mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al Ahzaab. 58).
Saudaraku,
Sampaikan pula kepada ibunda tercinta bahwa berprasangka
buruk itu hanya akan menyesakkan dada. Sebaliknya, berprasangka baik justru
bisa melapangkan hati kita dan membersihkan hati kita sehingga bisa membuat
jiwa kita menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي
إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي
عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
(27) Hai jiwa yang tenang. (28) Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (29) Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, (30) dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr. 27 – 30).
Saudaraku,
Pada saat yang sama, sampaikan pula bahwa sesungguhnya
tamu itu datang dengan membawa rejeki. Bahkan tidak hanya itu (tidak hanya membawa
rejeki), tamu adalah juga membawa pengampunan dosa bagi tuan rumah. Adakah
diantara kita yang tidak senang jika mendapatkan rejeki, terlebih lagi
mendapatkan pengampunan dosa?
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الضَّيْفُ عَلَى الْقَوْمِ دَخَلَ بِرِزْقِهِ
وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوبِهِمْ. (رواه
الديلمى)
Apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang, maka ia
masuk dengan membawa rejekinya dan jika ia keluar, keluar membawa pengampunan
dosa orang-orang rumah itu. (HR. Ad-Dailami).
Bahkan tidak hanya itu, wahai saudaraku. Sampaikan kepada
ibunda tercinta bahwa bahwa sesungguhnya tamu itu datang tidak hanya membawa
rejeki dan membawa pengampunan dosa bagi tuan rumah saja. Jika kita menghormati/memuliakan
tamu kita (misalnya dengan memberikan jamuan meski hanya sekedarnya), maka para
malaikat akan tetap mendo’akan kita selama hidangan makanan tersebut masih
terhampar untuk para tamu kita1.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَاتَزَالُ تُصَلِّى عَلَى أَحَدِكُمْ
مَادَامَتْ مَائِدَتُهُ مَوْضُوعَةً. (رواه الترمذى)
“Sesungguhnya para malaikat tetap mendo’akan seseorang
selama hidangan makannya masih terhampar (yakni untuk tamu-tamu)”. (HR.
At-Tirmidzi)
Saudaraku
mengatakan: “Ini membuat saya
sering bertengkar dengan ibu saya, bahkan pernah saya dilarang ikut berbagi
kegiatan karena rumah ibu jadi kotor alasannya”.
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut ayat 8 dan surat
Luqman ayat 15 berikut ini:
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِن جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا
كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٨﴾
“Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al ‘Ankabuut.
8).
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا
تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ
أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ ﴿١٥﴾
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka
Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman. 15).
Dari dua ayat di atas, diperoleh penjelasan bahwa
sekalipun kedua orang tua kita memaksa kita untuk mempersekutukan Allah,
ternyata Allah tetap memerintahkan kita untuk berbakti kepada
keduanya/mempergauli keduanya di dunia ini dengan baik. Padahal perbuatan
syirik (mempersekutukan Allah) adalah dosa terbesar dari semua dosa, hingga
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut.
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.
(QS. An Nisaa’. 48).
Nah, jika
keduanya memaksa kita untuk mempersekutukan Allah saja ternyata Allah tetap
memerintahkan kita untuk berbakti kepada keduanya/mempergauli keduanya di dunia
ini dengan baik, lalu bagaimanakah jika keduanya hanya melakukan kekhilafan
yang kecil saja, bahkan tidak sebanding dengan dosa syirik?
Oleh karena itu, mulai saat ini jangan pernah lagi
bertengkar dengan ibunda tercinta. Tetaplah berbakti kepadanya/tetaplah berbuat
baik kepadanya selagi beliau masih hidup bersama kita di dunia ini, meski beliau
telah berbuat salah kepada kita, sebesar apapun kesalahannya.
Jika beliau memang mengatakan bahwa berbagai kegiatan
positif yang selama ini saudaraku lakukan bersama dengan teman-teman telah
membuat rumah ibu jadi kotor, sampaikan permohonan maaf kepadanya kemudian
tindaklanjuti dengan segera membersihkan rumah tersebut hingga kembali bersih
seperti semula.
Sebagai tambahan,
Ada satu hal yang harus kita perhatikan saat menyampaikan
hal itu semua kepada ibunda tercinta, bahwa disamping harus kita sampaikan
dengan cara yang baik (sebagaimana penjelasan surat An Nahl ayat 125)2,
kita juga musti belajar banyak terhadap apa yang telah dilakukan oleh Nabi Musa
AS., dimana beliau telah menyampaikan dakwah kepada Fir’aun dengan kata-kata
yang lemah lembut sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Thaahaa berikut
ini:
اِذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِئَايَـــٰتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اِذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾
(42) “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa
ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku”; (43) “Pergilah
kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”; (44) “maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa. 42 – 44).
Nah, jika kepada Fir’aun saja Allah telah memerintahkan Nabi
Musa AS. untuk menyampaikan dakwah dengan kata-kata yang lemah lembut, apalagi
kepada ibunda tercinta!
Saudaraku,
Ada satu hal lagi yang harus kita perhatikan, yaitu
jangan pernah bosan untuk terus dan terus menyampaikan hal-hal di atas kepada
ibunda tercinta, selama beliau masih hidup bersama kita di dunia ini. Karena
Allah telah berfirman dalam surat At Tahriim ayat 6 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَـــٰــئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. (QS. At Tahriim ayat 6).
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ ﴿٤١﴾
Ya Tuhan kami, beri ampunlah
aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim. 41).
...
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَـــٰسِرِينَ ﴿٢٣﴾
Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
(QS. Al-A’raaf. 23)
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Meskipun
demikian, hal ini bukan berarti kita mesti menjamu tamu kita dengan jamuan
berupa hidangan makanan/minuman/lainnya jika kita memang tidak mampu (kita
tidak perlu memaksakan diri untuk menjamu tamu kita dengan hidangan yang di
luar kemampuan kita).
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ
فَقَالَ نُهِينَا عَنْ التَّكَلُّفِ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada
kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas berkata, pernah kami di sisi Umar
dan beliau berkata: “Kami dilarang dari perbuatan yang memaksakan diri”. (HR. Al-Bukhari).
2) Berikut ini penjelasan
surat An Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah* dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl. 125). *) Hikmah:
ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.