Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa Allah telah mengingatkan kita semua agar
kita jangan mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kita.
Perhatikan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Anfaal ayat 27 berikut
ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ اللهَ
وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٧﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al Anfaal. 27).
Saudaraku,
Peringatan Allah kepada kita agar kita memelihara
amanat-amanat (tidak mengkhianati amanat-amanat) yang dipercayakan kepada kita
tersebut, juga telah Allah sampaikan dalam surat An Nisaa’ ayat 58, dalam surat
Al Mu’minuun ayat 8 – 11 serta dalam surat Al Ma’aarij ayat 32 – 35 berikut
ini:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّواْ الْأَمَانَاتِ
إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ
بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا
بَصِيرًا ﴿٥٨﴾
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An Nisaa’. 58).
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
﴿٨﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾ أُوْلَـــٰــئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿١١﴾
(8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya, (9) dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. (10)
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (11) (ya`ni) yang akan mewarisi
surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Mu’minuun. 8 – 11).
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
﴿٣٢﴾ وَالَّذِينَ هُم بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ ﴿٣٣﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٣٤﴾ أُوْلَـــٰــئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُّكْرَمُونَ ﴿٣٥﴾
(32) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. (33) Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (34)
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (35) Mereka itu (kekal) di surga
lagi dimuliakan. (QS. Al Ma’aarij. 32 – 35).
Saudaraku,
Bagi kita orang-orang yang beriman, mendapatkan
peringatan dari Allah meski hanya sekali saja, hal ini sudah merupakan perkara
yang sangat besar. Apalagi jika peringatan tersebut disampaikan secara berulang-ulang.
وَكَذَٰلِكَ أَنزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا ﴿١١٣﴾
Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa
Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian
dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan
pengajaran bagi mereka. (QS. Thaahaa. 113).
Saudaraku,
Demikian pula halnya dengan janji, Allah juga telah
mengingatkan agar kita memenuhinya (Allah juga telah mengingatkan agar kita
memenuhi janji) secara berulang-ulang. Perhatikan penjelasan Allah dalam Al
Qur’an surat Al Israa’ ayat 34, surat Al Maa-idah ayat 1 serta
surat An Nahl ayat 91 berikut ini:
... وَأَوْفُواْ بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْــــئُولًا
﴿٣٤﴾
“... dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al Israa’. 34).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(... dan penuhilah janji) jika kalian
berjanji kepada Allah atau kepada manusia (sesungguhnya janji itu pasti akan
diminta pertanggungjawaban)nya”.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ أَوْفُواْ بِالْعُقُودِ ...
﴿١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu...” (QS. Al Maa-idah. 1).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
olehmu perjanjian itu) baik perjanjian yang terpatri di antara kamu dengan
Allah maupun dengan sesama manusia. ...”.
وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ
تَنقُضُواْ الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللهَ عَلَيْكُمْ
كَفِيلًا إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ ﴿٩١﴾
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu
berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap
sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS.
An Nahl. 91).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan tepatilah perjanjian dengan Allah)
dalam masalah jual beli dan sumpah-sumpah serta masalah-masalah yang lain
(apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah itu
sesudah meneguhkannya) artinya sesudah sumpah-sumpah itu kalian teguhkan
(sedangkan kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian) untuk
memenuhinya, karena kalian telah bersumpah dengan memakai nama-Nya; jumlah ayat
ini berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan. (Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kalian perbuat) ayat ini merupakan ancaman buat mereka yang
membatalkan sumpahnya”. (QS. An Nahl. 91).
Saudaraku,
Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya, bahwa bagi kita
orang-orang yang beriman, mendapatkan peringatan dari Allah meski hanya sekali
saja, hal ini sudah merupakan perkara yang sangat besar. Apalagi jika
peringatan tersebut disampaikan secara berulang-ulang.
Sehingga pantaslah jika pelanggaran terhadap
perkara-perkara di atas akan mendapat sangsi yang sangat berat, terlebih lagi
jika hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin.
و حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو
الْأَشْهَبِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ
بْنَ يَسَارٍ الْمُزَنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ فَقَالَ مَعْقِلٌ
إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا
مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ
لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ و حَدَّثَنَاه
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ
الْحَسَنِ قَالَ دَخَلَ ابْنُ زِيَادٍ عَلَى مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ وَهُوَ وَجِعٌ
بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي الْأَشْهَبِ وَزَادَ قَالَ أَلَّا كُنْتَ حَدَّثْتَنِي
هَذَا قَبْلَ الْيَوْمِ قَالَ مَا حَدَّثْتُكَ أَوْ لَمْ أَكُنْ لِأُحَدِّثَكَ.
(رواه مسلم)
34.21/3409.
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farruh telah menceritakan kepada
kami Abu Al Ayshab dari Hasan dia berkata, Ubaidullah bin Ziyad menjenguk
Ma'qil bin Yasar Al Muzanni ketika dia sedang sakit yang mengantarkan kepada
kematiannya, maka Ma'qil lalu berkata, Sungguh saya akan menceritakan kepadamu
suatu hadits yang pernah saya dengar langsung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, sekiranya saya masih hidup lama niscaya tidak akan saya ceritakan hal
ini kepadamu. Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Tidaklah seorang pemimpin yang Allah serahi untuk
memimpin rakyatnya, ketika meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan
Allah akan mengharamkan surga untuknya”. Dan telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Zurai' dari
Yunus dari Hasan dia berkata, Ibnu Ziyad menemui Ma'qil bin Yasar yang sedang
sakit, seperti haditsnya Abu Al Asyhab, lalu ia menambahkan, Ibnu Ziyad
bertanya, Tidakkah sebelumnya kamu telah menceritakan hal ini kepadaku? Dia
menjawab, Saya belum pernah menceritakan hal ini kepadamu atau belum pernah
bercerita kepadamu. (HR. Muslim).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ. (رواه أحمد)
“Siapapun
pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad).
و حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ وَإِسْحَقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و
قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ
قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍ دَخَلَ عَلَى
مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ فِي مَرَضِهِ فَقَالَ لَهُ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ
بِحَدِيثٍ لَوْلَا أَنِّي فِي الْمَوْتِ لَمْ أُحَدِّثْكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ
أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ إِلَّا
لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمْ الْجَنَّةَ و حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَمٍ
الْعَمِّيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَقَ أَخْبَرَنِي سَوَادَةُ بْنُ أَبِي
الْأَسْوَدِ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ مَرِضَ فَأَتَاهُ عُبَيْدُ
اللهِ بْنُ زِيَادٍ يَعُودُهُ نَحْوَ حَدِيثِ الْحَسَنِ عَنْ مَعْقِلٍ.
(رواه مسلم)
34.22/3410.
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan Al Misma'i dan Ishaq bin Ibrahim
dan Muhammad bin Mutsanna, Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami, sedangkan
yang dua mengatakan; telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam telah
menceritakan kepadaku ayahku dari Qatadah dari Abu Al Malih, bahwa Ubaidullah
bin Yizad menjenguk Ma'qil bin Yasar ketika sakit, Ma'qil lalu berkata
kepadanya, Sungguh saya akan menceritakan kepadamu suatu hadits, sekiranya saya
tidak diambang kematian niscaya saya tidak akan menceritakannya kepadamu. Saya
pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
seorang pemimpin yang mengurusi perkara kaum Muslimin sedang dia tidak
bersungguh-sungguh dan tidak jujur, melainkan ia tidak akan dimasukkan bersama
mereka ke dalam surga”. Dan telah menceritakan kepada kami 'Uqbah bin Mukram
Al 'Ammi telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ishaq telah mengabarkan kepadaku
Sawadah bin Abu Al Aswad telah menceritakan kepadaku ayahku bahwa Ma'qil bin
Yasar jatuh sakit, lantas Ubaidullah bin Ziyad datang menjenguknya… seperti
haditsnya Hasan dari Ma'qil. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ.
(رواه مسلم)
“Tiga
orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia)
tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada
dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka
ialah ): Orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin
yang takabur.” (HR. Muslim)
Saudaraku,
Dalam hadits yang lain, bahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita, bahwa tidak ada iman bagi orang
yang tidak menunaikan amanah (orang yang tidak dapat dipercaya) dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak menepati janjinya.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الصَّمَدِ وَحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو هِلَالٍ عَنْ قَتَادَةَ
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَا خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا
قَالَ: لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ. (رواه أحمد)
Telah menceritakan kepada kami
Abdush-Shomad dan Hasan bin Musa berkata, telah menceritakan kepada kami Abu
Hilal dari Qatadah dari Anas berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak
berkhutbah kepada kami kecuali menyampaikan: “Tidak ada iman bagi orang yang
tidak punya amanah (yang
tidak menunaikan amanah/yang tidak dapat dipercaya) dan tidak ada agama bagi orang yang
tidak punya janji (yang
tidak menepati
janjinya)”. (HR. Ahmad).
Saudaraku,
Demikian beratnya sangsi terhadap pelanggaran
perkara-perkara di atas, hingga sekedar membenarkan/menyetujui kebohongan
mereka dan mendukung kedhaliman mereka saja, sudah dihukumi oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bukan golongannya. Na’udzubillahi
mindzalika!
Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu
‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendekati
kami, lalu bersabda:
إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ
دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ،
فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ
لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ
مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Akan
ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka
lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka
maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak
bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk
pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan
(juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku,
dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).”
(HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
Saudaraku,
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut
ini semakin menegaskan uraian di atas, dimana seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ أَبِي
مُوسَى قَالَ قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ
يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
تَابَعَهُ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ. (رواه البخارى)
58.192/5704. Telah menceritakan
kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan
kepada kami Al A'masy dari Abu Wa'il dari Abu Musa dia berkata; diberitahukan
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ada seseorang yang mencintai
suatu kaum, namun dia sendiri belum pernah berjumpa dengan kaum tersebut,
beliau bersabda: Seseorang akan bersama dengan
orang yang dicintainya. Hadits ini di perkuat juga oleh Abu Mu'awiyah
dan Muhammad bin 'Ubaid.
(HR. Bukhari).
PELAJARAN UNTUK KITA SEMUA
Saudaraku,
Dengan memperhatikan beratnya sangsi terhadap pelanggaran
perkara-perkara di atas, maka tidak ada pilihan lain bagi kita selain
meninggalkan semua larangan terhadap perkara-perkara di atas. Dan sekali-kali
jangan sampai kita membenarkan/menyetujui kebohongan
mereka serta mendukung kedhaliman mereka (hanya karena tergiur oleh perhiasan dunia yang tidak
seberapa ini) agar kita tetap diakui oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai golongannya. (Baca kembali penjelasan
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam An-Nasa’i serta Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari di atas).
Sekali lagi kusampaikan, bahwa dengan memperhatikan
beratnya sangsi terhadap pelanggaran perkara-perkara di atas, maka tidak ada
pilihan lain bagi kita selain meninggalkan semua larangan terhadap
perkara-perkara di atas. Dan sekali-kali jangan sampai kita membenarkan/menyetujui kebohongan mereka serta mendukung kedhaliman mereka
(hanya karena tergiur oleh perhiasan dunia yang tidak seberapa ini) agar kita tetap diakui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai golongannya.
اِعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَـــٰــدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ
يَهِيجُ فَتَرَىـٰهُ مُصْفَرًّا
ثُمَّ يَكُونُ حُطَـــٰـمًا وَفِي الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara
kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid. 20).
وَمَا الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia
ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat
itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al
An’aam: 32).
سَمِعْتُ الْمُسْتَوْرِدَ أَخَا بَنِي فِهْرٍ يَقُولُ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مَثَلُ الدُّنْيَا فِي
الْآخِرَةِ إِلَّا مَثَلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ
فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ. (رواه ابن ماجه)
3332-4183. Dari Al Mustaurid
(saudara Bani Fihr), ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah perumpamaan dunia terhadap akhirat melainkan
seperti ketika seseorang dari kalian memasukkan jarinya ke dalam lautan. Karena
itu lihatlah sebesar tetesan airnya”. (HR. Ibnu Majah).
Dan takutlah terhadap do'a orang yang dizhalimi karena
do'a orang yang dizhalimi itu mustajab (terkabul).
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اسْتَعْمَلَ مَوْلًى لَهُ
يُدْعَى هُنَيًّا عَلَى الْحِمَى فَقَالَ يَا هُنَيُّ اضْمُمْ جَنَاحَكَ عَنْ
الْمُسْلِمِينَ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ
مُسْتَجَابَةٌ ... (رواه البخارى)
Telah bercerita kepada kami
Isma'il berkata telah bercerita kepadaku Malik dari Zaid bin Aslam dari
bapaknya bahwa 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu memberikan tugas
sebagai penjaga (hewan ternak shodaqoh) kepada maulanya yang bernama Hunayya.
Dia berkata; "Wahai Hunaya, rendahkanlah hatimu kepada kaum Muslimin,
takutlah terhadap do'a orang yang dizhalimi karena do'a orang yang dizhalimi
itu mustajab (terkabul), ...”.
(HR. Imam Bukhari).
MENDO’AKAN KEBURUKAN BAGI PEMIMPIN YANG DHOLIM
Saudaraku,
Ketahuilah, bahwa bagi orang yang dalam keadaan didzolimi,
Allah SWT. membolehkan baginya untuk mendo'akan keburukan (sebagai salah satu
bentuk pembelaan diri) atas orang yang menzaliminya. Demikian penjelasan Allah
dalam Al Qur'an surat An Nisaa' ayat 148 berikut ini:
لَّا
يُحِبُّ اللهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ وَكَانَ اللهُ
سَمِيعًا عَلِيمًا ﴿١٤٨﴾
“Allah
tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang
yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Nisaa'. 148).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Allah tidak menyukai perkataan buruk yang
diucapkan secara terus terang) dari siapa pun juga, artinya Dia pastilah akan
memberinya hukuman (kecuali dari orang yang dianiaya) sehingga apabila dia
mengucapkannya secara terus terang misalnya tentang keaniayaan yang dideritanya
sehingga ia mendoakan si pelakunya, maka tidaklah dia akan menerima hukuman
dari Allah. (Dan Allah Maha Mendengar) apa-apa yang diucapkan (lagi Maha
Mengetahui) apa-apa yang diperbuat”.
Saudaraku,
Perhatikan pula penjelasan Allah dalam Al Qur'an
surat Asy-Syuura ayat
41 berikut ini:
وَلَمَنِ انتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُوْلَـــٰـــئِكَ مَا عَلَيْهِم مِّن سَبِيلٍ ﴿٤١﴾
“Dan
sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu
dosa pun atas mereka”.
(QS. Asy-Syuura.
41).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan sesungguhnya orang-orang yang membela
diri sesudah teraniaya) sesudah ia menerima penganiayaan dari orang lain (tidak
ada suatu dosa pun atas mereka) maksudnya, mereka tidak berdosa bila menuntut”.
Saudaraku,
Berdasarkan ayat terakhir, diperoleh penjelasan bahwa
diperbolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya, dan
salah satu bentuknya adalah dengan mendo'akan keburukan atas orang yang
menzaliminya. (Wallahu ta’ala a'lam).
Bahkan Rasulullah-pun telah melakukannya (artinya
memang ada contoh dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terkait hal ini). Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim beikut ini:
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ
حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
شِمَاسَةَ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ شَيْءٍ فَقَالَتْ مِمَّنْ
أَنْتَ فَقُلْتُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ فَقَالَتْ كَيْفَ كَانَ صَاحِبُكُمْ
لَكُمْ فِي غَزَاتِكُمْ هَذِهِ فَقَالَ مَا نَقَمْنَا مِنْهُ شَيْئًا إِنْ كَانَ
لَيَمُوتُ لِلرَّجُلِ مِنَّا الْبَعِيرُ فَيُعْطِيهِ الْبَعِيرَ وَالْعَبْدُ
فَيُعْطِيهِ الْعَبْدَ وَيَحْتَاجُ إِلَى النَّفَقَةِ فَيُعْطِيهِ النَّفَقَةَ
فَقَالَتْ أَمَا إِنَّهُ لَا يَمْنَعُنِي الَّذِي فَعَلَ فِي مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي
بَكْرٍ أَخِي أَنْ أُخْبِرَكَ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللّٰهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ
عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا
فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا
ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ عَنْ حَرْمَلَةَ الْمِصْرِيِّ
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ. (رواه مسلم)
34.19/3407.
Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al Aili telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb telah menceritakan kepadaku Harmalah dari Abdurrahman bin
Syimasah dia berkata, Saya mendatangi 'Aisyah untuk
menanyakan tentang sesuatu, maka dia balik bertanya, Dari manakah kamu? Saya menjawab, Seorang dari penduduk Mesir. Aisyah berkata, Bagaimana keadaan sahabat kalian
yang berperang bersama kalian dalam peperangan ini?
dia menjawab, Kami tidak pernah membencinya sedikitpun, jika keledai
salah seorang dari kami mati maka dia menggantinya, jika yang mati budak maka
dia akan mengganti seorang budak, dan jika salah seorang dari kami membutuhkan
kebutuhan hidup maka ia akan memberinya. 'Aisyah
berkata, Tidak layak bagiku jika saya tidak mengutarakan keutamaan
saudaraku, Muhammad bin Abu Bakar, saya akan memberitahukanmu sesuatu yang
pernah saya dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau berdo'a
ketika berada di rumahku ini: Ya Allah, siapa yang
menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan
mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam
pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah
dia. Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah
menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi telah menceritakan kepada kami Jarir bin
Hazim dari Harmalah Al Mishri dari Abdurrahman bin Syimasaah dari 'Aisyah dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas. (HR.
Muslim).
Sebagai penutup,
Berikut ini kusampaikan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Baihaqi dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim serta surat Al
An’aam ayat 15, yang bisa kita jadikan sebagai bahan renungan terkait kajian di
atas. Semoga
kita semua senantiasa berada dalam bimbingan-Nya, dijauhkan dari tipu daya
syaitan serta senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus. Amin, ya rabbal ‘alamin!
Dalam satu kesempatan sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu
diberikan beberapa wejangan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
diantara isi wejangannya adalah:
قُلِ
الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا. (رواه
البيهقى)
“Katakan kebenaran, sekalipun
itu pahit”. (HR. Imam Baihaqi).
Dari Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu Ia berkata,
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar
permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
يَا
أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى
الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا. (رواه مسلم)
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah
sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan
menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan
apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim).
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيمٍ ﴿١٥﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari
yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (QS. Al An’aam.
15).
Demikian yang bisa
kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan/kesalahan.
Semoga bermanfaat.