Assalamu’alaikumwr. wb.
Dalam sebuah kesempatan, seorang tokoh nasional (salah satu pimpinan sebuah
organisasi keagamaan tingkat nasional) mengatakan bahwa demi mengajak dan
menjaga keutuhan bangsa, maka tidak ada lagi ungkapan “bagimu agamamu bagiku
agamaku”.
Padahal dengan jelas Allah SWT. telah berfirman dalam Al
Qur’an surat Al Kaafiruun ayat 6 berikut ini:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".
(QS. Al Kaafiruun: 6).
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa meskipun yang menyampaikan pernyataan
seperti itu adalah salah satu pimpinan organisasi keagamaan tingkat nasional
dan bergelar profesor serta kyai haji sekalipun, namun jika yang bersangkutan lebih
mengedepankan akalnya/pemikirannya sendiri dalam menilai suatu perkara tanpa mau
menyandarkannya kepada Al Qur’an, maka menurut pandangan Allah, orang-orang
yang seperti itu adalah orang-orang yang bodoh.
Terkait hal
ini, Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 269:
يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ
الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ
الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an
dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi
al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah)”. (QS.
Al Baqarah. 269).
Saudaraku,
Perhatikan
penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah pada bagian akhir ayat 269 di atas:
... وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ
الأَلْبَـــٰبِ ﴿٢٦٩﴾
“... Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).
Saudaraku,
Jelas dan
tegas penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah pada bagian akhir ayat 269 di
atas, bahwa hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran dari firman Allah (Al Qur’an). Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang cerdaslah yang dapat mengambil pelajaran dari Al Qur’an.
Dan hal ini
sekaligus juga menunjukkan kebalikannya, bahwa hanya orang-orang yang tidak
menggunakan akalnya (alias hanya orang-orang yang bodohlah) yang tidak mau mengambil
pelajaran dari Al
Qur’an, karena mereka lebih mengedepankan kemampuannya sendiri dalam menilai
suatu perkara (tanpa menyandarkannya kepada Al Qur’an).
Mengapa demikian?
Karena pada
dasarnya pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas.
... وَمَا
أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Bahkan
seandainya tanpa pertolongan-Nya, kita umat manusia benar-benar tidak
mengetahui apa-apa sama sekali. Kalaupun kita bisa mengetahui sesuatu, hal itu
tidak lain hanyalah karena Allah telah mengajarkan kepada kita, karena Allah
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kita.
وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ
أُمَّهَـــٰــتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ
وَالْأَبْصَـــٰــرَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(QS. An Nahl. 78).
عَلَّمَ الْإِنسَـــٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾
Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al ‘Alaq. 5).
Saudaraku,
Hal itu semua
semakin menegaskan bahwa ilmu yang kita
miliki benar-benar sangat terbatas. Dan karena keterbatasan ilmu yang
kita miliki tersebut, maka seringkali apa yang menurut kita baik, bisa jadi
justru buruk buat kita. Sebaliknya, apa yang bagi kita terlihat buruk, bisa
jadi sesungguhnya justru baik buat kita.
...
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّواْ
شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
“...
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah. 216).
Saudaraku,
Uraian di atas
semakin menegaskan bahwa hanya orang-orang yang bodohlah yang tidak mau mengambil
pelajaran dari Al
Qur’an, karena mereka lebih mengedepankan kemampuannya sendiri (tanpa
menyandarkan kepada Al Qur’an) dalam menilai suatu perkara, padahal pengetahuan
manusia itu sangatlah terbatas.
Oleh karena
itu ikutilah syariat itu semuanya (tanpa terkecuali)
dan janganlah mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (alias orang-orang yang bodoh) yang lebih
mengedepankan kemampuannya sendiri tanpa mau mengambil pelajaran dari Al Qur’an dalam menilai suatu perkara (tanpa
menyandarkan kepada Al Qur’an).
ثُمَّ جَعَلْنَـــٰـكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨﴾
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)
itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui”. (QS. Al Jaatsiyah. 18).
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ
أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ
أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿٧١﴾
“Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al
Mu’minuun. 71).
Lebih dari
itu, ketahuilah bahwa Allah SWT. adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu.
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ
الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ
اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah,
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).
Saudaraku,
Karena Allah
SWT. adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, sedangkan Al Qur'an
itu benar-benar datang dari Allah SWT. (Al Qur’an itu redaksi dan maknanya
langsung dari Allah SWT.), sehingga karenanya kebenaran Al Qur’an adalah mutlak
(tidak ada sedikitpun keraguan pada kitab suci Al Qur'an).
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى
لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa,” (QS. Al
Baqarah. 2).
Sedangkan di sisi lain ilmu pengetahuan yang kita miliki ternyata
sangatlah terbatas.
... وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
﴿٨٥﴾
“... dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Nah, karena Al
Qur'an itu benar-benar datang dari Allah (Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu) yang karenanya kebenaran Al Qur’an adalah mutlak, sedangkan ilmu pengetahuan yang kita miliki ternyata sangatlah
terbatas,
maka sungguh sangat tidak layak bagi kita umat manusia untuk mengkritisi Al
Qur’an.
Adapun yang
benar adalah bahwa terhadap apapun yang ada dalam Al Qur'an, sikap kita sebagai
orang-orang yang beriman adalah merima dan melaksanakannya apa adanya/seutuhnya
tanpa adanya tawar menawar sedikitpun. Allah SWT. telah berfirman dalam Al
Qur’an surat An Nuur ayat 51:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا
إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya
jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami
mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(QS. An Nuur. 51)
Sedangkan
dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. juga telah berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا
قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al
Ahzaab. 36)
Sehingga
sangat mudah dipahami bahwa karena Allah telah
berfirman dalam Al Qur’an surat Al Kaafiruun ayat 6 berikut ini:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".
(QS. Al Kaafiruun: 6).
Maka sikap
kita adalah tunduk patuh terhadap ketetapan Allah tersebut dan tidak akan pernah mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
bodoh/orang-orang yang tidak mengetahui.
ثُمَّ جَعَلْنَـــٰـكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨﴾
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama)
itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui”. (QS. Al Jaatsiyah. 18).
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ
أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ بَلْ
أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ ﴿٧١﴾
“Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini,
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al
Mu’minuun. 71). Wallahu ta’ala a’lam.
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang
berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar