Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Demi menghadapi masa depan selama hidup di dunia ini,
sangat banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal ijazah SMA apalagi
SMP atau SD. Karena begitu banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan
bekal ijazah SMA (apalagi SMP atau SD), sehingga begitu banyak diantara kita
yang kemudian melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke jenjang S1, S2 bahkan S3.
Hal yang sangat kontras terjadi pada sisi lain. Dimana
begitu banyak diantara kita yang sudah merasa cukup dengan pendidikan agama “setingkat
SMP bahkan SD” sebagai bekal untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh ke
depan hingga menembus ke alam akhirat. Na'udzubillahimindzalika!
Hal seperti ini dengan mudah bisa kita jumpai, dimana begitu
banyak orang yang merasa santai saja ketika membaca Al Qur’an belum lancar
padahal statusnya sudah menjadi mahasiswa. Begitu banyak pula orang yang merasa
tenang-tenang saja ketika yang bersangkutan belum tahu tatacara pelaksanaan
ibadah sholat dengan baik dan benar sehingga dalam melaksanakan sholat hanya
seadanya saja, padahal yang bersangkutan sudah menjadi sarjana. Dst.
Saudaraku,
Jika untuk menghadapi masa depan selama hidup di dunia
ini saja begitu banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal
ijazah SMA (padahal tidaklah kita hidup di dunia ini melainkan hanya sebentar
saja/baca penjelasan surat Al Mu’minuun ayat
114 di bawah ini), maka untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh ke depan
hingga menembus ke alam akhirat dimana kita akan tinggal untuk selamanya di sana (baca
penjelasan surat Al Maa-idah ayat 37 serta surat Al A’raaf ayat 42 di
bawah ini), mestinya diperlukan bekal ilmu yang teramat jauh lebih tinggi lagi,
bukan malah sebaliknya.
قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ
كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
”Allah berfirman: "Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui". (QS. Al Mu’minuun. 114).
يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُواْ مِنَ النَّارِ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ
مِنْهَا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ ﴿٣٧﴾
Mereka ingin ke luar dari neraka, padahal mereka
sekali-kali tidak dapat ke luar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang
kekal. (QS. Al Maa-idah. 37).
وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّـــٰـلِحَـــٰتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ أَصْحَـــٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَـــٰــلِدُونَ ﴿٤٢﴾
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya. (QS. Al A’raaf. 42).
Sekali lagi, jika untuk menghadapi masa depan kita selama
kita hidup di dunia yang teramat singkat saja banyak diantara kita yang merasa tidak
cukup dengan bekal ijazah SMA, maka untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh
ke depan hingga menembus ke alam akhirat dimana kita
akan tinggal untuk selamanya di sana, jelas diperlukan bekal ilmu yang teramat jauh lebih
tinggi lagi, bukan malah sebaliknya.
Terlebih lagi jika hal ini dikaitkan dengan masa depan
kita yang sesungguhnya, dimana masa depan kita yang sesungguhnya bukanlah di
sini, di alam dunia ini. Tetapi nanti, di alam akhirat, dimana dia akan tinggal
untuk selamanya di sana.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ
لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia
ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat
itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”.
(QS. Al An’aam: 32).
Oleh karena itu, berlapang-lapanglah dalam majelis ilmu
(baca penjelasan surat Al Mujaadilah ayat 11 di bawah ini) dan jangan
tunda-tunda lagi. Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita semua untuk bersegera dalam amalan
yang berkenaan dengan akhirat (baca penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud dan Al Hakim di bawah ini). Lebih dari itu semua, ketahuilah pula bahwa menuntut
ilmu itu (khususnya ilmu agama), juga mendapat
tempat yang teramat tinggi (baca penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di bawah ini).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَـــٰــلِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَــٰـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Mujaadilah. 11).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلتُّؤَدَةُ
فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam
amalan
yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
katanya: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
...
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ
طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، ... (رواه مسلم)
“... Dan
barangsiapa yang
melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkannya jalan menuju surga, ...”. (HR. Muslim).
Dan menjadilah generasi termulia, yaitu generasi rabbani
(rabbani adalah orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah SWT).
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَـــٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ
كُونُواْ عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَـــٰكِن كُونُواْ رَبَّــــٰـنِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَـــٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿٧٩﴾
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah."
Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya”. (QS. Ali ‘Imraan. 79).
Saudaraku,
Betapa indahnya jika kita bisa mendapatkan hal itu semua. Sehingga
pantaslah jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kita iri
kepada yang lain kecuali terhadap dua golongan, yang salah satunya adalah
kepada orang yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah, dia mengamalkannya
serta mengajarkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى
هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٍ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا
وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh iri selain terhadap dua golongan: (1) orang
yang dikaruniai harta yang melimpah oleh Allah SWT. dan dia membelanjakannya di
jalan yang haq, (2) orang yang dikaruniai hikmah (ilmu Al Qur’an dan As Sunnah),
dia menunaikannya (mengamalkannya), serta mengajarkannya.” (Muttafaqun ‘alaih,
dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Hal ini dipertegas dengan penjelasan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, dimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebaik-baik kita adalah
orang yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya.
