Assalamu’alaikum wr. wb.
Saat menyampaikan kajian rutin untuk mahasiswa di Universitas
Trunojoyo Madura (UTM), seorang mahasiswa telah bertanya: ”Pak Imron,
alhamdulillah saya sudah mulai belajar untuk selalu istiqomah di jalan Allah. Namun seringkali saya gagal. Yang ingin saya
tanyakan adalah bagaimana caranya agar kita dapat selalu istiqomah di jalan Allah?”.
Adikku yang dicintai Allah,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ada tiga hal yang jika
ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman:
(1) hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai daripada yang lain, kemudian
(2) hendaklah kita mencintai seseorang serta tidak mencintainya melainkan karena
Allah, dan (3) hendaklah kita benci untuk kembali kepada kekufuran setelah
Allah selamatkan kita dari kekufuran itu sebagaimana kita benci untuk
dilemparkan ke dalam neraka. Demikian penjelasan dari sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ
إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه
البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya
dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia
cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai seseorang serta
tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk
kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu
sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Adikku yang dicintai Allah,
Agar kita bisa semakin mencintai-Nya (melebihi cinta kita
kepada yang lain), maka kita musti banyak-banyak menyebut dan mengingat diri-Nya.
Dengan mencintai Allah melebihi yang lain, semoga Allah akan
menjadikan kita cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati
kita serta menjadikan kita benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan sebagai
karunia dan ni`mat dari Allah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـــٰــتُهُ زَادَتْهُمْ إِيـمَــٰــنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَـــٰـهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَـــٰتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٤﴾
(2) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman2)
itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”, (3)
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka”. (4) “Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia”. (QS. Al Anfaal. 2 – 4).
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ
فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَـــٰــكِنَّ اللهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيـمَـــٰنَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ
الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَـــٰــئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿٧﴾ فَضْلًا مِّنَ اللهِ
وَنِعْمَةً وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٨﴾
(7) “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada
Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan
benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta
kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan
kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”, (8) “sebagai
karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS.
Al Hujuraat. 7 – 8).
Adikku yang dicintai Allah,
Jika hal itu sudah terpateri dalam diri kita, niscaya kita
akan mendapatkan manisnya iman. Makna dari “manisnya iman” adalah merasakan
kelezatan didalam ketaatan dan mengemban beban-beban dalam mendapatkan ridho
Allah dan Rasul-Nya serta lebih mendahulukan keridhoan tersebut daripada
perhiasan-perhiasan dunia.
وَعَدَ اللهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَـــٰتِ جَنَّــــٰتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَـٰـــرُ خَـــٰــلِدِينَ فِيهَا وَمَسَـــٰــكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّــــٰتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٧٢﴾
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki
dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga
`Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS.
At Taubah. 72).
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an pada bagian akhir ayat 72
dalam surat At Taubah di atas:
...
وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٧٢﴾
“... Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS.
At Taubah. 72).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “... (Dan keridaan Allah adalah lebih besar)
lebih agung daripada kesemuanya itu (itu adalah keberuntungan yang besar)”.
Sekali lagi, jika hal itu semua sudah terpateri dalam
diri kita, niscaya kita akan mendapatkan manisnya iman. Makna dari “manisnya
iman” adalah merasakan kelezatan didalam ketaatan dan mengemban beban-beban
didalam mendapatkan ridho Allah dan Rasul-Nya serta lebih mendahulukan keridhoan
tersebut daripada perhiasan-perhiasan dunia, karena ridho Allah adalah lebih
baik dari dunia seisinya, bahkan lebih baik dari surga (baca kembali penjelasan
surat At Taubah ayat 72 di atas).
Adikku yang dicintai Allah,
Sudah menjadi tabiat manusia, bahwa ketika seseorang
telah merasakan kelezatan/kenikmatan terhadap sesuatu, maka dia akan cenderung
untuk berusaha agar kelezatan/kenikmatan itu bisa terus bersemayam dalam
dirinya. Ketika seseorang telah merasakan kelezatan/kenikmatan terhadap
sesuatu, maka tanpa dia sadari, dia akan berusaha agar kelezatan/kenikmatan itu
bisa terus bertahan dan tak akan pernah meninggalkannya.
Demikian juga halnya ketika seseorang telah merasakan kelezatan/kenikmatan/manisnya
iman, maka dia juga akan cenderung untuk berusaha agar kelezatan/kenikmatan itu
bisa terus bersemayam dalam dirinya. Ketika seseorang telah merasakan kelezatan/kenikmatan/manisnya
iman, maka tanpa dia sadari, dia akan berusaha agar kelezatan/kenikmatan/manisnya
iman itu bisa terus bertahan dan tak akan pernah meninggalkannya. Dan jika hal
ini yang terjadi, maka tanpa dia sadari, sesungguhnya dia telah menjadikan
dirinya untuk selalu istiqomah di jalan
Allah.
Sekali lagi, jika hal ini yang terjadi, maka tanpa dia
sadari, sesungguhnya dia telah menjadikan dirinya untuk selalu istiqomah di jalan Allah. Sedangkan orang
yang selalu istiqomah di jalan
Allah, maka sudah pasti Allah dan Rasul-Nya akan lebih dia cintai
daripada yang lain. Dan karena Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada yang
lain, maka dia akan merasakan bahwa sebesar apapun pengorbanan
yang dia berikan, tetap akan terasa kecil. Bahkan hingga seluruh
jiwa dan raga-pun dia korbankan, tetap saja akan terasa kecil.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
(162) Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, (163) tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 162 – 163).
Dan karena Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada yang
lain, maka dia juga akan menjadi tergantung kepada-Nya. (Pada kenyataannya,
kita dan semua makhluk memang sangat bergantung kepada-Nya).
اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
“Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlash. 2).
Adikku yang dicintai Allah,
Sudah menjadi tabiat manusia pula, bahwa ketika seseorang
telah merasakan kelezatan/kenikmatan terhadap sesuatu, maka dia akan cenderung
untuk mengulang-ulang hal itu sehingga kelezatan/kenikmatan tersebut semakin
meresap dalam dirinya.
Demikian juga halnya ketika seseorang telah merasakan kelezatan/kenikmatan/manisnya
iman, maka dia juga akan cenderung untuk mengulang-ulang hal itu sehingga kelezatan/kenikmatan/manisnya
iman tersebut semakin meresap dalam dirinya sehingga tanpa dia sadari, hal ini
telah membuat cintanya kepada Allah
dan Rasul-Nya benar-benar mengakar (kokoh, kuat menghunjam, tidak mudah goyah/tidak
mudah tercerabut oleh segala tipu daya syaitan).
اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَـــٰــبًا مُّتَشَــٰـبِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ
مِنْ هَادٍ ﴿٢٣﴾
“Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang3), gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorangpun pemberi petunjuk baginya”. (QS. Az Zumar: 23).
Adikku menyatakan bahwa adikku sudah mulai belajar untuk
selalu istiqomah di jalan Allah, namun
seringkali gagal. Mengapa demikian?
Adikku yang dicintai Allah,
Ketahuilah bahwa Allah juga telah mengingatkan
kita, bahwa sesungguhnya syaitan itu akan selalu berupaya mendatangi kita dari
segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita.
قَالَ
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ
لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَـــٰــنِهِمْ
وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَـٰــكِرِينَ ﴿١٧﴾
(16) Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus, (17) kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at). (QS. Al A’raaf.
16 – 17).
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي
الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
(39) “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,” (40) ”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis1) di antara
mereka". (QS. Al Hijr. 39 – 40).
Oleh karena itu, tetaplah
berpegang pada tali-Nya yang tak akan mungkin putus, kecuali kita sendiri yang melepaskannya.
وَمَن
يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَىٰ وَإِلَى اللهِ عَـــٰـقِبَةُ الْأُمُورِ ﴿٢٢﴾
”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”.
(QS. Luqman. 22).
Semoga bermanfaat.
NB.
1) Yang
dimaksud dengan “mukhlis” ialah orang-orang yang diberi taufiq untuk mentaati
segala petunjuk dan perintah Allah.
2) Yang
dimaksud di sini adalah orang-orang yang sempurna imannya.
3) Yang
dimaksud dengan berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan
kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Qur’an supaya lebih kuat
pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa (yang
dimaksud dengan berulang-ulang di sini) ialah bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu
diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Fatihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar