Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini lanjutan dari artikel: “Tafsiran Orang Liberal Yang Sangat
Membahayakan Aqidah (II)”:
6. Bela Islam,
Allah nggak perlu dibela.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala telah berfirman:
يَا
عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُوْنِي.
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا.
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.
يَاعِبَادِي
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ
وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ
مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.
(رواه مسلم)
Wahai hamba-hambaKu,
sesungguhnya kalian tidak akan bisa mendatangkan kemudharatan kepadaKu
lalu menimpakannya kepadaKu, dan kalian takkan bisa memberikan manfaat kepadaKu
lalu kalian memberikannya kepadaKu.
Wahai hamba-hambaKu, seandainya
generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan
jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat
ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun.
Seandainya generasi pertama
kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka
semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat
kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit
pun.
Wahai hambaKu, seandainya
generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan
jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta
kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah
mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika
dimasukkan ke dalam lautan. (HR. Muslim).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8, Allah Ta’ala juga telah
berfirman:
وَقَالَ
مُوسَىٰ إِن تَكْفُرُواْ أَنتُمْ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ
لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴿٨﴾
Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang
ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim. 8).
Saudaraku,
Berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim serta dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8 di
atas, dapat disimpulkan bahwa Allah tidak membutuhkan keimanan kita, Allah
tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak butuh ketaatan kita.
Karena seandainya semua manusia (serta jin) dari manusia
(serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia (serta jin) yang
terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya kafir, semuanya
tidak beribadah kepada Allah, semuanya tidak menyembah Allah, semuanya durhaka
dan selalu bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua tidak akan mengurangi
kerajaan Allah sedikitpun.
Demikian pula sebaliknya, seandainya semua manusia (serta
jin) dari manusia (serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia
(serta jin) yang terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya
beriman, semuanya taat beribadah kepada Allah, semuanya hanya menyembah Allah semata, semuanya tidak pernah
durhaka dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua juga tidak
akan menambah kerajaan Allah sedikitpun.
Saudaraku,
Dalam Al Qur’an surat Al-A’raaf ayat 188 berikut ini,
bahkan Allah telah menjelaskan kepada kita semua bahwa ternyata tidak ada
satupun diantara kita yang dapat menarik kemanfa`atan bagi diri kita sendiri
dan tidak pula dapat menolak kemudharatan bagi diri kita sendiri, kecuali yang
dikehendaki Allah (memberi manfaat serta menolak mudharat bagi diri sendiri
saja tak bisa, apalagi memberikan manfaat serta mudharat kepada Allah SWT.,
tentunya akan lebih mustahil lagi).
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا
مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ
وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).
Nah, jika ternyata Allah tidak membutuhkan keimanan kita,
jika ternyata Allah tidak butuh semua ibadah kita, dan jika ternyata Allah juga
tidak butuh ketaatan kita, apakah itu artinya kita tidak perlu beriman
kepada-Nya? Apakah itu artinya kita tidak perlu beribadah kepada-Nya? Apakah
itu artinya kita tidak perlu taat kepada-Nya?
Tentu saja akan sangat menyesatkan jika kita meng-iyakan
semua pertanyaan tersebut. Artinya akan sangat menyesatkan jika kita semua
setuju bahwa karena Allah tidak membutuhkan keimanan kita, karena Allah tidak
butuh semua ibadah kita, dan karena Allah juga tidak butuh ketaatan kita, maka
itu artinya kita juga tidak perlu beriman kepada-Nya, kita juga tidak perlu
beribadah kepada-Nya, dan kita juga tidak perlu taat kepada-Nya.
Yang benar adalah bahwa Allah memang tidak membutuhkan
keimanan kita, Allah memang tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak
butuh ketaatan kita. Kitalah yang membutuhkan untuk beriman kepada-Nya, kitalah
yang butuh untuk beribadah kepada-Nya, dan kitalah yang butuh untuk taat
kepada-Nya, jika kita ingin mendapatkan keselamatan dalam kehidupan di dunia ini, terlebih lagi pada hari kiamat nanti.
Karena Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan
pada hari kiamat nanti, yang artinya Allah akan menyelamatkannya dari api
neraka.
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي
الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).
Adalah mustahil bagi Allah
untuk tidak menolong/tidak menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya untuk
kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena
sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Saudaraku,
Terkait sikap tafsiran mereka yang menyatakan bahwa Allah
nggak perlu dibela, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman
dalam surat Muhammad ayat 7 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ
يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad.
7).
Saudaraku,
Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dengan mudah
dapat disimpulkan, jika dalam surat Muhammad ayat 7 tersebut menjelaskan bahwa
apabila kita orang-orang yang beriman “menolong Allah”, hal itu sama sekali
tidak menunjukkan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan
pertolongan dari kita (karena Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa). Kitalah yang
butuh untuk menolong (agama) Allah, agar kita bisa mendapatkan pertolongan
dari-Nya serta agar Allah meneguhkan kedudukan kita.
Dengan kata lain, jika kita ingin mendapatkan pertolongan
Allah serta ingin agar Allah meneguhkan kedudukan kita, maka tolonglah
Allah/belalah Allah.
7. Kafir ( كافر ) artinya
tidak beragama
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa menurut syariat Islam, orang kafir adalah
orang yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah serta
mengingkari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
utusan-Nya. Kafir sendiri berasal dari kata kufur yang berarti ingkar, menolak
atau menutup. Kafir adalah orang yang menyembunyikan atau mengingkari
kebenaran.
Saudaraku,
Pada zaman sebelum Agama Islam,
istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di
ladang, menutup/mengubur dengan tanah. Sehingga kalimat kafir bisa
dimplikasikan menjadi "seseorang yang bersembunyi atau menutup diri".
Sehingga sangat mudah dipahami bahwa selain Islam itu adalah kafir, termasuk
mereka kaum Yahudi dan Nasrani serta para musyrikin. Ini prinsip akidah yang harus dipahami oleh
setiap muslim. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa selain Islam
itu kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani serta para
musyrikin.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَــــٰبِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ﴿٦﴾
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah. 6).
Sedangkan
kafir itu sendiri sama sekali tidak terkait dengan perilaku
seseorang. Ada orang kafir yang perilakunya (terhadap sesama
manusia) baik, ada pula yang buruk. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 berikut
ini:
لَا
يَنْهَــٰـكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَــٰـتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَــٰــرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).
Saudaraku,
Dari penjelasan di atas, maka dengan sangat mudah bisa
dipahami bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa kafir itu artinya
tidak beragama, benar-benar merupakan tafsiran yang sama sekali tidak berdasar.
8. Allah adalah Tuhan semua agama
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam
ayat 56, surat Al An’aam ayat 108 dan surat Yunus
ayat 104 berikut ini:
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن
دُونِ اللهِ قُل لَّا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَاْ
مِنَ الْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah
tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak
akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan
tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Al
An’aam. 56)
وَلَا تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن
دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ...﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu
memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...” (QS. Al An’aam:
108).
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي شَكٍّ مِّن
دِينِي فَلَا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ وَلَـــٰـكِنْ أَعْبُدُ اللهَ الَّذِي يَتَوَفَّـــٰـكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١٠٤﴾
Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam
keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu
sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan
aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman", (QS.
Yunus. 104)
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam
ayat 56, surat Al An’aam ayat 108 dan surat Yunus
ayat 104 di atas, dengan mudah dapat kita simpulkan bahwa mereka para pemeluk
agama lain telah menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah
itu bukanlah Tuhan semua agama.
Dengan demikian, lagi-lagi tafsiran orang liberal yang
menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan semua agama, benar-benar merupakan tafsiran
sesuka hati mereka sendiri, karena jelas-jelas merupakan tafsiran yang tidak
berdasar sama sekali.
Kesimpulan:
Dari rangkaian penjelasan di atas, nampak dengan jelas
bahwa mereka kaum liberal telah dengan sengaja melakukan penafsiran sesuka hati
mereka sendiri terhadap berbagai masalah agama dengan bersandar
pada logika saja, sehingga penafsiran-penafsiran yang mereka lakukan di
atas sekilas terlihat benar.
Padahal setelah diteliti dengan seksama, nampak sekali
bahwa semuanya teramat sangat bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an serta Al Hadits.
Dan karena yang mereka tafsirkan sangat banyak yang menyangkut pokok-pokok
ajaran Islam, maka hal ini menjadi sangat membahayakan aqidah bagi
siapa saja yang terpengaruh dengan tafsiran-tafsiran mereka.
Mengapa tafsiran
orang-orang liberal tersebut bisa sangat membahayakan aqidah seseorang? Karena
semua tafsiran mereka telah terbukti sangat bertentangan dengan
ayat-ayat Al Qur’an serta Al Hadits. Padahal Allah telah menjelaskan, bahwa tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang
kafir.
مَا يُجَـــٰـدِلُ فِي ءَايَــــٰتِ اللهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿٤﴾
“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah,
kecuali orang-orang yang kafir ...”. (QS. Ghafir. 4).
Sehingga benarlah apa yang tertulis pada bagian akhir
dari tulisan yang disampaikan oleh ibu dosen di atas: “Bahasanya manis dan
akademis, namun pelan-pelan mengajak pindah agama alias mengajak murtad”.
Oleh karena itu,
berhati-hatilah wahai saudaraku!
Ya Tuhan kami,
Lindungilah kami ketika kami
membaca ayat-ayat-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk agar kami senantiasa
berada dalam jalan-Mu yang lurus. Amin, ya rabbal ‘alamin!
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾
”Apabila kamu membaca Al
Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk”. (QS. An Nahl. 98).
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-3 dari 3
tulisan}