Assalamu’alaikum wr. wb.
Berikut ini kelanjutan dari artikel “Mengkaji Pemikiran
Orang Liberal Tentang Seputar Masalah Menutup Aurat Bagi
Wanita (II)”:
Saya pribadi setuju dengan pendapat YW itu yang dibully
netizen tentang caranya memakai kerudung, cerdas dan mempunyai wawasan
keagamaan yang luas adalah seperti YW.
Dalam tulisan tersebut, penulis menyatakan bahwa YW
adalah orang yang cerdas dan mempunyai wawasan keagamaan yang luas.
Saudaraku,
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa setiap
muslim harus berpegang pada Al Qur’an dan Hadits (artinya Al Qur’an dan Hadits
harus menjadi rujukan utama bagi setiap muslim). Siapapun, bahkan ‘ulama’
sekalipun, jika mereka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai/bertentangan dengan
Al Qur’an dan Hadits, silahkan ditinggalkan. Sedangkan jika sesuai/tidak
bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, silahkan diikuti (baca kembali
penjelasan Al Qur’an dalam surat Ibrahim ayat 52 di atas).
Terkait hal ini (untuk menilai apakah benar bahwa YW
adalah orang yang cerdas dan mempunyai wawasan keagamaan yang luas), maka
perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 269
berikut ini:
يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ
فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“Allah menganugerahkan al
hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).
Saudaraku,
Perhatikanlah penjelasan Al Qur’an pada bagian akhir ayat di atas:
... وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“... Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).
Jelas dan tegas penjelasan Al Qur’an dalam surat Al
Baqarah pada bagian akhir ayat 269 di atas, bahwa hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah (Al
Qur’an). Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang cerdaslah
yang dapat mengambil pelajaran dari Al Qur’an.
Dan hal ini sekaligus juga menunjukkan kebalikan dari hal
ini, bahwa hanya orang-orang yang tidak menggunakan akalnya (alias hanya orang-orang yang
bodohlah) yang tidak mau mengambil pelajaran dari Al Qur’an, karena mereka
lebih mengedepankan kemampuannya sendiri (tanpa menyandarkan kepada Al Qur’an)
dalam menilai suatu perkara.
Mengapa demikian?
Karena pada dasarnya pengetahuan manusia itu
sangatlah terbatas.
... وَمَا أُوتِيتُم مِّن
الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Belum lagi
untuk urusan alam ghaib. Tentang roh misalnya, teramat sedikitlah yang kita
ketahui. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Israa’ ayat 85 berikut
ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ
رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al
Israa’. 85).
Bahkan seandainya tanpa pertolongan-Nya, kita umat
manusia benar-benar tidak mengetahui apa-apa sama sekali. Kalaupun kita bisa
mengetahui sesuatu, hal itu tidak lain hanyalah karena Allah telah mengajarkan
kepada kita, karena Allah telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kita.
وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَـــٰــتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ
وَالْأَبْصَـــٰــرَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl. 78).
عَلَّمَ الْإِنسَـــٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al ‘Alaq. 5).
Saudaraku,
Hal itu semua semakin menegaskan bahwa ilmu
yang kita miliki benar-benar sangat terbatas. Dan karena keterbatasan ilmu yang kita miliki tersebut,
maka seringkali apa yang menurut kita baik, bisa jadi justru buruk buat kita.
Sebaliknya, apa yang bagi kita terlihat buruk, bisa jadi sesungguhnya justru
baik buat kita.
... وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ
يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
“... Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”. (QS. Al Baqarah. 216).
Saudaraku,
Uraian di atas semakin menegaskan bahwa hanya orang-orang
yang bodohlah yang tidak mau mengambil pelajaran dari Al Qur’an, karena mereka
lebih mengedepankan kemampuan sendiri (tanpa menyandarkan kepada Al Qur’an)
dalam menilai suatu perkara, padahal pengetahuan manusia itu sangatlah
terbatas.
Sehingga dengan mudah kita simpulkan bahwa pendapat
penulis artikel di atas yang menyatakan bahwa YW adalah orang yang cerdas dan
mempunyai wawasan keagamaan yang luas adalah pendapat/klaim sepihak dari
penulis artikel itu sendiri yang sama sekali tidak berdasar.
