Assalamu’alaikum wr. wb.
Pada saat yang hampir bersamaan, beberapa sahabat telah
memintaku (via WhatsApp) untuk
menanggapi berita dari koran maupun internet yang menyatakan bahwa sejumlah
oknum dari sebuah ormas telah menyatakan bahwa non-muslim itu bukan kafir/tidak
disebut kafir.
TANGGAPAN
Saudaraku,
Secara bahasa, kafir adalah orang yang menyembunyikan
atau mengingkari kebenaran. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar,
menolak atau menutup. Dari definisi ini, tentu saja kata kafir bisa dipakai
oleh siapa saja (bukan hanya milik Islam).
Secara bahasa, bagi siapa saja yang ingkar, menolak atau
menutup diri terhadap sesuatu, tentu saja dapat dikatakan kafir. Bahkan pada
jaman dahulu, istilah
tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang,
menutup/mengubur dengan tanah. Sehingga kalimat kafir bisa dimplikasikan menjadi
"seseorang yang bersembunyi atau menutup diri".
Sedangkan secara syar’i (menurut syariat Islam), orang kafir
adalah orang yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak
disembah dan mengingkari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai utusan-Nya. Untuk makna secara syar’i ini, tentu saja hanya milik
Islam.
Kafir
itu sendiri (makna secara syar’i) sama sekali tidak terkait dengan
perilaku seseorang. Ada orang kafir yang perilakunya (terhadap sesama
manusia) bagus, ada pula yang buruk. Perhatikan
penjelasan Al Qur’an dalam surat
Al Mumtahanah ayat
8 berikut ini:
لَا
يَنْهَــٰـكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَــٰـتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَـــٰــــرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).
Berdasarkan surat
Al Mumtahanah ayat
8 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ada orang kafir yang perilakunya terhadap sesama manusia baik, ada pula yang perilakunya
buruk.
SELAIN ISLAM ITU KAFIR
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa selain Islam itu kafir. Ini
prinsip aqidah
yang harus
dipahami oleh setiap muslim. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa selain Islam
itu kafir. Dan karena mereka itu kafir, maka tempatnya adalah
neraka Jahannam.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ
بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَئَامِنُواْ خَيْرًا لَّكُمْ وَإِن تَكْفُرُواْ
فَإِنَّ لِلّٰهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا
حَكِيمًا ﴿١٧٠﴾
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad)
itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu,
itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi
itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. An Nisaa’. 170).
... وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ
فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْاٰخِرَةِ مِنَ الْـخٰسِرِينَ ﴿٥﴾
“... Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat
termasuk orang-orang merugi”. (QS. Al Maa-idah. 5).
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن
وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ
بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي
الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا ﴿٢٩﴾
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al Kahfi. 29).
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللهِ الَّذِينَ كَفَرُواْ
فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿٥٥﴾
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi
Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS. Al
Anfaal. 55).
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa selain Islam itu kafir, termasuk
mereka kaum Yahudi dan Nasrani.
Ini prinsip aqidah
yang harus
dipahami oleh setiap muslim. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa selain Islam
itu kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani. Dan karena mereka kaum Yahudi dan Nasrani itu kafir, maka tempatnya adalah
neraka Jahannam.
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَــــٰـبِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ ﴿١﴾
Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang
kepada mereka bukti yang nyata, (QS. Al Bayyinah. 1).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Tiadalah orang-orang yang kafir dari) huruf
Min di sini mengandung makna penjelasan (kalangan Ahlul Kitab dan orang-orang
musyrik) orang-orang musyrik artinya orang-orang yang menyembah berhala; lafal
Musyrikiina di'athafkan kepada lafal Ahlilkitaabi (mau meninggalkan) agamanya;
lafal Munfakkiina sebagai Khabar dari lafal Yakun; artinya mereka akan tetap
memegang agama yang mereka peluk (sebelum datang kepada mereka) artinya sampai
datang kepada mereka (bukti yang nyata) berupa hujah yang jelas, yang dimaksud
adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَــــٰبِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ﴿٦﴾
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah. 6).
لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ هُوَ
الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ... ﴿١٧﴾
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya
Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. (QS. Al Maa-idah. 17).
لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلَـــٰـــثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَـــٰـهٍ إِلَّا إِلَـــٰـهٌ وَاحِدٌ وَإِن لَّمْ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ
لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٧٣﴾
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
"Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di
antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al Maa-idah. 73).
Saudaraku,
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa tidaklah seseorang dari umat Yahudi maupun Nashrani mendengar tentang
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia meninggal dan
tidak beriman dengan agama yang beliau diutus dengannya (yakni Agama Islam),
kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.
حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا
ابْنُ وَهْبٍ قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
(رواه مسلم)
Telah menceritakan kepada kami
Yunus bin Abdul A'la telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata,
telah mengabarkan kepadaku Amru bahwa Abu Yunus telah menceritakan kepadanya,
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar
tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku
diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka”. (HR.
Muslim).
Hal ini bermakna bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang Nasrani dan
Yahudi untuk meninggalkan agama mereka dan beriman dengan agama yang beliau diutus dengannya (yakni Agama Islam), jika mereka tidak ingin
menjadi penghuni neraka.
Saudaraku,
Perhatikan pula seruan kepada kaum Yahudi dan Nasrani
untuk beriman kepada Allah SWT., semua Rasul-Nya dan mengikuti Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, karena hal inilah yang diperintahkan kepada mereka di dalam kitab-kitab mereka,
sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al-A’raaf ayat 156 – 157
berikut ini:
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَــٰـذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا
هُدْنَـا إِلَيْكَ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ
كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَـاةَ
وَالَّذِينَ هُم بِــــئَـايَــــٰــتِنَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٥٦﴾ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ
الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَىٰةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَــٰــهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّـيــِّـــــبَـــٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَـــبَائِثَ وَيَضَعُ
عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَـــٰـلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ
وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٥٧﴾
(156). Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini
dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk
orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat Kami”. (157). (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi
yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang
ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raaf.
156 – 157).
Saudaraku,
Dari uraian di atas, dengan sangat meyakinkan dapat
disimpulkan bahwa selain Islam itu kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani. Ini prinsip aqidah yang harus dipahami oleh
setiap muslim. Dan karena mereka itu kafir, maka tempatnya adalah
neraka Jahannam.
Saudaraku,
Kita tidak boleh memperdebatkan (apalagi sampai
membantah) penjelasan Al Qur’an (serta Al Hadits) terkait hal ini. Karena Allah
telah memberi peringatan yang teramat keras bagi siapa saja yang memperdebatkan
kebenaran ayat-ayat Al Qur’an. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Ghafir
ayat 4 berikut ini:
مَا يُجَـــٰـدِلُ فِي ءَايَــــٰتِ اللهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿٤﴾
“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah,
kecuali orang-orang yang kafir ...”. (QS. Ghafir. 4).
Saudaraku,
Sesungguhnya Allah
telah menjadikan kita berada di atas suatu syariat/peraturan dari urusan/agama
yang lurus. Maka ikutilah syariat itu semuanya (tanpa terkecuali) dan janganlah
kita mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
ثُمَّ جَعَلْنَـــٰـكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ
فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨﴾
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)
itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui”. (QS. Al Jaatsiyah. 18).
وَلَوِ اتَّبَعَ
الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ
أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿٧١﴾
“Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al
Mu’minuun. 71).
Saudaraku,
Ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul-Nya serta para
‘ulama’. Kemudian jika mereka para ‘ulama’ itu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul-Nya (Hadits).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللهَ
وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَـــٰــزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ
إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan
ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri* di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
(QS. An Nisaa’. 59).
Saudaraku,
Ke-empat imam besar, yaitu Imam Abu Hanifah,
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik dan Imam Syafi’i, mereka semua berkata: “Jika
engkau menemukan fatwaku yang bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya, maka
buanglah fatwaku”.
Sehingga apapun yang dikatakan orang tentang
Islam adalah nol (tidak ada artinya sama sekali) jika tidak bersandar kepada Al Qur’an
dan Hadits. Karena yang harus kita ikuti adalah Al Qur’an dan Hadits.
Saudaraku,
Semua muslim harus berpegang pada Al Qur’an dan Hadits.
‘Ulama’ manapun jika mereka mengatakan sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadits, silahkan diikuti. Sedangkan jika tidak sesuai/bertentangan dengan Al
Qur’an dan Hadits, silahkan ditinggalkan.
هَـــٰـذَا بَلَـــٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ
أَنَّمَا هُوَ إِلَــــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah
penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).
PANGGILAN KAFIR SEBAGAI OLOK-OLOK
Saudaraku,
Meskipun telah jelas bahwa selain Islam itu kafir
(termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani), namun hal ini bukan berarti kita
boleh menjadikannya (menjadikan kata “kafir” tersebut) sebagai panggilan untuk
mengolok-olok mereka. Terlebih lagi jika panggilan kafir tersebut ditujukan
kepada sesama kaum muslimin sebagai olok-olok (tentunya lebih dilarang lagi
memanggil saudara sesama muslim dengan panggilan kafir sebagai olok-olok).
... وَلَا تَنَابَزُوا
بِالْأَلْقَابِ ... ﴿١١﴾
“...dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. ...”. (QS. Al Hujuraat. 11).
Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):
“... (dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk) yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil
sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak disukainya, antara lain seperti:
hai orang fasik, atau hai orang kafir. ...
Tafsir Ibnu Katsir:
Yakni janganlah kamu
memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang
bersangkutan. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ismail, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi
yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Jubairah ibnu Ad-Dahhak
yang mengatakan bahwa berkenaan dengan kami Bani Salamah ayat berikut
diturunkan, yaitu firman-Nya: dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. (Al-Hujurat: 11) Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, tiada seorang pun dari kami
melainkan mempunyai dua nama atau tiga nama. Tersebutlah pula
apabila beliau memanggil seseorang dari mereka dengan salah satu namanya,
mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia tidak menyukai nama
panggilan itu." Maka turunlah firman-Nya: dan janganlah kamu
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. (Al-Hujurat: 11) Imam Abu
Daud meriwayatkan hadis ini dari Musa ibnu Ismail, dari Wahb, dari Daud dengan
sanad yang sama.
اَللّٰهُّمَ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai
kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu
sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya”.
Ya
Tuhan kami,
Tunjukilah kami sehingga kami senantiasa dapat menjaga cahaya kebenaran
ini (setelah pengetahuan datang kepada kami) hingga akhir hayat kami. Amin, ya rabbal ‘alamin!
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Menurut Prof. Dr. KH. M. Roem Rowi, MA. (ahli tafsir Al Qur’an/Guru
Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya; S1
Universitas Islam Madinah, S2 – S3 Universitas Al-Azhar) yang dimaksud dengan
ulil amri (pemegang-pemegang urusan) adalah orang-orang yang berpengetahuan
agama/para ‘ulama’, bisa pula orang tua kita, pimpinan di kantor tempat kita
bekerja, pimpinan negara, dst.