عَنْ
عُثْمَانَ بنِ عَفَّان رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Dari sahabat Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik
kamu ialah orang yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya”.
(HR. Muslim).
Saudaraku,
Tiada yang lebih indah dari raihan seorang yang beriman
selain daripada mendapatkan kefahaman
yang mendalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah. Karena bagi siapa saja yang
Allah jadikan dirinya mengerti/paham tentang Al Qur'an dan As Sunnah (yang
artinya paham tentang agama), hal itu menunjukkan betapa Allah teramat sayang
kepada dirinya karena Allah telah menghendaki kebaikan bagi dirinya.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ
وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا
أُوْلُواْ الأَلْبَابِ ﴿٢٦٩﴾
“Allah menganugerahkan al
hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia
benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al
Baqarah. 269).
Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu meriwayatkan, katanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي
الدِّيْنِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan
menjadikannya mengerti tentang agamanya (Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai penutup,
Ketahuilah bahwa menuntut ilmu itu (khususnya
ilmu agama) adalah fardhu bagi setiap muslim. Demikian penjelasan
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).
Meskipun demikian, kita tetap harus sangat berhati-hati
pada saat menuntut ilmu. Karena syaitan selalu siap setiap saat untuk
menggelincirkan niatan mulia kita dalam menuntut ilmu tersebut sehingga bukan
kebaikan yang kita dapatkan, namun justru sebaliknya. Perhatikan penjelasan
beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berikut
ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا
مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ
عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي
رِيحَهَا.
(رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
mempelajari ilmu yang seharusnya mencari ridha Allah, tapi dia tidak mencarinya
melainkan untuk memperoleh kemewahan dunia, maka dia tidak akan menemukan aroma
surga pada hari Kiamat”. (HR.
Ibnu Majah).
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ
لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ
لِيَصْرِفَ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَهُوَ فِي النَّارِ.
(رواه ابن ماجه)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa
mencari ilmu untuk menghina orang-orang yang bodoh atau menyombongkan diri kepada
para ulama, atau untuk mengambil muka di depan manusia, maka (tempatnya) di
dalam neraka”. (HR.
Ibnu Majah).
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَعَلَّمُوا
الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلَا لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ
وَلَا تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ.
(رواه ابن ماجه)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian
belajar ilmu untuk menyombongkan diri kepada para ulama, untuk menghina
orang-orang yang bodoh. Dan janganlah kalian (terlalu) berharap agar menjadi
pilihan suatu majelis. Barangsiapa melakukan semua hal itu, maka neraka, sekali
lagi neraka (adalah tempatnya)”. (HR.
Ibnu Majah).
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِتُمَارُوا بِهِ
السُّفَهَاءَ أَوْ لِتَصْرِفُوا وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ
فَهُوَ فِي النَّارِ. (رواه ابن ماجه)
Dari Khudzaifah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Janganlah kalian mencari ilmu untuk menyombongkan diri kepada ulama,
atau untuk menghina orang-orang yang bodoh, atau untuk mencari muka di depan
manusia. Barangsiapa melakukan hal tersebut, maka dia akan berada di neraka”. (HR. Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ
الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ وَيُجَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ
وَيَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ جَهَنَّمَ.
(رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
mencari ilmu untuk menyombongkan diri kepada ulama, berlomba-lomba kepada
orang-orang yang bodoh, dan untuk mencari muka di depan manusia; maka Allah
akan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam”. (HR.
Ibnu Majah).
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam menuntut ilmu.
Jadikanlah segala cita-cita kita sebagai satu cita-cita saja (yakni akhiratnya) sehingga akan bernilai sebagai amalan
akhirat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلتُّؤَدَةُ
فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam
amalan
yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ
الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ
تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللهُ فِي
أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
‘anhu, aku mendengar Nabimu shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
menjadikan segala cita-citanya sebagai satu cita-cita (yakni, akhiratnya), maka
Allah akan mencukupi cita-cita dunianya. Barangsiapa bercabang-cabang minatnya dalam
tujuan-tujuan dunia, maka Allah tidak akan mempedulikan dia binasa di jurang
dunia manapun”. (HR.
Ibnu Majah).
Do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللّٰهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي
وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ.
(رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa: “Ya Allah, berikanlah kemanfaatan atas apa yang telah Engkau
ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat untuk diriku,
tambahkanlah kepadaku ilmu. Dan segala puji bagi Allah atas semua keadaan, aku
pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka”. (HR. Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَمِنْ
قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ. (رواه ابن
ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, termasuk do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu: “Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat,
doa yang tidak didengar, hati yang tidak khusyu dan nafsu yang tidak pernah
kenyang”. (HR.
Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ
انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (berdoa):
“Ya Allah, berilah aku manfaat dari apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku.
Ajarilah aku akan apa yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku.
Segala puji bagi Allah pada segala situasi dan kondisi”. (HR. Ibnu Majah). Amin, ya rabbal ‘alamin.
Semoga bermanfaat.