Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Mengapa hidup ini banyak yang tidak sesuai dengan harapan?
Jawabannya adalah karena Allah ingin memberi kita yang lebih baik. Mengapa
demikian? Mari kita kaji dengan lebih terperinci.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa ilmu pengetahuan yang kita
miliki itu sangatlah terbatas. Al Qur’an secara eksplisit
menjelaskan hal ini dalam surat Al Israa’ pada bagian akhir ayat 85:
... وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Selain penjelasan Al Qur'an dalam surat Al Israa’ ayat 85 di atas,
bukti-bukti yang ada juga menunjukkan betapa ilmu kita
adalah sangat terbatas.
Teori Geosentris yang menganggap bumi adalah pusat alam
semesta, misalnya. Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan manusia pada saat itu, teori
geosentris sempat dianggap sebagai “suatu kebenaran”. Bahkan berlangsung hingga
ratusan tahun. Hingga akhirnya ditumbangkan oleh teori Heliosentris yang
menganggap bahwa matahari adalah pusat alam semesta.
Namun, pada saat ini-pun terbukti bahwa alam
semesta tidaklah berpusat pada matahari. Karena matahari sendiri ternyata hanya
salah satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang
yang juga disebut galaxy (galaxy Bima Sakti/Milky Way). Bersama bintang-bintang
yang lain, ternyata matahari juga berputar mengelilingi pusat galaxy Bima Sakti.
Demikian seterusnya.
Dengan demikian, nampaklah bahwa teori ilmiah
tidak akan pernah final. Apa yang dianggap benar pada saat ini, pada suatu saat
bisa saja dianggap salah dan sebaliknya. Dan (sekali lagi) ini benar-benar
suatu tanda betapa ilmu kita adalah sangat
terbatas. Artinya tidak ada kebenaran mutlak pada teori ilmiah ciptaan manusia.
Belum lagi untuk urusan alam ghaib. Tentang roh misalnya, teramat sedikitlah
yang kita ketahui. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Israa’
ayat 85 berikut ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ
مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al
Israa’. 85).
Bahkan seandainya tanpa pertolongan-Nya, kita umat manusia
benar-benar tidak mengetahui apa-apa sama sekali. Kalaupun kita bisa mengetahui
sesuatu, hal itu tidak lain hanyalah karena Allah telah mengajarkan kepada kita,
karena Allah telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kita.
وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَـــٰــتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ
وَالْأَبْصَـــٰــرَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl. 78).
عَلَّمَ الْإِنسَـــٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al ‘Alaq. 5).
Saudaraku,
Hal itu semua semakin menegaskan bahwa ilmu
yang kita miliki benar-benar sangat terbatas. Dan karena keterbatasan ilmu yang kita miliki tersebut, maka
seringkali apa yang menurut kita baik, bisa jadi justru buruk buat kita.
Sebaliknya, apa yang bagi kita terlihat buruk, bisa jadi sesungguhnya justru
baik buat kita.
Hal ini semakin diperparah dengan adanya pengaruh hawa
nafsu dan syaitan yang senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi kita
untuk berbuat kebaikan.
... إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٣﴾
“..., karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf. 53).
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٣٧﴾
Dan sesungguhnya
syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf. 37).
Ditambah lagi dengan sumpah Iblis dihadapan Allah yang akan
menjadikan kita umat manusia memandang baik perbuatan-perbuatan
ma`siat di muka bumi ini (yang semuanya itu Iblis lakukan dalam rangka untuk menyesatkan
umat manusia semuanya).
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ
لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39).
Saudaraku,
Dari rangkaian uraian di atas, nampaklah bahwa dengan
keterbatasan ilmu yang dimiliki, kita umat manusia seringkali tidak bisa
membuat rencana/keputusan yang tepat sehingga apa yang dalam pandangan kita
terlihat baik, bisa jadi sesungguhnya justru buruk buat kita. Sebaliknya, apa
yang menurut kita buruk, bisa jadi sesungguhnya justru baik buat kita.
Belum lagi adanya pengaruh hawa nafsu dan syaitan yang senantiasa
mengajak kepada keburukan dan menghalangi kita untuk berbuat kebaikan. Ditambah
lagi dengan sumpah Iblis dihadapan
Allah yang akan menjadikan kita umat
manusia memandang baik perbuatan-perbuatan
ma`siat di muka bumi ini. Sehingga jika kita hanya menyandarkan kepada
kemampuan ilmu yang kita miliki, maka rencana-rencana/keputusan-keputusan yang
kita buat hampir pasti akan berdampak buruk buat kita, meski dimata kita
terlihat baik.
Untunglah masih ada Allah yang teramat sangat menyayangi
kita umat manusia. Bahkan
Allah lebih sayang kepada kita, melebihi sayangnya seorang ibu terhadap
anaknya. Perhatikan penjelasan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
Ketika dihadapkan
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa orang tawanan, tiba-tiba
ada seorang wanita yang teteknya telah menetes-netes air susunya, ia
berlari-lari mencari bayinya. Tiba-tiba ia bertemu dengan bayinya, maka
langsung diangkat ke dadanya dan ditetekinya. Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَرَوْنَ هذِهِ طَارِحَةٌ وَلَدَهَا فِى النَّارِ؟
قُلْنَا: لَا وَهِىَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ. قَلَ: اَللهُ أَرْحَمُ
بِعِبَادِهِ مِنْ هذِهِ بِوَلَدِهَا . (رواه البخارى و مسلم)
”Apakah kalian
mengira bahwa wanita itu akan membuang anaknya itu ke dalam api?”. Jawab
sahabat: ”Tidak, selama ia dapat mengelakkannya!”. Maka sabda Rasulullah:
”Allah lebih sayang pada hamba-Nya melebihi kesayangan ibu itu terhadap
anaknya”. (HR. Bukhari, Muslim).
Saudaraku,
Karena begitu sayangnya Allah kepada kita umat manusia, maka
dari rencana-rencana/keputusan-keputusan yang kita buat yang hampir pasti akan
berdampak buruk buat kita tersebut (meski dimata kita terlihat baik), Allah
akan ganti dengan yang lebih baik (yang mana hal ini kita rasakan sebagai adanya
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan).
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ
يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah.
216).
Sekali lagi, karena begitu sayangnya Allah kepada kita
umat manusia, maka dari rencana-rencana/keputusan-keputusan yang kita buat yang
hampir pasti akan berdampak buruk buat kita, Allah akan ganti dengan yang lebih
baik.
Mengapa demikian? Karena Allah yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu, pasti lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita dan Allah
juga lebih mengetahui apa-apa yang berdampak buruk buat kita umat manusia.
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَـــٰتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَـــٰبٍ مُّبِينٍ ﴿٥٩﴾
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan
tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al An’aam. 59).
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).
Sekali lagi, karena Allah ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu, pasti lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita dan Allah juga
lebih mengetahui apa-apa yang berdampak buruk buat kita umat manusia.
Tidak mungkin Allah bermaksud buruk/bermaksud untuk
mencelakakan kita umat manusia, karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana,
sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ
الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa
atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sedangkan
Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an
dalam surat Ar Ruum ayat 6:
... لَا يُخْلِفُ
اللهُ وَعْدَهُ وَلَـــٰـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
“... Allah
tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(QS. Ar Ruum. 6).
Saudaraku,
Dengan melihat fakta-fakta sebagaimana uraian di atas,
maka terhadap apapun yang telah Allah
berikan kepada kita, terimalah dengan baik, meskipun hal itu seringkali
tidak sesuai dengan harapan kita.
وَلَوْ أَنَّهُمْ
رَضُوْاْ مَا ءَاتَـــٰـهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن
فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau
mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada
mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan
kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah",
(tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).
Sekali lagi, terhadap apapun yang telah Allah berikan kepada kita, terimalah dengan baik/tetaplah berbaik sangka
kepada-Nya, meskipun hal itu seringkali tidak sesuai dengan harapan kita. Yakinlah
bahwa apapun keputusan Allah, pasti adalah yang terbaik buat kita.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم)
“Janganlah salah seorang di
antara kalian meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”.
(HR. Muslim).
Dan jangan sekali-kali merasa kecewa ketika mendapati
adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Karena sikap kecewa
seperti ini (yakni merasa kecewa ketika mendapati adanya ketidaksesuaian antara
harapan dengan kenyataan), dapat diterjemahkan sebagai sikap berburuk sangka
kepada Allah. Padahal Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Fath ayat
6:
وَيُعَذِّبَ الْمُنَـــٰـفِقِينَ وَالْمُنَـــٰـفِقَـــٰتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَـــٰتِ الظَّآنِّينَ بِاللهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ
دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ
جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿٦﴾
Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan)
yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi
mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat
kembali. (QS. Al Fath. 6).
Dan menjadilah
orang-orang/hamba yang mukhlis agar kita tidak terpedaya oleh kehidupan dunia ini.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ
لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39).
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
“kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka". (QS. Al Hijr.
40).
Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon mohon maaf
jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Mukhlis
artinya orang yang ikhlas. Sedangkan menurut catatan kaki no. 799 Al Qur'an Terjemahan
versi Departemen Agama RI, yang dimaksud dengan mukhlis ialah
orang-orang yang diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar