Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang sahabat (staf
pengajar/dosen di Semarang, Jawa Tengah) telah menyampaikan
pesan via WhatsApp sebagai berikut: “Semoga Pak Imron
sehat dengan keluarga. Boleh
minta penjelasan tentang perbudakan dalam Islam? Saya pernah ditanya tentang ini sama teman, tapi nggak bisa menjelaskan. Dia tanya
Islam kok mengijinkan budak? Mungkin terkesan dari beberapa hadits. Mohon
penjelasannya
Pak Imron. Jazakallaah”.
Tanggapan
Alhamdulillah, keadaanku sehat wal afiat. Tentunya hal
ini juga karena do’a saudaraku yang in sya Allah telah dikabulkan oleh Allah
SWT.
Saudaraku,
Satu hal yang harus kita ketahui, bahwa perbudakan itu bukanlah produk agama Islam.
Karena sebelum
Islam diturunkan melalui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, perbudakan sudah menjadi pola hidup seluruh umat
manusia, dimana memiliki budak, menjual, menukar dan mempertaruhkannya
merupakan tindakan yang marak dilakukan ditengah-tengah masyarakat. Bukan hanya di tanah
Arab saja, tetapi nyaris di semua peradaban manusia. Nah, di
tengah kondisi perbudakan yang merajalela seperti inilah Islam diturunkan di
Jazirah Arab melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Disamping perbudakan itu bukanlah produk agama Islam
karena perbudakan telah ada sejak masa sebelum Islam, dalam Al Qur’an juga tidak
ditemukan satu ayatpun yang menganjurkan perbudakan. Yang ada justru
sebaliknya, yaitu dorongan dan anjuran untuk memerdekakan budak.
Saudaraku,
Dalam berbagai hadits maupun ayat-ayat Al Qur’an, menunjukkan
bahwa Islam datang untuk menghapus perbudakan. Dan karena pada saat kedatangan
Islam, perbudakan sudah sangat membudaya bahkan terkait dengan sendi-sendi
ekonomi suatu bangsa, maka untuk menghapusnya tidak bisa secara tiba-tiba,
namun dilakukan perubahan secara berangsur-angsur tapi pasti.
Hal yang sama juga terjadi pada khamer dimana sebelum
Islam diturunkan melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, penggunakan
khamer juga sangat merajalela bahkan sudah menjadi pola hidup seluruh umat manusia,
sehingga menghapusnya juga tidak bisa secara tiba-tiba, namun dilakukan
perubahan secara berangsur-angsur (secara bertahap) tapi pasti.
Apalagi perbudakan yang pada saat itu terkait dengan
sendi-sendi perekonomian suatu bangsa, tentu diperlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan penghapusan khamer.
Saudaraku,
Islam menghapus perbudakan
secara sistematis, namun tidak ada orang yang dirugikan secara finansial dan
sendi-sendi ekonomi tidak akan rusak atau runtuh. Islam secara berangsur-angsur
menghapuskan perbudakan dari muka bumi melalui banyak pintu, antara lain:
√ Islam menjadikan pemerdekaan budak
sebagai kafarat pembunuhan karena tersalah (pembunuhan yang tidak sengaja).
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَن يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا
خَطَئًا وَمَن قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَئًا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ
وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ إِلَّا أَن يَصَّدَّقُواْ فَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ
وَهُوَ مْؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثَـــٰقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ
شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللهِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
﴿٩٢﴾
Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang
mu'min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa
membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mu'min,
maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia
(si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin.
Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa
dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa’. 92).
√ Islam menjadikan pemerdekaan budak
sebagai kafarat bagi suami yang menzhihar isterinya.
وَالَّذِينَ يُظَـــٰهِرُونَ مِن نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا
فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِّن قَبْلِ أَن يَتَمَاسَّا ذَٰلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
﴿٣﴾
Orang-orang yang menzhihar* isteri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al Mujaadilah. 3).
*) Yang dimaksud dengan zhihar ( ظهار ) adalah perkataan suami kepada istrinya
dengan lafadz: “Bagiku kamu seperti punggung ibuku” atau perkataan lain yang
sepadan dengannya yang intinya suami bermaksud mengharamkan dirinya dari
menggauli istri sebagaimana mangharamkan ibu sendiri atau saudara yang mahram.
√ Islam menjadikan pemerdekaan budak
sebagai kafarat bagi seseorang yang melanggar sumpah (tidak melaksanakan sumpah).
