Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat
17 berikut ini:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman. 17).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu.
(Sesungguhnya yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (termasuk
hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut
merupakan hal-hal yang wajib. (QS. Luqman. 17).
Tafsir Ibnu Katsir:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ ... ﴿١٧﴾
Hai Anakku, dirikanlah salat ... (Luqman: 17). Sesuai
dengan batasan-batasannya, fardu-fardunya, dan waktu-waktunya.
... وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ
عَنِ الْمُنكَرِ ...﴿١٧﴾
... dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar ... (Luqman: 17). Sesuai dengan
kemampuanmu dan menurut kesanggupan kekuatanmu.
... وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ... ﴿١٧﴾
... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu ... (Luqman:
17)
Perlu kamu ketahui bahwa dalam mengerjakan amar
ma'ruf dan nahi munkar terhadap manusia, pasti kamu akan beroleh gangguan
dan perlakuan yang menyakitkan dari mereka. Karena itulah kamu harus
bersabar terhadap gangguan mereka. Luqman menasihati anaknya untuk bersabar
dalam menjalankan perintah amar ma'ruf dan nahi munkar itu.
...إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
... Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (Luqman: 17). Sesungguhnya bersikap sabar dalam
menghadapi gangguan manusia benar-benar termasuk hal yang diwajibkan oleh
Allah.
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat
17 di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap dakwah yang benar, pasti akan
ada yang merintanginya. Pasti
ada yang menghalangi, pasti ada yang menentangnya, pasti ada yang mendebat, dan pasti
ada yang membuat orang ragu untuk menerimanya.
وَقَالَ
الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَـــٰـذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
﴿٣٠﴾ وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِينَ
وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا ﴿٣١﴾
(30) Berkatalah Rasul: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak
diacuhkan". (31) Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap
nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi
petunjuk dan Penolong. (QS. Al Furqaan. 30 – 31).
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللهِ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبٌ ﴿٢١٤﴾
”Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat”. (QS. Al Baqarah. 214).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin
As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
Ayat berikut diturunkan
mengenai susah payah yang menimpa kaum muslimin: (Ataukah), maksudnya apakah
(kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga. Padahal belum) maksudnya belum
(datang kepadamu seperti) yang datang (kepada orang-orang yang terdahulu
sebelum kamu) di antara orang-orang beriman berupa bermacam-macam cobaan, lalu
kamu bersabar sebagaimana mereka bersabar? (Mereka ditimpa oleh); kalimat ini
menjelaskan perkataan yang sebelumnya (malapetaka), maksudnya kemiskinan yang
memuncak, (kesengsaraan) maksudnya penyakit, (dan mereka diguncang) atau
dikejutkan oleh bermacam-macam bala, (hingga berkatalah) baris di atas atau di
depan artinya telah bersabda (Rasul dan orang-orang yang beriman yang
bersamanya) yang menganggap terlambatnya datang bantuan disebabkan memuncaknya
kesengsaraan yang menimpa mereka, ("Bilakah) datangnya (pertolongan Allah)
yang telah dijanjikan kepada kami?" Lalu mereka mendapat jawaban dari
Allah, ("Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat")
kedatangannya. (QS. Al Baqarah. 214).
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَــٰهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّـــٰبِرِينَ وَنَبْلُوَ
أَخْبَارَكُمْ ﴿٣١﴾
Dan sesungguhnya Kami
benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad
dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal
ihwalmu. (QS. Muhammad. 31)
Saudaraku,
Dalam setiap dakwah, pasti
tidak akan pernah sepi dari ujian dan cobaan. Para Nabi dan Rasul serta
orang-orang yang menyertainya akan selalu berhadapan dengan penentang dan
penolak dakwah. Adalah suatu hal yang mustahil mengharapkan ujian dakwah hilang
dari pentas kehidupan dalam berdakwah.
وَإِذْ
يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَــٰـكِرِينَ ﴿٣٠﴾
Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu
daya. ( QS. Al Anfaal. 30).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Dan) ingatlah hai Muhammad (ketika orang-orang kafir
Quraisy merencanakan tipu muslihat terhadap dirimu) mereka mengadakan pertemuan
di Darun Nadwah tempat mereka bermusyawarah guna mengadakan makar terhadap
dirimu (untuk menangkapmu) untuk mengikatmu dan memenjarakanmu (atau
membunuhmu) di mana mereka secara beramai-ramai membunuhmu (atau mengusirmu)
dari Kota Mekah. (Mereka merencanakan tipu muslihat) terhadap dirimu (akan
tetapi Allah menggagalkan rencana mereka dengan cara memberikan pemberitahuan
kepadamu melalui wahyu-Nya akan rencana mereka dan Dia memerintahkan kamu untuk
keluar terlebih dahulu. (Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu muslihat). Dia
Maha Mengetahui tentang tipu muslihat.
( QS. Al Anfaal. 30).
♦ Adanya fenomena penolakan/pemberangusan dakwah oleh
sekelompok masyarakat/sebagian ormas di sejumlah daerah
Saudaraku,
Sebagai sesama muslim, tentunya kita sangat sedih melihat
fenomena di negeri kita akhir-akhir ini (tahun 2018-an), dimana ada sekelompok
masyarakat/sebagian ormas yang dengan semena-mena telah
menggagalkan/memberangus dakwah Islam. Kasus terakhir yang lagi viral, upaya
dakwah yang akan dilakukan oleh Ust. Abd. Somad, Lc., MA. telah
digagalkan/diberangus oleh sekelompok masyarakat/sebagian ormas, bahkan diusir
di sejumlah daerah.
Saudaraku,
Rintangan dakwah seperti ini (yaitu adanya sekelompok
masyarakat yang dengan semena-mena telah menggagalkan/memberangus dakwah
Islam), ternyata sudah Allah beritakan kepada kita berabad-abad yang lalu.
Perhatikan penjelasan Allah dalam surat Al Munaafiqun ayat 7 berikut
ini:
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا
تُنفِقُوا عَلَىٰ مَنْ عِندَ رَسُولِ اللهِ حَتَّىٰ يَنفَضُّوا وَلِلّٰهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَلَـــٰــكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ
﴿٧﴾
Mereka
orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu
memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi
Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan
Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak
memahami. (QS. Al Munaafiqun. 7)
Sedangkan rintangan dakwah berupa pengusiran yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat/sebagian ormas di sejumlah daerah, juga
telah dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekitar 14 abad
yang lalu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika meninggalkan Mekkah menuju Madinah karena pengusiran kaumnya dalam
hadits berikut ini:
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَدِيِّ ابْنِ حَمْرَاءَ الزُّهْرِيِّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفًا عَلَى الْحَزْوَرَةِ فَقَالَ وَاللهِ إِنَّكِ
لَخَيْرُ أَرْضِ اللهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللهِ إِلَى اللهِ وَلَوْلَا أَنِّي
أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ. (رواه الترمذى)
Qutaibah menceritakan kepada
kami, Laits menceritakan kepada kami, dari Uqail, dari Zuhri, dari Abu Salamah,
dari Abdullah bin Adi bin Hamra' Az-Zuhri, ia berkata, Aku melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berdiri di Hazwarah, kemudian beliau bersabda: “Demi Allah,
sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang terbaik dan bumi Allah yang paling
dicintai oleh Allah. Seandainya aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak akan
keluar”. (HR. At-Tirmidzi).
♦ Sikap
kita dalam menghadapi berbagai rintangan dalam berdakwah
Saudaraku,
Tak perlu kita risau manakala dakwah kita ditolak di
sejumlah daerah/masyarakat, karena bisa jadi dakwah kita justru dirindukan oleh
masyarakat di daerah lain, sebagaimana dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang ditolak (bahkan diusir) oleh masyarakat Mekkah, namun malah
mendapat sambutan hangat oleh masyarakat Madinah.
Oleh karena itu, kita harus sabar dalam menghadapinya
(dalam menghadapi berbagai rintangan dakwah tersebut), sebagaimana perintah
Allah dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini:
... وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ... ﴿١٧﴾
... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu ... (Luqman:
17)
Saudaraku,
Kita harus sabar dalam menghadapi berbagai rintangan
dakwah tersebut, sampai datang pertolongan Allah kepada kita.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَوٰةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ
عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن
ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴿٢٨﴾
”Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al
Kahfi. 28).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
(Dan bersabarlah kamu) tahanlah dirimu (bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan
mengharap) melalui ibadah mereka itu (keridaan-Nya) keridaan Allah swt.,
bukannya karena mengharapkan sesuatu daripada kebendaan duniawi sekali pun
mereka adalah orang-orang miskin (dan janganlah berpaling) jangan kamu
memalingkan (kedua matamu dari mereka) (karena mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingat Kami) maksudnya dilalaikan hatinya daripada Alquran, dan orang
yang dimaksud adalah Uyaynah bin Hishn dan teman-temannya (serta memperturuti
hawa nafsunya) yaitu melakukan perbuatan yang memusyrikkan (dan adalah
keadaannya itu melewati batas) terlalu berlebih-lebihan. (QS. Al Kahfi. 28).
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَىٰ مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّىٰ أَتَـــٰـهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـــٰتِ اللهِ وَلَقدْ جَاءَكَ مِن نَّبَإِ ىْ الْمُرْسَلِينَ
﴿٣٤﴾
Dan sesungguhnya telah didustakan
(pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan
dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan
Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu. (QS.
Al An’aam. 34).
Dalam Tafsir Imam Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa ayat
tersebut merupakan penghiburan dan ta’ziyah bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam lantaran didustakan oleh kaumnya. Ayat ini juga merupakan perintah
bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar bersabar seperti sabarnya para
ulul ‘azmi dan merupakan janji dari Allah, yaitu akan diberi pertolongan dan
kemenangan seusai didustakan dan disakiti, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al
Mujaadilah ayat 21 berikut ini:
كَتَبَ اللهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَاْ وَرُسُلِي إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
﴿٢١﴾
Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al Mujaadilah.
21).
♦ Sikap kita dalam menghadapi sebagian masyarakat yang
menentang/meninggalkan dakwah kita
Saudaraku,
Apabila kita menyampaikan dakwah kemudian sebagian
diantara mereka meninggalkan dakwah kita (bahkan menentang dakwah yang kita
sampaikan), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka para Nabi itu telah
menyampaikan dakwah kepada ummatnya tanpa meminta
upah sedikitpun. Mereka para Nabi itu hanyalah berharap upah dari Allah semata,
karena upah dari Allah adalah lebih baik dan Dia adalah Pemberi rezki Yang
Paling Baik.
Perhatikan petunjuk yang diberikan Allah SWT. ketika kita
menghadapi situasi yang sulit seperti ini:
فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا
عَلَى اللهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٧٢﴾
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak
meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah
belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah
diri (kepada-Nya)". (QS. Yunus. 72).
Sedangkan terhadap saudara-saudara kita yang telah
meninggalkan dakwah kita, tentunya kita tidak boleh memandang rendah mereka.
Karena ketika kita sedang memandang rendah orang lain, maka pada saat
itu pula tanpa kita sadari kita telah merasa lebih tinggi daripada mereka. Kita juga
tidak boleh menjelekkan mereka, karena ketika kita
sedang menjelekkan orang lain, maka pada saat itu pula tanpa kita sadari
kita telah merasa lebih baik daripada mereka. Demikian seterusnya.
Saudaraku,
Dalam hal ini, maka sikap terbaik kita adalah dengan
memandang mereka sebagai saudara-saudara kita yang barangkali belum mengetahui
tentang adanya teguran yang sangat keras dari Allah terkait sikap mereka (baca:
surat Al Waaqi’ah ayat 81).
وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى
اللهِ وَمَا أَنَاْ بِطَارِدِ الَّذِينَ ءَامَنُواْ إِنَّهُم مُّلَــٰـقُو رَبِّهِمْ وَلَــــٰـكِنِّي أَرَىـٰـكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ ﴿٢٩﴾
“Dan
(dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu
(sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali
tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan
bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak
mengetahui". (QS. Huud.
29).
أَفَبِهَــٰـذَا
الْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ ﴿٨١﴾
Ya Rabbi,
Berilah kesempatan kepada hamba untuk menyampaikan dakwah
kepada saudara-saudara hamba. Semoga Engkau berkenan memberi kekuatan kepada
hamba, sehingga hamba tetap mampu untuk terus menebar dakwah kepada sesama,
hingga akhir hayat hamba. Amin, ya rabbal ‘alamin!
عَنْ
جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ...،
وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Jabir r.a berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “..., Dan sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi
manusia yang lain”. (HR. at-Thabrani)
Semoga bermanfaat.