Kecuali untuk urusan-urusan yang bersifat keduniaan
(urusan disiplin ilmu tertentu atau pengetahuan tertentu di luar ilmu agama,
seperti ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu peternakan, dll). Perhatikan
penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut
ini:
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ كِلَاهُمَا عَنْ
الْأَسْوَدِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عَائِشَةَ وَعَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ فَقَالَ لَوْ لَمْ تَفْعَلُوا لَصَلُحَ
قَالَ فَخَرَجَ شِيصًا فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ مَا لِنَخْلِكُمْ قَالُوا قُلْتَ
كَذَا وَكَذَا قَالَ أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ. (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abu Syaibah dan 'Amru An Naqid seluruhnya dari Al Aswad bin 'Amir;
Abu Bakr berkata; Telah menceritakan kepada kami Aswad bin 'Amir; Telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Hisyam bin 'Urwah dari
Bapaknya dari 'Aisyah dan dari Tsabit dari Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu
beliau bersabda: “Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap)
baik”. Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak.
Hingga suatu saat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati mereka lagi dan
melihat hal itu beliau bertanya: “Ada apa dengan pohon kurma kalian?” Mereka
menjawab: “Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu?” Beliau lalu
bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”. (HR. Muslim).
Saudaraku,
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
tanggapan tentang cara mengawinkan pohon kurma supaya berbuah, bisa jadi petani
kurma itu telah menganggap bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah
memasukkan otoritas agama untuk urusan duniawi di mana beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mendapatkan wahyu atau kewenangan untuk itu.
Tapi ternyata dalam masalah
menanam kurma tersebut,
pendapat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam keliru. Pohon kurma itu malah
menjadi mandul. Maka para petani kurma tersebut
mengadu lagi kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meminta pertanggungjawaban
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyadari kesalahan
tanggapannya waktu itu dan dengan rendah hati berkata: “Kalau itu
berkaitan dengan urusan agama ikutilah aku, tetapi kalau itu berkaitan dengan
urusan dunia kamu, maka:
antum a’lamu bi umuri dunyaakum (kamu
sekalian lebih mengetahui urusan duniamu)”.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
mengakui keterbatasannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah penentu untuk segala
hal. Rasul bukanlah orang yang paling tahu untuk segala hal. Bahkan untuk
urusan dunia di jaman beliau-pun, beliau bukanlah
orang yang paling tahu.
Jadi tidak mungkin jika kita
menuntut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengetahui segala
sesuatu hal tentang urusan dunia. Apalagi kalau mengurusi urusan kita di jaman
modern ini. Lhawong di jamannya saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa
ada hal-hal yang tidak beliau pahami dan hendaknya tidak mengikuti pendapat
beliau dalam “urusan
duniamu”
tersebut.
Saudaraku,
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
hanya memberikan tanggapan mengapa mesti kurma itu dikawinkan segala, mengapa
tidak dibiarkan begitu saja secara alami. Permasalahan kurma tersebut tumbuh
dalam keadaan rusak tidaklah terkait dengan tanggapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sedangkan makna perkataan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “wa antum a’lamu bi amri dunyakum (dan kamu sekalian
lebih mengetahui urusan-urusan duniamu)”
, yang dimaksud “urusan dunia” di sini
adalah khusus
urusan disiplin ilmu tertentu atau pengetahuan tertentu di luar ilmu agama,
seperti dalam hadits tersebut adalah ilmu pertanian, ilmu pengetahuan manusia
dalam membantu perkawinan kurma.
♦ RN.
Waktu pengalamannya ke Jepang, RN (artis yang melepaskan
jilbab itu) menjelaskan tentang kehidupan di Jepang yang tanpa agama, dimana RN
tertarik dengan sikap orang Jepang yang menjunjung tinggi nilai moral dan
kemanusiaan tanpa percaya agama tertentu. (Tribunnews).
Saudaraku,
Beliau
menulis mengenai keadaan sebenarnya yang terjadi di Jepang. Hal ini membungkam
pernyataan RN
yang viral tersebut. Berikut
tulisan lengkap Muhamad Yusup,
diambil dari akun facebook pribadinya:
Datang 2-3 hari ke Jepang lalu bikin heboh di Indonesia, itu rasanya nggak fair.
Singgahlah beberapa tahun di Jepang, 5-10 tahunan gitu, biar tahu
luar dalamnya.
Sayapun jatuh hati dengan negara ini, tetapi
marilah kita memandang segala sesuatu dengan dua sisi, dunia dan
akhirat.
Jepang
bukan hanya soal kebersihan, keamanan, ketertiban, bebas macet dan kenyamanan. Tapi ada juga banyak
cerita tentang hati yang kosong dan angka bunuh diri yang tinggi (20.000 – 30.000/th).
Tampak hebat secara social,
tetapi banyak yang gagal secara individu.
Banyak orang yang
menimbun sampah di dalam kamarnya, setiap saat saya menyaksikan senior yang membully
juniornya sehingga banyak yang
putus kerja,
depresi padahal untuk sampai kerja sudah berjuang di sekolah bertahun-tahun,
atau bahkan orangtua dirawat di rumah sakit dan di panti jompo yang kehilangan kasih
sayang anaknya, jangankan nungguin saat di rawat di rumah sakit, menjengukpun
jarang.
Kalau mau menjelaskan tentang kehidupan di Jepang yang tanpa agama, lihatlah
dua sisi. Maka akan nampak unggul dengan urusan dunia, tetapi tidak dengan
urusan akhirat.
Tulisan ini bukan untuk ditunjukkan ke seseorang itu aja, belum tentu orangnya
juga baca tulisan ini. Dan
saya mah siapa atuh, tapi saya hanya ingin adik-adik saya, sahabat dan kenalan
lainnya tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran
liberal, sekuler dan semacamnya.
Poto di bawah ini (mohon maaf, fotonya tidak saya sertakan dalam artikel
ini/Imron Kuswandi M) adalah
poto shinkansen,
transportasi hebat kebanggaan Jepang. Fasilitas shinkansen layaknya pesawat, ada first class
dan ekonominya juga, ada ruang makan, ruang tidur dan bahkan sekarang
ada kolam air panasnya.
Kecepatan
tertingginya bisa mencapai 300 km/jam. Perbandingan dengan transportasi
lainnya, jika dengan bus kota tanpa
macet menghabiskan waktu sekitar 8 Jam, dengan shinkansen cukup sekitar 2,5
Jam. Tetapi
percayalah, kita tidak bisa menggunakan shinkansen saat nyebrang di jembatan
Shirathal
Mustaqim. Wallahu A'lam Bishawab.
Saya pribadi setuju dengan pendapat RN, sebagian orang
yang mengaku paling agamis ternyata akhlak, moral, kelakuan dan kemanusiaan
mereka sangat hancur, contoh paling mudah adalah kelompok Islam radikal di
Indonesia, demo berjilid-jilid dengan memperalat agama dan memprovokasi,
membodohi masyarakat.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa lagi-lagi telah terjadi penafsiran
sesuka hatinya sendiri dalam pernyataan tersebut.
Pertama: pendapat RN tersebut sudah terbantahkan oleh
tulisan seorang warganet Mohamad Yusup, yang pernah tinggal
bertahun-tahun di Jepang.
Kedua: pernyataan beliau bahwa “orang yang mengaku paling
agamis ternyata akhlak, moral, kelakuan dan kemanusiaan mereka sangat hancur”,
jelas-jelas ini adalah klaim sepihak dari yang bersangkutan.
Saudaraku,
Sebagaimana sudah telah kujelaskan sebelumnya, bahwa pada
dasarnya pengetahuan
manusia itu sangatlah terbatas. Dan karena keterbatasan ilmu yang kita miliki, maka
seringkali apa yang menurut kita baik, bisa jadi justru buruk buat kita.
Sebaliknya, apa yang bagi kita terlihat buruk, bisa jadi sesungguhnya justru
baik buat kita.
Hal ini semakin diperparah dengan adanya pengaruh hawa
nafsu dan syaitan yang senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi
kita untuk berbuat kebaikan.
... إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٣﴾
“..., karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf. 53).
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٣٧﴾
Dan sesungguhnya
syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf. 37).
Ditambah lagi dengan sumpah Iblis dihadapan Allah yang akan
menjadikan kita umat manusia memandang baik perbuatan-perbuatan
ma`siat di muka bumi ini (yang semuanya itu Iblis lakukan dalam rangka untuk menyesatkan
umat manusia semuanya).
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي
الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39).
Saudaraku,
Dari rangkaian uraian di atas, nampaklah bahwa dengan
keterbatasan ilmu yang dimiliki, kita umat manusia seringkali tidak bisa
membuat rencana/keputusan yang tepat sehingga apa yang dalam pandangan kita
terlihat baik, bisa jadi sesungguhnya justru buruk buat kita. Sebaliknya, apa
yang menurut kita buruk, bisa jadi sesungguhnya justru baik buat kita.
Belum lagi adanya pengaruh hawa nafsu dan syaitan yang
senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi kita untuk berbuat
kebaikan. Ditambah lagi dengan sumpah Iblis dihadapan
Allah yang akan menjadikan kita umat manusia memandang baik perbuatan-perbuatan
ma`siat di muka bumi ini. Sehingga jika kita hanya menyandarkan kepada
kemampuan ilmu yang kita miliki, maka rencana-rencana/keputusan-keputusan yang
kita buat hampir pasti akan berdampak buruk buat kita, meski dimata kita
terlihat baik.
Untunglah masih ada Allah yang teramat menyayangi kita
umat manusia.
Saudaraku,
Karena begitu sayangnya Allah kepada kita umat manusia,
maka dari rencana-rencana/keputusan-keputusan yang kita buat yang hampir pasti
akan berdampak buruk buat kita, Allah akan ganti dengan yang lebih baik.
Mengapa demikian? Karena Allah yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu, pasti lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita dan Allah
juga lebih mengetahui apa-apa yang berdampak buruk buat kita umat manusia.
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَـــٰتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَـــٰبٍ مُّبِينٍ ﴿٥٩﴾
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan
tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al An’aam. 59).
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).
Sekali lagi, karena Allah ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu, pasti Allah lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita dan Allah
juga lebih mengetahui apa-apa yang berdampak buruk buat kita umat manusia.
Tidak mungkin Allah bermaksud buruk/bermaksud untuk
mencelakakan kita umat manusia, karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana,
sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ
الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa
atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sedangkan
Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an
dalam surat Ar Ruum ayat 6:
... لَا يُخْلِفُ
اللهُ وَعْدَهُ وَلَـــٰـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
“... Allah
tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(QS. Ar Ruum. 6).
Sehingga jika dalam tulisan di atas penulis menyatakan
bahwa “sebagian orang yang mengaku paling agamis ternyata akhlak, moral,
kelakuan dan kemanusiaan mereka sangat hancur”, jelas-jelas ini adalah klaim
sepihak dari yang bersangkutan yang tidak berdasar sama sekali. Yang terjadi
justru sebaliknya, dimana bagi siapa saja yang berlepas diri dari agama, maka
pada akhirnya hanya kehancuranlah yang akan mereka dapati.
Penulis artikel tersebut juga menyatakan bahwa ada
kelompok Islam radikal di Indonesia yang melakukan demo berjilid-jilid dengan
memperalat agama dan memprovokasi, membodohi masyarakat.
Saudaraku,
Sungguh, hal ini benar-benar sebuah tuduhan yang sangat keji. (Na’udzubillahi
mindzalika!).
Pertama: tidak ada yang namanya Islam radikal maupun
Islam-islam yang lainnya (Islam Nusantara, Islam moderat, dll). Karena hanya ada satu Agama Islam!
Dalam surat Al An’aam ayat 159, diperoleh penjelasan
bahwa dalam Islam, berpecah-belah dan membuat kelompok-kelompok sendiri,
hukumnya adalah haram. Oleh karenanya tidak boleh ada muslim dengan nama yang
berbeda-beda. Karena yang benar hanya ada muslim saja, tanpa adanya tambahan
lainnya.
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا
لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم
بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ ﴿١٥٩﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan
mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung
jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada
Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat”. (QS. Al An’aam. 159).
Saudaraku,
Al Qur’an telah menjelaskan bahwa kita tidak boleh
terpecah-belah. Karena hanya ada satu
Agama Islam.
... فَقُولُواْ اشْهَدُواْ
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٦٤﴾
“... maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang Muslim2". (QS. Ali ‘Imraan.
64).
Ya, Al Qur’an menjelaskan bahwa
hanya ada satu Agama Islam. Al Qur’an tidak pernah menjelaskan adanya Islam
versi ini dan versi itu.
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا ... ﴿٣﴾
“… Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu ...”. (QS.
Al Maa-idah. 3).
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الْإِسْلَــٰمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـــٰبَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا
بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَـــٰتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٩﴾
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali ‘Imraan. 19).
Kedua: penulis artikel tersebut menyatakan bahwa kelompok
Islam radikal di Indonesia yang melakukan demo berjilid-jilid dengan memperalat
agama dan memprovokasi, membodohi masyarakat.
Sekali lagi, ini benar-benar sebuah tuduhan yang sangat keji. (Na’udzubillahi
mindzalika!).
Mereka saudara-saudara kita tersebut hanya berupaya untuk
membela Agama Allah, karena melihat respon penguasa yang sangat lambat dalam
menangani kasus/tindakan penistaan terhadap Agama Islam yang telah dilakukan
oleh seorang oknum pejabat tinggi di Ibukota.
Mereka saudara-saudara kita tersebut sama sekali tidak
memperalat agama dan memprovokasi serta membodohi masyarakat. Mereka hanya
ingin membela (agama) Allah dan hal ini mereka lakukan karena memang ada
perintah dari Allah untuk membela agama-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ
يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad.
7).
... وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن
يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
“... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa”. (QS. Al Hajj. 40).
{ Bersambung; tulisan ke-3 dari 6
tulisan }