Assalamu’alaikum wr. wb.
Dalam sebuah diskusi di sebuah grup whatsapp, seorang
dosen politeknik negeri di Kalimantan/mahasiswa S3 di Taiwan, telah membuat
pernyataan berikut ini: “Al Qur’an itu dikatakan Allah sudah lengkap dan
sempurna, kalau tidak ada dalam Al Qur’an, saya bisa mengatakan tidak wajib,
tapi kalau dianjurkan nggak masalah”.
Tanggapan seorang sahabat (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri di
Pontianak, Kalimantan Barat): “Hmmm, bener nih? Mirip pendapat kawan saya di
Jamiyyatul Islamiyyah yang sampai saat ini difatwakan sesat oleh MUI. Mirip lho.
Makanya saya ingin menggali agar jelas perbedaannya”.
Tanggapan balik dari beliau (dosen politeknik negeri di
Kalimantan/mahasiswa S3 di Taiwan): “Lha, apa bapak masih ragu? Itu
ada ayatnya yang
bilang begitu? Pemahaman
‘ulama’ kebanyakan mengatakan (bahwa) Al Qur’an itu tidak lengkap tanpa
hadist. Ini yang
saya bilang tidak semua orang banyak itu benar,
karena pendapat seperti itu sesat. Yang mengatakan Al Qur’an lengkap itu Allah,
tapi manusia masih tetap saja mencari-cari yang lain supaya bisa lebih lengkap. Mirip
seperti umat Nabi Musa yang cuma disuruh menyembelih
sapi tapi bolak-balik ditanyain karena perintah-Nya dianggap tidak jelas. Gara-gara hal macam itu
akhirnya tahu sendiri, berpecah-belah
karena menganggap
kelompoknya yang
paling benar”.
Mari kita kaji diskusi di atas
Saudaraku,
Benar apa yang dikatakan oleh dosen sebuah politeknik
negeri di Kalimantan (yang pada saat diskusi ini berlangsung, beliau sedang
menempuh studi S3 di Taiwan) tersebut, bahwa Al Qur’an itu sudah lengkap dan
sempurna, sehingga tidak perlu ditambah-tambah serta diubah-ubah lagi.
Dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 52, Allah
SWT. telah berfirman:
هَـــٰـذَا بَلَــٰــغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ
أَنَّمَا هُوَ إِلَــٰــهٌ وَاحِدٌ
وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الأَلْبَـــٰبِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah
penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al
Maa-idah ayat 3, Allah SWT. juga telah berfirman:
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ... ﴿٣﴾
“… Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. …”. (QS.
Al Maa-idah. 3).
Surat Al An’aam ayat 115 serta
surat An Nahl ayat 89 berikut ini semakin memperkuat hal itu:
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَّا
مُبَدِّلَ لِكَلِمَـــٰـتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿١١٥﴾
Telah sempurnalah kalimat
Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat
merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al An’aam. 115).
... وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَـــٰبَ تِبْيَـــٰـــنًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴿٨٩﴾
“... Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (QS. An Nahl. 89).
Meskipun demikian, ketahuilah pula bahwa Allah juga telah
berfirman dalam Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 7 berikut ini:
...
وَمَا ءَاتَـــــٰـكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَـــٰــكُمْ عَنْهُ
فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS Al
Hasyr. 7).
Saudaraku,
Jelaslah sekarang bahwa Allah sendiri yang memerintahkan
kita untuk mengikuti semua perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta meninggalkan/menjauhi semua yang dilarang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, yang mana hal ini artinya kita juga harus mengikuti hadits.
Sekali lagi, hal ini artinya kita juga harus/wajib
mengikuti hadits (bukan sekedar anjuran belaka). Dan hal ini sama sekali bukan
merupakan upaya manusia untuk
mencari-cari
yang
lain supaya Al Qur’an bisa lebih lengkap,
sebagaimana tuduhan yang dilemparkan oleh dosen politeknik di atas.
Mengapa demikian? Karena justru Allah sendiri yang
memerintahkan kita untuk mengikuti semua perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam serta meninggalkan/menjauhi semua yang dilarang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hasyr ayat 7
di atas.
Hal ini semakin diperkuat dengan penjelasan Allah dalam
Al Qur’an surat An
Nisaa’ ayat
80 serta dalam Ali ‘Imraan ayat
31 berikut ini:
مَّنْ
يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَـــٰـكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ﴿٨٠﴾
“Barangsiapa yang menta`ati
Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka”. (QS An Nisaa’. 80).
قُلْ
إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾
Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
(QS. Ali ‘Imraan. 31).
Lebih dari itu, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan.
Bahwa segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
tidak lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu
yang diturunkan kepada beliau.
قُلْ
إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا
يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah (hai Muhammad):
"Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan
wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka
diberi peringatan" (QS. Al Anbiyaa’. 45).
وَالنَّجْمِ
إِذَا هَوَىٰ ﴿١﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ
الْهَوَىٰ ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ﴿٤﴾ عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ
﴿٥﴾ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ ﴿٦﴾
(1) “Demi bintang ketika
terbenam”, (2) “ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru”, (3)
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya”.
(4) “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”, (5)
“yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”, (6) “Yang mempunyai
akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”.
(QS. An Najm. 1 – 6).
Saudaraku,
Karena beliau adalah seorang
nabi dimana setiap ucapan dan perintahnya bukan berasal dari hawa nafsunya
melainkan wahyu dari Allah SWT., maka terhadap apapun yang datang dari beliau
(serta terhadap apapun yang datang dari Allah SWT.), maka sikap kita adalah: سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا (kami mendengar dan kami patuh). Artinya terhadap
apapun yang datang dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam serta terhadap
apapun yang datang dari Allah SWT., kita terima dan kita laksanakan apa adanya
(seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar sedikitpun.
Allah SWT. berfirman dalam Al
Qur’an surat An Nuur ayat 51:
إِنَّمَا
كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ
بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban
orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan
kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur.
51).
Sedangkan dalam Al Qur’an surat
Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. berfirman:
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al
Ahzaab. 36)
Saudaraku,
Dari rangkaian uraian di atas, semakin menegaskan bahwa
kita tidak mungkin hanya berpegang kepada Al Qur’an saja tanpa menyertakan Al Hadits!
Hanya berpegang kepada Al Qur’an saja tanpa menyertakan Al
Hadits, justru hal ini sama saja dengan menentang sebagian isi Al Qur’an itu
sendiri, tepatnya surat Al
Hasyr ayat
7, surat An
Nisaa’ ayat
80 serta surat Ali
‘Imraan ayat 31 di atas.
Padahal Allah telah memerintahkan kita untuk masuk Islam secara menyeluruh/secara
kaaffah.
Masuk Islam secara menyeluruh/secara kaaffah artinya kita
diperintahkan untuk mengambil seluruh ketetapan Allah tanpa terkecuali, baik
yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi. Ikutilah syariat itu semuanya
(tanpa terkecuali) dan janganlah kita mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui.
Kita tidak boleh mengambil
sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu hukum-hukum
yang kita senangi saja, sementara hukum-hukum yang lain yang tidak kita senangi
kita buang begitu saja. Karena Allah telah berfirman dalam Al Qur'an surat Al
Baqarah ayat 208:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا
تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
(QS. Al Baqarah. 208).
Demikian,
Semoga bermanfaat.