بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 01 April 2019

INGIN MEMBINA RUMAH TANGGA BARU



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut:

Pak Imron, bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat, nggih Pak. Mau bertanya Pak Imron, setelah 4 tahun berlalu dalam kesendirian saya, sekarang ini saya merasa ingin ada yang menasehati saya, melindungi, mengayomi, ada yang bisa diajak diskusi atau sekedar ngobrol, Pak Imron. Tetapi tentunya yang saya inginkan adalah yang agamanya faham, akhlak dan budi pekertinya bagus, Pak Imron. Nah untuk itu kiranya Pak Imron berkenan memberikan doa yang bisa saya amalkan agar apa yang saya inginkan (calon suami yang sholeh) dikabulkan Allah, Pak Imron. Jazakallah khairan katsir.

Pak Imron, maaf sudah mengganggu waktunya. Saya sudah bercerai dari mantan suami empat tahun yang lalu di kantor pengadilan agama. Saya ada 3 anak, atas keputusan hakim karena mantan suami saat itu sudah menikah lagi secara diam-diam dengan janda beranak 2 yang semuanya laki-laki sementara anak-anak saya perempuan semua, maka saya mohon kepada majelis hakim untuk membawa semua anak-anak saya. Anak yang pertama sedang proses skripsi di UI, anak yang kedua kuliah di Telkom University semester 1 dan anak yang ketiga kelas XII SMA.

Sekarang kami menempati rumah hasil gono-gini dari keputusan hakim. Usaha kami juga habis untuk foya-foya mantan suami yang hobby selingkuh. Makanya saya masih ada trauma kalau menikah nanti dapat suami yang ahklak dan akidahnya minim, Pak Imron.

Tanggapan

Alhamdulillah, kabarku baik-baik saja di Surabaya/sehat wal afiat. Tentunya hal ini juga karena do'a saudaraku yang (in sya Allah) telah dikabulkan Allah. Semoga saudaraku juga demikian keadaannya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

Saudaraku menyampaikan bahwa setelah 4 tahun berlalu dalam kesendirian (karena telah bercerai), sekarang ini saudaraku merasa ingin ada yang menasehati, melindungi, mengayomi, serta ada yang bisa diajak diskusi atau sekedar ngobrol.

Tentunya keinginan seperti itu adalah sesuatu yang wajar. Apalagi Islam memang memperbolehkan hal itu. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 234 berikut ini:

وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿٢٣٤﴾
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber`iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis `iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (QS. Al Baqarah. 234).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Orang-orang yang wafat) atau meninggal dunia (di antara kamu dengan meninggalkan isteri-isteri, maka mereka menangguhkan), artinya hendaklah para isteri itu menahan (diri mereka) untuk kawin setelah suami mereka yang meninggal itu (selama empat bulan dan sepuluh), maksudnya hari. Ini adalah mengenai wanita-wanita yang tidak hamil. Mengenai yang hamil, maka iddah mereka sampai melahirkan kandungannya berdasarkan ayat At-Thalaq, sedangkan bagi wanita budak adalah setengah dari yang demikian itu, menurut hadis. (Apabila waktu mereka telah sampai), artinya habis masa idahnya, (mereka tiada dosa bagi kamu) hai para wali (membiarkan mereka berbuat pada diri mereka), misalnya bersolek dan menyiapkan diri untuk menerima pinangan (secara baik-baik), yakni menurut agama. (Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu lakukan), baik yang lahir maupun yang batin”.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Dari penjelasan surat Al Baqarah ayat 234 di atas, nampaklah bahwa tidak ada larangan bagi saudaraku jika saudaraku memang berkeinginan untuk menikah lagi. Yang ada justru sebaliknya. Perhatikan penjelasan berikut ini:

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Islam telah menyampaikan kepada kita semua agar saudara-saudara kita (baik laki-laki maupun wanita-wanita) yang sendirian (artinya yang tidak beristeri/bersuami, baik yang masih gadis atau janda/yang masih bujang maupun duda), dibantu agar mereka dapat segera menikah. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat An Nuur pada bagian awal ayat 32 berikut ini:

وَأَنكِحُوا الْأَيَـــٰـمَىٰ مِنكُمْ ... ﴿٣٢﴾
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, …” (QS. An Nuur. 32).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian) lafal Ayaama adalah bentuk jamak dari lafal Ayyimun artinya wanita yang tidak mempunyai suami, baik perawan atau janda, dan laki-laki yang tidak mempunyai istri; ....”.

Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan penjelasan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَامَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. (رواه البخارى و مسلم)
“Hai para pemuda, siapa yang sanggup menunaikan kewajiban perkawinan, maka hendaklah kawin. Karena kawin itu dapat menundukkan penglihatan dan menjaga kemaluan dari yang haram. Dan siapa yang belum dapat, maka hendaklah berpuasa (menjaga diri dari zina) karena puasa itu sebagai pencegahnya”. (HR. Bukhari, Muslim).

Saudaraku,
Dari uraian di atas, nampak dengan jelas bahwa Islam telah menyampaikan kepada kita agar saudara-saudara kita yang masih sendirian (artinya yang tidak beristeri/bersuami, baik yang masih gadis atau janda/yang masih bujang maupun duda), sebaiknya disarankan untuk segera menikah karena menikah itu dapat menundukkan penglihatan dan menjaga kemaluan dari yang haram.

Saudaraku mengatakan bahwa yang saudaraku inginkan adalah yang faham agama, akhlak dan budi pekertinya bagus.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Ketahuilah bahwa apa yang telah saudaraku sampaikan tersebut sangatlah bersesuaian dengan petunjuk agama, bahwa terkait laki-laki yang akan dinikahi, sebaiknya dipilih laki-laki yang agamanya baik. Karena bila tidak, maka saudaraku akan celaka. Demikian penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ؛ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu (menurut kebiasaan) dinikahi karena empat hal: Bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Karena bila tidak, engkau akan celaka”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim berikut ini semakin menegaskan hal itu:

اَلدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُالصَّالِحَةُ (رواه أحمد ومسلم)
“Dunia ini semuanya sebagai hiburan, dan sebaik-baik hiburannya ialah wanita (istri) yang shalihah”. (H. R. Ahmad, Muslim).

Sebagai catatan, kedua hadits di atas tidak hanya ditujukan bagi para laki-laki saja, namun juga ditujukan bagi wanita (artinya ditujukan kepada semuanya, baik laki-laki maupun wanita).

Sehingga jika dalam hadits yang pertama tertulis “Wanita itu (menurut kebiasaan) dinikahi karena empat hal, ... dst”, maka untuk para wanita tentunya berlaku juga bahwa “Laki-laki itu (menurut kebiasaan) dinikahi karena empat hal, ... dst”. Demikian juga untuk hadits yang kedua, jika dalam hadits tersebut tertulis “Dunia ini semuanya sebagai hiburan, dan sebaik-baik hiburannya ialah wanita (istri) yang shalihah”, maka untuk para wanita tentunya berlaku juga bahwa “Dunia ini semuanya sebagai hiburan, dan sebaik-baik hiburannya ialah laki-laki (suami) yang shalih”.

Saudaraku bertanya tentang do’a yang bisa saudaraku amalkan agar apa yang saudaraku inginkan (calon suami yang sholeh) dikabulkan Allah?

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa do’a itu sendiri adalah salah satu bentuk ibadah ghairu mahdhah. Sedangkan perintah untuk berdo’a itu telah Allah SWT. bebankan atas setiap muslim, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mu'min ayat 60 berikut ini:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al Mu'min. 60).

Saudaraku,
Karena do’a termasuk ibadah ghairu mahdhah, maka do’a bisa disampaikan dalam bahasa apa saja (tidak harus dalam Bahasa Arab seperti halnya ibadah sholat), bisa dilakukan kapan saja (tidak harus dalam bulan Ramadhan seperti halnya ibadah puasa wajib Ramadhan/tidak harus di malam hari sebagaimana sholat tahajjud), bisa dilakukan dimana saja (tidak harus di tanah suci seperti halnya ibadah haji atau umrah), juga bisa dilakukan dalam jumlah berapa saja yaitu bisa banyak/lama maupun sedikit/pendek (tidak seperti sholat fardhu yang hanya lima waktu dalam sehari semalam/tidak seperti sholat ied yang hanya dua kali setahun), dst.

Saudaraku,
Meskipun do’a adalah salah satu bentuk ibadah ghairu mahdhah sehingga karenanya terbuka kesempatan bagi kita untuk berkreasi dalam pelaksanaannya, namun bukan berarti kita bisa sebebasnya/sesuka hati dalam berkreasi. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al A’raaf ayat 55 berikut ini:

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ ﴿٥٥﴾
Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al A’raaf. 55).

Saudaraku,
Disamping harus dilakukan dengan berendah diri dan suara yang lembut pada saat berdo’a sebagaimana penjelasan pada bagian awal ayat 55 dari surat Al A’raaf, perhatikan pula bagian akhir ayat 55 dari surat Al A’raaf tersebut:

... إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ ﴿٥٥﴾
“... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al A’raaf. 55).

Di bagian akhir ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat i’tida‘ (melampaui batas). Maknanya adalah melewati batasan syariat dan pedoman-pedoman yang semestinya harus dipatuhi.

Dalam surat Al Baqarah ayat 229, Allah SWT berfirman:

... تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللهِ فَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٢٢٩﴾
“... Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah. 229).

Larangan berbuat melampaui batas tersebut berlaku umum, artinya mencakup seluruh perbuatan, termasuk larangan berbuat melampaui batas dalam berdoa.

Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

إنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ
Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh akan muncul kaum dari umat ini yang akan berbuat melampaui batas dalam berdoa dan bersuci”. (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Maajah. Dishahîhkan oleh al Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dawud).

Berikut ini beberapa contoh perbuatan melampaui batas (i’tida‘) dalam berdo’a:

1.  Berdo’a kepada selain Allah SWT.

Ini adalah jenis i’tida’ yang paling parah. Tidak ada i’tida’ yang lebih besar dan lebih parah daripada orang yang berdo’a kepada selain Allah atau mempersekutukan sesuatu dengan-Nya dalam berdo’a. Perhatikan firman Allah dalam surat Al Ahqaaf ayat 5 berikut ini:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَومِ الْقِيَـــٰمَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَـــٰــفِلُونَ ﴿٥﴾
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? (QS. Al Ahqaaf. 5).

2.  Berdo’a kepada Allah untuk perkara yang haram

Berdo’a kepada Allah untuk perkara yang haram (perkara yang tidak diperbolehkan), seperti memohon pertolongan untuk melakukan perbuatan haram dan mengerjakan kemaksiatan.

... فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَىٰ أَكْبَرَ مِن ذَٰلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّـــٰـعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ... ﴿١٥٣﴾
“... Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, ...”. (QS. An Nisaa’. 153).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لا يُقبَلَ إِلَّا طَيِّبًا ... (رواه مسلم)
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah ta’ala adalah Maha Baik, (Allah) tidak menerima kecuali yang baik, ...” (HR. Muslim).

3. Memohon kepada Allah sesuatu yang tidak mungkin dikabulkan oleh Allah karena bertentangan dengan sifat hikmah-Nya.

Seperti berdo’a/memohon kepada Allah agar hidup terus-menerus hingga ke alam akhirat (tanpa mengalami kematian). Hal seperti ini mustahil dikabulkan oleh Allah, karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 185:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ... ﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. ...”. (QS. Ali ‘Imran. 185).

Adalah mustahil bagi Allah untuk menghidupkan seorang manusia terus menerus hingga ke alam akhirat (tidak mengalami kematian), meskipun Allah bisa melakukannya. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
“... Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).

Atau berdo’a/memohon sesuatu yang mestinya ditempuh dengan sebab-sebab namun yang bersangkutan enggan untuk melaksanakannya, seperti berdo’a/memohon agar dapat memperoleh anak tanpa menikah, berdo’a/memohon agar dapat hidup sehat tanpa makan dan minum, dst.

Atau berdo’a/memohon sesuatu yang tidak selayaknya, yang menjadi keistimewaan para nabi padahal dia bukan seorang nabi atau memohon sesuatu yang menjadi keistimewaan Allah subhanahu wa ta’ala seperti memohon agar diberi kemampuan untuk bisa mengetahui segala sesuatu atau berkuasa atas segala sesuatu atau memohon agar diperlihatkan sesuatu yang ghaib, dst.

4. Memohon derajat dan martabat yang tidak layak, sementara sunnatullah tidak memungkinkanya untuk dapat meraih hal tersebut. Seperti berdo’a/memohon menjadi malaikat, berdo’a/memohon menjadi nabi dan rasul. Atau berdo’a/memohon supaya menjadi muda kembali setelah memasuki usia tua, dst.

5. Berdoa kepada Allah tidak dengan tadharru’.

Saudaraku,
Tadharru’ berarti ketundukan diri yang sangat. Untuk menggambarkan hal ini, bayangkan seseorang yang tenggelam di tengah lautan dan yang dimilikinya hanyalah sebatang kayu agar tetap terapung. Ia menjadi semakin lemah dan semakin dekat pada kematian. Maka bisa dibayangkan bagaimana tatapan matanya yang penuh harapan menatap ke arah langit sambil berdo’a: Ya Robbi/wahai Tuhanku, Ya Robbi/wahai Tuhanku! Dalam kondisi seperti ini, bisa dibayangkan betapa putus-asanya dan betapa tulusnya ia berdo’a/memohon pertolongan kepada Allah.

Saudaraku,
Seperti itulah yang disebut dengan tadharru di hadapan Allah. Adapun lawan dari tadharru’ adalah sikap angkuh atau menyombongkan diri.

وَلَقَدْ أَرْسَلنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَـــٰــهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ ﴿٤٢﴾
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. Al An ‘aam. 42).

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا ... ﴿٥٥﴾
“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri ...”. (QS. Al A’raaf. 55).

Saudaraku,
Demikianlah uraian singkat tentang seputar do’a, dimana karena do’a adalah salah satu bentuk ibadah ghairu mahdhah, maka terbuka kesempatan bagi kita untuk berkreasi dalam pelaksanaannya.

Meskipun demikian, bukan berarti kita bisa sebebasnya/sesuka hati dalam berkreasi. Dalam berdo’a, disamping harus dilakukan dengan berendah diri dan suara yang lembut, juga tidak boleh melampaui batas (melewati batasan syariat dan pedoman-pedoman yang semestinya harus dipatuhi), sebagaimana uraian di atas.

Sedangkan terkait tentang do’a yang bisa saudaraku amalkan agar apa yang saudaraku inginkan (calon suami yang sholeh) dikabulkan Allah, sebenarnya tidak masalah do’a itu berasal dari siapa saja, apakah dari karangan sendiri atau karangan ulama atau orang lain, selama kandungannya masih sesuai dengan uraian di atas.

Meskipun demikian, ketahuilah bahwa sesungguhnya do’a yang terbaik adalah do’a-do’a yang telah diajarkan/dicontohkan oleh Allah serta Rasul-Nya, yaitu do’a-do’a yang terdapat dalam Al Qur’an maupun Hadits.

Berikut ini lafadz do’a yang bisa saudaraku lakukan agar segera mendapatkan jodoh yang baik seperti yang saudaraku dambakan:

Do’a untuk laki-laki yang ingin segera mendapatkan jodoh:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجَةً طَيِّبَةً أَخْطُبُهَا وَأَتَزَوَّجُ بِهَا وَتَكُوْنُ صَاحِبَةً لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأٰخِرَةِ
Robbi hablii milladunka zaujatan thoyyibatan akhtubuhaa wa atazawwaju bihaa watakuunu shoohibatan lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.

Artinya: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku isteri yang terbaik dari sisi-Mu, isteri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat”.

Do’a untuk wanita yang ingin segera mendapatkan jodoh:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجًا طَيِّبًا وَيَكُوْنُ صَاحِبًا لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأٰخِرَةِ
Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban  wayakuunu shoohiban lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.

Artinya: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat”.

Selain do’a tersebut diatas, untuk mendapatkan jodoh secara islami, saudaraku juga dapat mengamalkan do’a berikut ini:

رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ
Robbi laa tadzarnii fardan wa anta khoirul waaritsiin.

Artinya: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik”.

... رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّــــٰــتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa, wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa.

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqaan. 74).

Surat Al Furqaan ayat 74 selengkapnya adalah sebagai berikut:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّــــٰــتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqaan. 74).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):

(Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami! Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa, dapat pula dibaca secara Mufrad, yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.") yakni pemimpin dalam kebaikan.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Disamping melakukan do’a sebagaimana uraian di atas, perhatikan pula penjelasan Al Qur’an dalam surat An Nuur ayat 26 berikut ini:

الْخَبِيثَـــٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَـــٰتِ وَالطَّـــيِّــبَـــٰتُ لِلطَّـــيِّـبِينَ وَالطَّـــيِّـبُونَ لِلطَّـــيِّــبَـــٰتِ أُوْلَـــٰــئِكَ مُبَرَّؤُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٢٦﴾
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An Nuur. 26).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “

(Wanita-wanita yang keji) baik perbuatannya maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang keji) pula (dan laki-laki yang keji) di antara manusia (adalah buat wanita-wanita yang keji pula) sebagaimana yang sebelumnya tadi (dan wanita-wanita yang baik) baik perbuatan maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang baik) di antara manusia (dan laki-laki yang baik) di antara mereka (adalah untuk wanita-wanita yang baik pula) baik perbuatan maupun perkataannya. Maksudnya, hal yang layak adalah orang yang keji berpasangan dengan orang yang keji, dan orang baik berpasangan dengan orang yang baik. (Mereka itu) yaitu kaum laki-laki yang baik dan kaum wanita yang baik, antara lain ialah Siti Aisyah dan Sofwan (bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka) yang keji dari kalangan kaum laki-laki dan wanita. (Bagi mereka) yakni laki-laki yang baik dan wanita yang baik itu (ampunan dan rezeki yang mulia) di surga. Siti Aisyah merasa puas dan bangga dengan beberapa hal yang ia peroleh, antara lain, ia diciptakan dalam keadaan baik, dan dijanjikan mendapat ampunan dari Allah, serta diberi rezeki yang mulia.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Berdasarkan surat An Nuur ayat 26 di atas, maka apabila memang saudaraku benar-benar ingin mendapatkan jodoh yang baik, saudaraku juga harus demikian pula. Artinya saudaraku juga harus berupaya untuk menjadi orang yang baik pula.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Dengan upaya yang saudaraku lakukan untuk semakin memperbaiki diri/menghiasi diri dengan amal perbuatan yang mulia (dengan menjaga sholat, menjaga lisan, menjaga aurat dari pandangan orang lain yang tidak berhak, dst), semoga nantinya Allah akan mempertemukan saudaraku dengan suami yang sholih juga, sebagaimana janji Allah dalam surat An Nuur ayat 26 di atas. Dan semoga pengalaman buruk di masa lalu, tidak akan pernah terulang kembali. Amin, ya rabbal ‘alamin! (Do’aku mengiringi perjuangan saudaraku).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Tanggapan beliau:

Amin ya robbal' alamin. In sya Allah kiranya dapat dimengerti dan dapat kami fahami pemaparan Pak Imron di atas. Alhamdulillah, telah diberi ilmu yang amat bermanfaat, in sya Allah kami amalkan Pak Imron. Jazakallahu khosiron katsir, Pak Imron. Terimakasih juga telah mendapatkan nasehat yang amat sangat bermanfaat sebagai introspeksi diri kami yang penuh keterbatasan ini.

Semalam saya merenung, saya harus perbaiki diri, mungkin selama ini saya banyak kekeliruan akibat ketidakfahaman. Saya ingin hijrah dulu, karena untuk mendapatkan laki-laki (yang) baik, mungkin dari diri sendiri dulu harus baik, nggih Pak Imron? Uraian Pak Imron membuat saya terhenyak dan saya mencoba untuk flashback akan diri saya selama ini.

Demikian dialog ini,
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