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَــــٰنِكُمْ وَلَــــٰـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَـــٰنَ فَكَفَّـــٰــرَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَـــٰـكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ
تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَـــٰــــثَةِ أَيَّامٍ ذَٰلِكَ كَفَّـــٰـرَةُ أَيْمَـــٰـنِكُمْ إِذَا
حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَــــٰـــنَكُمْ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللهُ لَكُمْ ءَايَـــٰتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٨٩﴾
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah
memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan
kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang
budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al
Maa-idah. 89).
√ Islam menjadikan pemerdekaan budak
sebagai kafarat bagi siapa saja yang melanggar kehormatan bulan Ramadhan dengan
membatalkan puasanya (dengan bersetubuh pada siang hari di bulan
Ramadhan).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَجُلًا أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ فَأَمَرَهُ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً أَوْ يَصُومَ
شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ أَوْ يُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا أَجِدُ
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَأُتِيَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ
خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَحَدٌ أَحْوَجُ
مِنِّي فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ
أَنْيَابُهُ وَقَالَ لَهُ كُلْهُ. أَنَّ رَجُلًا أَفْطَرَ وَقَالَ فِيهِ أَوْ
تُعْتِقَ رَقَبَةً أَوْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ أَوْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا. (رواه ابو داود)
Dari Abu Hurairah: Ada
seorang lelaki membatalkan puasanya (dengan bersetubuh) pada bulan Ramadhan,
maka Rasulullah memerintahkannya memerdekakan budak,
atau puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan enam puluh orang
miskin. Tetepi lelaki tersebut menjawab, "Aku tidak punya (apa-apa)."
Rasulullah kemudian mempersilakan duduk, setelah itu Rasulullah datang dengan
membawa kurma segantang lalu berkata, "Ambillah ini dan
sedekahkanlah." Lelaki tadi menjawab, "Wahai Rasul, tak ada seorang pun
yang lebih membutuhkan kecuali (keluarga)ku." Rasulullah kemudian tertawa
sampai kelihatan dua gigi serinya, lalu bersabda, "Makanlah". (HR. Abu Dawud).
√ Islam memberikan kafarat bagi majikan
yang berbuat kasar terhadap budaknya dengan memerdekakan budaknya.
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ
حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ
يَسَافٍ عَنْ سُوَيْدِ بْنِ مُقَرِّنٍ الْمُزَنِيِّ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُنَا سَبْعَةَ
إِخْوَةٍ مَا لَنَا خَادِمٌ إِلَّا وَاحِدَةٌ فَلَطَمَهَا أَحَدُنَا فَأَمَرَنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُعْتِقَهَا.
(رواه الترمذى)
Abu Kuraib menceritakan kepada
kami, Al Muharibi menceritakan kepada kami Abu Syu'bah dari Hushain, dari Hilal
bin Yasaf, dari Suwaid bin Muqarrin Al Muzani, ia berkata, "Kami adalah
tujuh orang bersaudara. Kami tidak mempunyai budak kecuali satu orang budak
perempuan. —Suatu hari— salah seorang dari kami menampar budak tersebut. Maka
Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk memerdekakannya". (HR. At-Tirmidzi).
√ Adanya alokasi zakat untuk budak
yang tujuannya adalah untuk membantu pembebasan budak.
إِنَّمَا الصَّدَقَـــٰتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَـــٰـكِينِ وَالْعَـــٰمِلِينَ عَلَيْهَا
وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَـــٰرِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللهِ
وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٦٠﴾
Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (QS.
At Taubah.
60).
√ Islam menetapkan bahwa budak yang
memiliki kekerabatan dengan pemiliknya (orang yang memiliki budak yang masih
ada kaitan mahram) harus dimerdekakan. Sedangkan yang dimaksud dengan mahram adalah
keluarga yang tidak boleh dinikahi.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ
الْجُمَحِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ
الْحَسَنِ عَنْ سَمُرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَلَكَ ذَا رَحِمٍ مَحْرَمٍ فَهُوَ حُرٌّ. (رواه
الترمذى)
Abdullah bin Muawiyah Al Jumahi
Al Bashri menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada
kami. dari Qatadah, dari Hasan. dari Samurah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa memiliki budak yang masih ada
hubungan mahram maka budak itu merdeka. " (HR. At-Tirmidzi).
√ Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk
membebaskan budak ketika terjadi gerhana matahari.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَسْعُودٍ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ
بْنُ قُدَامَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَتْ أَمَرَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعَتَاقَةِ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ
تَابَعَهُ عَلِيٌّ عَنْ الدَّرَاوَرْدِيِّ عَنْ هِشَامٍ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Musa bin Mas'ud telah menceritakan kepada kami Za'idah bin Qudamah dari Hisyam
bin 'Urwah dari Fathimah binti Al Mundzir dari Asma' binti Abu Bakar
radliallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan
untuk membebaskan budak ketika terjadi gerhana matahari. Hadits ini dikuatkan pula oleh 'Ali dari Ad-Darawardiy dari Hisyam. (HR. Bukhari).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ حَدَّثَنَا
عَثَّامٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ
بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ عِنْدَ
الْخُسُوفِ بِالْعَتَاقَةِ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abu Bakar telah menceritakan kepada kami 'Atstsam telah
menceritakan kepada kami Hisyam dari Fathimah binti Al Mundzir dari Asma' binti
Abu Bakar radliallahu 'anhuma berkata: Kami diperintahkan untuk membebaskan
budak ketika terjadi gerhana matahari. (HR. Bukhari).
√ Allah
akan menyelamatkan setiap anggota tubuh seorang muslim yang memerdekakan budak
beriman dari api neraka.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَاصِمُ
بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنِي وَاقِدُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ
بْنُ مَرْجَانَةَ صَاحِبُ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ قَالَ قَالَ لِي أَبُو هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّمَا رَجُلٍ أَعْتَقَ امْرَأً مُسْلِمًا اسْتَنْقَذَ اللَّهُ بِكُلِّ عُضْوٍ
مِنْهُ عُضْوًا مِنْهُ مِنْ النَّارِ قَالَ سَعِيدُ بْنُ مَرْجَانَةَ
فَانْطَلَقْتُ بِهِ إِلَى عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ فَعَمَدَ عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِلَى عَبْدٍ لَهُ قَدْ أَعْطَاهُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ جَعْفَرٍ عَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ أَوْ أَلْفَ دِينَارٍ فَأَعْتَقَهُ. (رواه
البخارى)
Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Muhammad berkata,
telah menceritakan kepadaku Waqid bin Muhammad berkata, telah menceritakan
kepadaku Sa'id bin Marjanah, sahabat 'Ali bin Husain berkata; Abu Hurairah
radliallahu 'anhu berkata, kepadaku bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: Siapa saja orang yang membebaskan seorang muslim maka Allah akan
menyelamatkan anggota tubuhnya dari api neraka dari setiap anggota tubuh yang
dimerdekakannya. Sa'id bin Marjanah berkata; Lalu aku pergi dengan
membawa hadits ini menemui 'Ali bin Husain radliallahu 'anhuma, maka dia segera
menemui budak miliknya yang dulu dia beli dari 'Abdullah bin Ja'far seharga
sepuluh ribu dirham atau seribu dinar lalu dia membebaskan budak itu. (HR. Bukhari).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعِيدٍ وَهُوَ ابْنُ
أَبِي هِنْدٍ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ عَنْ سَعِيدِ ابْنِ
مَرْجَانَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَعْتَقَ رَقَبَةً مُؤْمِنَةً أَعْتَقَ اللهُ بِكُلِّ إِرْبٍ
مِنْهَا إِرْبًا مِنْهُ مِنْ النَّارِ. (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anazi telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Sa'id dari Abdullah bin Sa'id dia adalah Ibnu Abi Hind, telah menceritakan
kepadaku Isma'il bin Abi Hakim dari Sa'id bin Marjanah dari Abu Hurairah dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: Barangsiapa yang
memerdekakan budak beriman, maka Allah akan membebaskan setiap anggota tubuhnya
dari api neraka dengan setiap anggota tubuh budak yang dia merdekakan.
(HR. Muslim).
و حَدَّثَنِي حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا
بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الْعُمَرِيُّ
حَدَّثَنَا وَاقِدٌ يَعْنِي أَخَاهُ حَدَّثَنِي سَعِيدُ ابْنُ مَرْجَانَةَ صَاحِبُ
عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرِئٍ مُسْلِمٍ أَعْتَقَ
امْرَأً مُسْلِمًا اسْتَنْقَذَ اللهُ بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهُ عُضْوًا مِنْهُ مِنْ
النَّارِ قَالَ فَانْطَلَقْتُ حِينَ سَمِعْتُ الْحَدِيثَ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
فَذَكَرْتُهُ لِعَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ فَأَعْتَقَ عَبْدًا لَهُ قَدْ أَعْطَاهُ
بِهِ ابْنُ جَعْفَرٍ عَشْرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ أَوْ أَلْفَ دِينَارٍ.
(رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami Humaid
bin Mas'adah telah menceritakan kepada kami Bisr bin Al Mufadldlal
telah menceritakan kepada kami 'Ashim dia adalah Ibnu Muhammad Al Umari,
telah menceritakan kepada kami Waqid yaitu saudara laki-lakinya, telah
menceritakan kepadaku Sa'id bin Marjanah sahabat Ali bin Husain, dia
berkata; Saya mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Siapa saja seorang muslim yang memerdekakan muslim
lainnya, maka Allah akan menyelamatkan setiap anggota tubuhnya dari api neraka
dengan setiap anggota tubuh orang yang dimerdekakannya. Sa'id berkata; Setelah mendengar penuturan Abu Hurairah, saya bergegas
menemui Ali bin Husain dan menyampaikan hal itu kepadanya, lantas dia memerdekakan
budak dari pemberian Ibnu Ja'far dengan tebusan sepuluh ribu dirham atau seribu
dinar. (HR. Muslim).
√ Melepaskan budak dari perbudakan
yaitu dengan cara memerdekakannya, merupakan salah satu jalan yang mendaki lagi
sukar itu. Hal ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan jalan tersebut dalam
agama Islam.
وَمَا أَدْرَىٰكَ مَا الْعَقَبَةُ ﴿١٢﴾ فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿١٣﴾ أَوْ إِطْعَـــٰمٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ ﴿١٤﴾ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ
﴿١٥﴾ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ ﴿١٦﴾
(12) Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar
itu? (13) (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, (14) atau memberi makan
pada hari kelaparan, (15) (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, (16)
atau orang miskin yang sangat fakir. (QS. Al Balad. 12 – 16).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(12) (Tahukah kamu) maksudnya
apakah kamu mengetahui (apakah jalan yang sulit) yang akan ditempuhnya itu?
Ungkapan ini mengagungkan kedudukan jalan tersebut. Ayat ini merupakan Jumlah
Mu'taridhah atau kalimat sisipan; kemudian dijelaskan oleh ayat berikutnya,
yaitu: (13) (Melepaskan budak) dari perbudakan, yaitu dengan cara
memerdekakannya. (14) (Atau memberi makan pada hari kelaparan) yakni sewaktu
terjadi bencana kelaparan. (15) (Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat)
atau famili. (16) (Atau orang miskin yang sangat fakir) artinya karena amat
miskinnya hanya beralaskan tanah. Menurut suatu qiraat kedua Fi'il tersebut
diganti menjadi dua Mashdar yang kedua-duanya dirafa'kan. Yang pertama
dimudhafkan kepada lafal Raqabatin sedangkan yang kedua ditanwinkan, maka
sebelum lafal Al-'Aqabah diperkirakan adanya lafal Iqtihaam. Qiraat ini
merupakan penjelasan dari makna ayat-ayat tersebut.
Penjelasan Tambahan
Terkait khamer, ayat yang pertama kali turun sama sekali
tidak mengharamkan khamar, ayat yang kedua juga sama sekali tidak
mengharamkannya. Baru
pada ayat yang ketiga, ada sedikit larangan untuk minum, yaitu saat menjelang
shalat. Dan akhirnya baru pada ayat ke empat, khamer diharamkan sama
sekali.
√ Ayat yang pertama turun hanya
berupa informasi tentang adanya kandungan alkohol pada buah kurma dan anggur.
وَمِن ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ
مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿٦٧﴾
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (QS. An Nahl. 67).
√ Ayat yang kedua turun hanya
menyebutkan adanya manfaat dan mudharat dari minuman keras.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا
إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَـــٰــفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ
مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَٰلِكَ يُبيِّنُ اللهُ لَكُمُ الْآيَــــٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ ﴿٢١٩﴾
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir, (QS. Al Baqarah. 219).
√ Pada ayat yang ketiga, baru ada sedikit larangan
untuk minum, yaitu saat menjelang shalat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَقْرَبُواْ الصَّلَاةَ
وَأَنتُمْ سُكَـــٰــرَى حَتَّىٰ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ ... ﴿٤٣﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
...”. (QS. An Nisaa’. 43).
√ Baru pada ayat keempat, khamer diharamkan sama
sekali.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ
وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَــــٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَـــٰنِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٩٠﴾
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maa-idah. 90).
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَـــٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي
الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ
أَنتُم مُّنتَهُونَ ﴿٩١﴾
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al Maa-idah. 91).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar